29 Jun 2013

Tuhan Ada dalam Raga Saya


Joko Tingtong bilang, orang yg masih percaya ada Allah yg menurunkan ayat-ayat itu cuma menipu dirinya sendiri. Jelas itu ayat-ayat dibuat oleh manusia. Manusia yg berbicara seolah-olah dia itu Allah. Kalau benar dari Allah, sejak dahulu Joko sudah percaya. Kalau dari manusia yg cuma mengaku sebagai Allah, untuk apa dipercaya? Saya masih waras, kata Joko. Tapi saya juga toleran membiarkan mereka yg menipu dirinya sendiri. Asal tidak ganggu saya saja.

Toleransi artinya membiarkan setiap orang membenamkan diri dalam penipuan diri, asalkan itu dirinya sendiri. Dia boleh yakin bahwa sudah memegang ayat-ayat yg berasal dari Allah, asli, tidak bisa ditiru, tidak bisa dibuat oleh manusia. Boleh saja percaya seperti itu, tidak dilarang. Yg dilarang adalah memaksakan apa yg dipercayainya kepada orang lain. Orang lain bisa saja bilang bahwa itu ayat-ayat berasal dari manusia. Tidak juga dilarang. Yg dilarang adalah memberantas orang-orang yg masih percaya itu ayat-ayat berasal dari Allah. Kalau pemberantasan dibiarkan, namanya tidak ada toleransi. Toleransi berarti pembiaran. Biarkan saja tiap orang punya pendapat sendiri. Asal berhubungan dengan hidupnya sendiri, dan tidak menyangkut hidup orang lain, apapun yg orang mau percayai merupakan urusannya sendiri. Percaya ada ayat-ayat dari Allah merupakan hal semacam itu. Cuma berhubungan dengan kehidupan pribadi orang yg percaya. Dan tidak ada hubungannya dengan orang yg tidak percaya.

Ada yg bilang sekehendakmu, terserah kamu.

Itu benar, dan memang seperti itulah tanggapan yg wajar dan bisa diterima akal sehat. Apapun yg anda mau percaya, asalkan termasuk dalam hal antah-berantah, seperti halnya kisah Allah menurunkan ayat-ayat, termasuk dalam kategori sekehendakmu. Anda berkehendak percaya, ya percayalah. Anda berkehendak tidak percaya, ya tidak usah percaya. Bisa seperti itu karena ini merupakan hal awang-awang. Anda tidak bisa menghadirkan Allah. Anda tidak juga bisa menghadirkan orang untuk bersaksi bahwa Allah benar menurunkan itu ayat-ayat. Kalaupun anda membawa saksi untuk mengaku melihat, saksi yg anda bawa kemungkinan besar adalah pasien RSJ. Dalam perawatan atau akan masuk dalam perawatan Rumah Sakit Jiwa. Dengan diagnosa delusi akut. Delusi adalah penipuan diri sendiri. Merasa benar melihat Allah menurunkan ayat. Dan karena Joko baik hati, dikeluarkanlah saran ini: jangan seperti itu! Kalau anda bersaksi melihat Allah menurunkan ayat, orang sekampung akan bilang anda gila. Jangan jadi gila kalau masih bisa waras. Anda masih bisa berkiprah dengan wajar. Tidak perlu seperti itu. Kita hidup di abad ke 21 M, semua ilmuwan sosial dan ahli agama yg jujur sudah tahu bahwa ayat-ayat itu hasil dari budaya manusia. Budaya artinya budi daya. Produk dari budi dan daya. Pemikiran dan usaha.

Delusi atau penipuan diri tidak selalu berarti jelek.

Sugesti itu penipuan diri, sehingga bisa memunculkan dari tiada menjadi ada. Orang yg tidak cantik dan merasa jelek luar biasa bisa melakukan sugesti terhadap dirinya sendiri, dalam gelombang otak rendah diterapkannya sugesti berulang-ulang, dikatakannya kepada dirinya sendiri bahwa dia cantik jelita. Tergantung dari kekuatan gelombang otaknya, teknik ini bisa berhasil dengan cepat sekali atau cukup lambat. Kalau khusyuk mensugesti diri bahwa dia benar cantik jelita, maka akan berubahlah persepsinya. Persepsinya sendiri. Cara pandangnya sendiri. Dia akan merasa dirinya benar cantik jelita, pedahal tidak cantik dan biasa saja. Karena dirinya sendiri sudah percaya itu, maka orang-orang di sekitarnya akan bisa ikut percaya. Percaya bahwa dia benar cantik jelita. Dibenarkan karena tindak-tanduknya mencerminkan seorang perempuan cantik jelita. Banyak yg bisa melakukan, dan cukup umum. Merupakan teknik biasa saja. Namanya hypnotherapy. Bisa dilakukan seorang diri. Anda juga bisa kalau mau. Mulanya anda menipu diri sendiri, bilang anda yg jelek adalah seorang cantik jelita. Lama-lama, anda tidak menipu diri lagi. Anda benar-benar menjadi cantik jelita. Cara pandang anda berubah, cara pandang orang lain juga berubah. Dan dibuktikan dengan sikap dan tingkah-laku anda yg berubah. Ketika perilaku anda berubah, mereka di sekitar anda juga akan berubah. Mulanya penipuan diri, akhirnya menjadi realita. Kenyataan. Dan ini contoh dari penipuan diri yg positif.

