6 Jun 2013

sahibul hikayat

Pada mulanya ada banyak tulisan Yahudi yg digunakan. Lalu dikumpulkan dan diseleksi. Apa yg dikenal sebagai Taurat Musa, misalnya, kemungkinan berasal dari hasil editan dua tulisan berbeda. Berbeda tradisinya, dan kemungkinan besar wilayahnya juga. Satu berasal dari Israel Utara, dan satunya lagi dari Israel Selatan. Ada yg menyebut sesembahannya dengan nama Elohim, yg dituliskan sebagai Allah di bahasa Indonesia. Ada pula yg menyebut sesembahannya sebagai JHVH, yg dituliskan sebagai Tuhan di bahasa Indonesia. Itu kitab tertua yg disucikan oleh Bani Israel atawa yg sekarang umumnya kita kenal sebagai orang Yahudi. Jadi tidak benar Allah menurunkan Taurat kepada Musa. Sebagian dari isi Taurat mungkin ditulis oleh Musa sendiri, mungkin juga semuanya ditulis oleh orang lain. Mungkin Musa benar ada, mungkin juga cuma seorang tokoh mitologis. Di kitabnya tertulis sejarah bumi dan langit. Penciptaan alam semesta oleh Allah yg, konon, dilakukan dalam waktu enam hari saja. Dan pada hari ketujuh Allah istirahat.



Hari pertama bukanlah Senin, melainkan Minggu. Dan hari ketujuh adalah Sabtu. Orang Yahudi menyebutnya hari Sabbath. Bahkan kata Sabtu di bahasa Indonesia berhubungan langsung dengan istilah Sabbath. Sabado di bahasa Portugis diambil langsung dari kata Sabbath di bahasa Ibrani. Dan jadilah Sabtu di bahasa Indonesia. Karena Allah istirahat di hari Sabtu, maka orang Yahudi beribadah di hari ini. Aslinya haram melakukan kerja apapun kecuali istirahat dan ibadah. Kenapa haram? Karena Allah mencontohkan dengan cara beristirahat dari pekerjaannya pada hari Sabtu. Apa benar Allah istirahat pada hari Sabtu tentu saja soal lain. Di Taurat tertulis, kuduskanlah hari Sabbath. Artinya, pisahkanlah hari itu, jangan samakan dengan hari lainnya. Kudus artinya suci, terpisah. Beda. Dalam hal ini beda karena digunakan khusus untuk istirahat dan ibadah. Apakah benar itu perintah menguduskan hari Sabtu berasal dari Allah? Wallahualam. Kita cuma bisa tahu pasti bahwa hal itu dituliskan oleh manusia ribuan tahun lalu. Manusia yg menulis bahwa Allah memerintahkan orang Yahudi untuk menguduskan hari Sabtu.



Berdasarkan Taurat Musa ini, dibuatlah syariat Yahudi. Landasan pemikirannya jelas sekali, yaitu bahwa itu Taurat diturunkan oleh Allah langsung. Kalau benar begitu kejadiannya, tentu saja Joko Tingtong akan percaya dan menjadi penganut agama Yahudi. Ternyata tidak benar. Ternyata setelah dibacanya itu Taurat berulang-kali selama bertahun-tahun, Joko bisa menyimpulkan bahwa isinya adalah buatan manusia. Manusia yg hidup di jaman dan waktu tertentu. Tentu saja ada Allah disitu. Allah yg berjalan-jalan di Taman Firdaus dan mencari Adam dan Hawa yg bersembunyi setelah memakan buah quldi. Mereka sembunyi dan ketika akhirnya berani muncul, ternyata sudah berbalut dedaunan. Tadinya telanjang bulat. Pornografi asli. Allah kaget, dan mulai melakukan investigasi.



Dari situ Adam melempar tanggung-jawab kepada Hawa, dan Hawa melempar kembali itu tanggung-jawab kepada ular. Ular yg konon merupakan titisan Setan. Allah bilang, quldi sudah dimakan, tidak bisa lagi menjadi buah. Paling banter menjadi jigong. Sebagai hukuman, Adam dan Hawa harus keluar dari Taman Firdaus. Dengan kata lain, turun ke bumi, kalau mau dibayangkan bahwa Taman Firdaus berada di atas langit. Mungkin juga di bumi ini saja, tapi dimana? Tidak pernah ditemukan. Dan ular juga harus keluar, dikutuk akan bermusuhan dengan anak keturunan Hawa. Allah sendiri yg mengutuk.