Dan ada penipuan diri yg jelas jelek. Jelek karena merugikan orang lain. Anda menipu diri sendiri dengan bilang ada ayat yg berasal dari Allah merupakan urusan anda sendiri. Anda bisa percaya itu ayat datang sendiri kepada anda melalui perantaraan malaikat Jibril. Datang ketika anda sedang tafakur. Anda lihat Jibril dengan sayapnya, dan ada suara yg anda jelas dengar. Namanya halusinasi, suatu istilah psikologi. Anda yg lihat, anda yg dengar. Orang lain tidak lihat dan tidak dengar. Tetapi anda percaya. Percaya bulat. Anda mungkin termasuk salah satu yg seperti itu. Dan tentu saja anda tidak merasa menipu diri sendiri. Anda merasa benar. Benar melihat dan benar mendengar. Tetapi orang lain akan bilang anda menipu diri. Mengidap delusi atau waham. Jelek apabila anda berusaha untuk memaksakan apa yg yg anda peroleh kepada orang lain. Yg anda peroleh bersifat gaib. Gaib artinya tidak terlihat atau terdengar oleh orang lain. Terlihat atau terdengarnya cuma oleh anda sendiri. Halusinasi itu cuma anda alami sendiri. Bisa bagus apabila segala halusinasi itu anda cerna sendiri, dan anda tafsirkan. Mungkin bisa ada hidayah yg muncul. Orang bijak seperti itu. Orang bijak bukan bayar pajak saja, tetapi juga seharusnya mampu menafsirkan halusinasi yg dialaminya. Dan bukan memaksakan itu halusinasi untuk diterima juga sebagai fakta oleh orang-orang lainnya. Kalau itu halusinasi dituliskan, dan dipaksakan kepada orang lain dengan alasan berasal dari Allah, maka kita bisa bilang itu penipuan diri yg jelek. Sudah cukup satu orang saja yg menipu dirinya memperoleh ayat dari Allah. Kenapa harus memaksakan orang lain untuk terima juga? Kalau benar asalnya dari Allah, biarkan saja Allah menurunkan ayat yg sama kepada semua orang lainnya. Tetapi tentu saja tidak bisa. Halusinasi jarang bersifat komunal. Biasanya individualistik atau orang per orang, tergantung dari stress atau depresi yg dialaminya. Tergantung juga dari metabolisme. Sistem hormon. Kestabilan tiap orang berbeda. Kestabilan fisik yg rapuh bisa memunculkan banyak halusinasi.

Joko tahu mekanisme proses turunnya ayat. Sampai detik ini masih terjadi di seluruh bumi. Ada ayat yg turun atas nama Allah. Kalau dalam bahasa Inggris bisa pakai istilah God. Di bahasa Indonesia bisa mengaku sebagai Tuhan. Semuanya proses biasa. Tidak perlu dituliskan dan dipaksakan kepada manusia lainnya. Dan, tentu saja, kita harus toleran terhadap manusia-manusia semacam itu. Harus toleran juga terhadap manusia-manusia yg percaya bahwa tetangganya menerima wahyu dari Allah. Asalkan semua dilakukan secara pribadi, di dalam ruang lingkup hidup mereka sendiri, maka kita bisa tolerir. Yg tidak bisa ditolerir adalah apabila mereka memaksakan isi dari ayat yg mereka percaya berasal dari Allah. Kalau Allah yg muncul di mereka bilang facebook haram, dan mulai menyerang pengguna facebook dimana-mana, maka itu harus di-stop. Bilang saja terus terang, bahwa percaya Allah tidak berarti mereka berhak memaksakan jenis Allah yg mereka percaya kepada orang lain. Allah jenisnya banyak, dan kita toleran terhadap semuanya. Terhadap semua jenis Allah. Asal tidak mengganggu saya saja, kata Joko.

Joko Tingtong berpendapat, toleransi beragama harusnya ditunjukkan oleh orang-orang yg sudah tidak percaya lagi bahwa agama benar diturunkan Allah. Semua manusia terdididik boleh bilang sudah tahu bahwa agama dibuat oleh manusia, termasuk ayat-ayat sucinya. Ada yg tahu secara mutlak berdasarkan apa yg dipelajarinya sendiri. Ini kelompok yg benar terdidik. Ada pula yg tahu secara samar-samar, secara intuitif bisa mengerti bahwa semua cuma rekayasa manusia masa lalu. Ada yg tahu tapi pura-pura tidak tahu demi menjaga ketertiban masyarakat. Terbukanya rahasia yg bukan rahasia ini perlu masa transisi, yg bisa berlangsung ratusan tahun seperti di masyarakat Barat. Apa yg didebatkan di Indonesia detik ini sudah dilakukan di Barat tiga abad yg lalu. Tiga ratus tahun yg lalu. Sudah basi. Orang sudah tahu bahwa semua agama dibuat. Kitab suci juga dibuat. Ada gaya bahasa seolah Allah yg berbicara. Tapi secara fisik yg berbicara itu manusianya. Asal kata-katanya juga dari si manusia sendiri, walaupun mengaku sebagai Allah. Rata-rata orang Barat sudah tahu itu, dan tidak mempersoalkan lagi. Mereka bisa toleransi terhadap orang yg masih percaya bahwa benar ada Allah yg menurunkan ayat. Bisa toleransi asal tidak mengganggu. Kalau sudah mengganggu dan merusak, tidak ada lagi toleransi. Walaupun berbekal ayat yg anda percaya berasal dari Allah, tidak akan ada toleransi bagi kelakuan destruktif yg anda lakukan. Allah fungsinya untuk kesejahteraan jiwa anda, bukan untuk merusak harta benda dan kehidupan orang lain.

Untuk anda yg belum tahu, Joko Tingtong berbagi tentang fakta, bukan keyakinan. Kalau faktanya agama dibuat oleh manusia, itulah yg dibagikannya. Dan itu bukan keyakinan. Tanpa anda perlu yakin, agama memang buatan manusia. Yg perlu keyakinan adalah ketika anda percaya agama dibuat oleh Allah. Joko tidak mengeluarkan ayat, bukan nabi. Joko cuma berbagi, seperti bisa terlihat di percakapan ini.

T = Mas Joko, saya mao cerita ya... Saya ini gadis biasa yg gak ngerasa punya bakat apa-apa dalam hal spiritual. Saya senang meditasi karena saya suka, bukan karena saya bisa ngerasain sensasi yg gimana-gimana. Sebelumnya saya selalu menganggap Tuhan itu ada di luar kita, terpisah sama sekali dari manusia, yg senang kalo kita rajin sembahyang minta ini itu (itu yg dulu saya lakukan), rajin puasa, vegetarian, gak nonton bokep, gak kencan sama om-om, dan saya percaya surga dan neraka itu tempat kita nanti tergantung pahala... Tapi suatu pagi di bulan Mei, saat saya meditasi tiba-tiba saya dapat pemahaman baru yg sangat mempengaruhi spiritualitas saya sekarang...

J = Really?

T = Pagi itu saya mendapatkan apa yg saya cari selama ini ternyata ada dalam diri saya. Tuhan ada disini. Tuhan ada dalam raga saya. Inilah yg saya cari selama ini. Tuhan itu penuh dengan cinta, kasih sayang tanpa memilih tanpa membedakan. Tuhan itu ada disini dan surga juga ada di sini...

J = Iyalah, then?

T = My tears running down, tears of joy... Pokoknya rasanya hebat banget, susah kalo dijelasin dengan kata-kata... (I belong to you and you belong to me), dan pas banget pemahaman baru itu dengan kalimat Mas Joko yg bilang: "We are God experiencing many kinds of adventures, makanya kita tidak menghakimi."

J = Hmmm...

T = Yang mao saya tanyakan sama Mas Joko adalah apakah yg saya rasakan itu? Pemahaman yg tiba-tiba itu datangnya dari mana? Apakah saya berfantasi?

J = Yang anda rasakan adalah hikmah berupa intuisi yg muncul begitu saja dari dalam kesadaran anda. Buddha mengalami itu. Yesus juga. Semua orang top, keren dan beken mengalaminya. Pengalaman spiritual pribadi seperti itu bukanlah fantasi. Cuma intuisi saja. Pengertian biasa saja. Memang biasa. Sangat umum. Yg tidak umum adalah keberanian anda untuk mengakuinya.


 by Leonardo Rimba


Tidak ada komentar:

Posting Komentar