Dan itu sahilbul hikayat. Artinya hikayat yg diceritakan antara sesama sahib. Sesama sahabat. Masuk ke bahasa Betawi sebagai istilah ngibul. Ngibul bukan berarti berbohong, melainkan merumpi antara sesama teman dekat. Asal katanya dari bahasa Arab, yaitu sahibul hikayat. Kisah-kisah di kitab suci Yahudi dan bangsa-bangsa lainnya merupakan jenis seperti itu. Hasil olah pikir sastrawan masa lalu, digunakan untuk menghibur hati, tetapi lama-kelamaan dikuduskan, disucikan, dipisahkan. Dianggap benar-benar berasal dari Allah. Pedahal orang sejaman dengan itu kitab-kitab tahu bahwa yg mengucapkan cuma manusia biasa. Sama seperti dalang yg bisa berucap seolah-olah dirinya Semar, pengarang kitab-kitab masa lalu juga bisa berucap bahwa dirinya Allah. Ucapan mana diingat dan diwariskan turun-temurun. Sampai suatu saat dituliskan. Kalau ada tulisan-tulisan yg tidak cocok, maka digabungkan saja. Dibutuhkan editor. Kitab Taurat yg asli setidaknya terdiri dari dua versi, yaitu yg menggunakan nama Allah, dan yg menggunakan nama Tuhan. Makanya orang Yahudi dan Kristen suka menggabungkan kedua nama itu menjadi Tuhan Allah.



Dalam bahasa Inggris Lord God. Dalam bahasa Ibrani Adonai Elohim.



Penciptaan alam semesta seperti tertulis di Taurat, dan di kitab-kitab kuno lainnya, semuanya hasil budaya manusia. Dikeluarkan oleh alam pikiran manusia. Menggunakan kiasan-kiasan yg berlaku di jamannya. Semua budaya punya itu adat-istiadat menggunakan nama Allahnya, atau nama Dewa-Dewinya, untuk mengucapkan perintah. Sangat umum. Bukan berarti benar ada Allah di atas sana, atau Dewa-Dewi. Mereka bisa saja dianggap ada, sebagai simbol, perantara, untuk mengkomunikasikan sesuatu. Biasanya hal-hal yg dianggap penting agar etnik penyembahnya bisa bertahan hidup. Cuma itu saja. Dan orang-orang Yahudi yg paling berpendidikan di satu dunia saat ini sudah tahu itu. Orang-orang Kristen juga. Kalau sudah tahu, tapi pura-pura tidak tahu, tentu saja itu soal lain. Bisa saja tetap ikut ritual keagamaan, walaupun tahu ini cuma permainan kepercayaan. Seolah-olah ada yg dipercaya. Seolah-olah yg dipercaya itu benar. Pedahal tidak benar.



Makanya orang Barat heboh sekali ketika muncul pemberitaan tentang God Particle, Partikel Allah. Ditemukan Partikel Allah di tahun 2013. Partikel Allah adalah pembuktikan bahwa materi terkecil bisa mulai terisikan massa. Ada tumbukan cepat sekali, dan partikel materi terkecil yg tadinya kosong tiba-tiba berisikan massa. Dari tidak ada menjadi ada. Hebohlah media massa satu dunia, karena cuma inilah ujung penemuan manusia detik ini. Baru bisa dibuktikan bagaimana suatu hal yg tidak ada menjadi ada. Makanya dinamakan God Particle. Terjemahan akuratnya Partikel Allah, bukan Partikel Tuhan. God itu Allah, bukan Tuhan. Tapi apakah benar ada Allah disana? Ada Allah di God Particle?



Tentu saja tidak ada. Ini fenomena fisik biasa. Membuktikan apa yg tidak pernah bisa dibuktikan. Terbukti bahwa partikel terkecil di alam semesta bisa tiba-tiba mempunya kepadatan. Kumpulan kepadatan adalah apa yg bisa kita jamah dengan tangan. Ujung-ujungnya, apa yg kita bisa jamah dengan tangan akan bisa diuraikan menjadi partikel yg tidak bisa terjamah. Namanya partikel terkecil. Kalau dibalikkan lagi, partikel terkecil yg tidak bermassa itu, atau kosong, bisa terisi kembali, dan kumpulannya bisa kita jamah. Tapi itu bukan Allah.



Bukan Allah seperti disyiarkan oleh agama-agama Timur Tengah. Allah menurut agama adalah sahibul hikayat. Hasil imajinasi manusia masa lalu. Yg seperti itu tidak ada. Dan semua orang sudah tahu, makanya tidak diributkan lagi. Yg diributkan sekarang adalah asal-usul munculnya alam semesta. Teori yg bilang alam semesta diciptakan Allah dalam waktu enam hari saja tidak berlaku. Apalagi kisah Adam dan Hawa.




(Joko T.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar