9 Jun 2013

Spiritualitas atheist


Ada hasil pemikiran Musa, Daud, Sulaiman, Yesus. Walaupun dihormati sebagai nabi yg berkonotasi keagamaan, orang-orang Yahudi ini juga filsuf. Mereka filsuf metafisika, artinya suka berpikir tentang Allah. Ucapan atau tulisan mereka dianggap berasal dari Allah sendiri. Apa benar itu berasal dari Allah tentu saja soal lain. Yg jelas, semuanya keluar dari mulut atau tangan manusia. Hasil pemikiran. Walaupun menggunakan kata Allah, ternyata semuanya pemikiran manusia belaka. Filsafat belaka. Kalau dibilang filsfafat, orang yg masih gila Allah akan menganggap enteng. Filsafat itu pemikiran manusia belaka, begitu pikir mereka. Pedahal segala macam ajaran agama itu apa kalau bukan filsafat juga?

Spiritualitas juga begitu, isinya pemikiran belaka. Ada spiritualitas berdasarkan aliran Sufi. Ada spiritualitas Kristen. Ada spiritualitas Buddhist. Spiritualitas humanis. Spiritualitas agnostic. Spiritualitas atheist. Isinya pemikiran belaka. Mereka berpikir bahwa kalau mencari Allah harus berputar seperti baling-baling, contohnya. Dan itu sah saja, mempraktekkan meditasi gaya baling-baling seperti dilakukan oleh sebagian orang Sufi. Ada yg bilang spiritualitas berarti vegetarian atau anti makan babi dan binatang lainnya seperti yg dipraktekkan oleh sebagian orang Buddhist. Dan itu sah juga. Sebagian orang Hindu mempraktekkan brahmachary atau tidak berhubungan sex. Dan itu oke pula. Yg humanis menekankan kerja bakti sosial. Yg agnostik menekankan universalitas. Dan yg atheist menekankan ilmu pengetahuan. Semuanya spiritualitas.

 Sebagian orang yg mengaku spiritualis itu juga cuma menipu diri mereka sendiri saja. Mereka merasa telah dekat kepada sang sumber, pedahal kalau benar ada sumber itu, maka kita tidak akan lebih dekat atau lebih jauh. Kita cuma akan segitu-gitu saja. Sumber itu apa? Napas kita? Kita selalu bernapas bukan? Dari lahir sampai sekarang, dan bahkan sampai mati kita tidak akan lebih dekat dan lebih jauh dari napas kita. Ada pula yg namanya intuisi, dan itu sesuatu yg spontan datang dari alam bawah sada kita. Kita bisa langsung tahu sesuatu tanpa lewat panca indra.  Psikologi juga tahu yg namanya intuisi, dan itu ada di semua orang kalau manusianya mau berjalan di jalan yg biasa-biasa saja, tanpa memasukkan diri ke dalam kotak-kotak. Kotak-kotak itu adalah yg memakai segala macam definisi, biasanya dari agama-agama.

Spiritualis aliran ketinggalan jaman memang punya banyak salah kaprah. Mereka memuja-muji Krishnamurti dan Osho, tanpa tahu pesan yg diberikan oleh Krishnamurti dan Osho yg umumnya tidak perduli dengan segala macam keharaman ini dan itu yg mungkin masih dipercaya oleh orang-orang spiritual. Tingkat spiritualitas juga konsep yg amburadul. Memang ada orang yg pengertiannya lebih komprehensif, dan ada yg cetek. Yg cetek itu yg pakai banyak syariat. Orang spiritual dewasa akan seperti Krishnamurti dan Osho yg tidak perduli dengan segala macam label benar dan salah, mereka sudah keluar dari kotak-kotak. Mereka sadar bahwa mereka sadar, dan mereka menjadi dirinya sendiri saja. Makanya Joko mengajarkan orang untuk menjadi diri sendiri saja. Para filsuf itu juga menggunakan intuisi, sebenarnya, walaupun mereka tidak menyebutnya sebagai intuisi.

 Di masa lalu filsafat disebut juga wisdom atau kebijaksanaan. Kenapa? Karena pemikiran yg dikeluarkan tidak menggunakan kata-kata seolah-olah itu berasal dari Allah. Kalau sudah pakai kata Allah akan menjadi agama! Memang bisa dijelaskan secara rasional. Dan ternyata segalanya biasa saja. Allah, pencerahan, sang pencipta, semuanya ada disini dan saat ini saja. Anda sadar. Saya sadar. Mau disebut sebagai kesadaran Allah, kesadaran Buddha, kesadaran Kristus, atau tidak disebut dengan apapun tidak akan menjadi masalah. Dan memang tidak perlu meditasi dengan kaki bersila seperti patung Buddha. Meditasi cuma istilah, bermacam-macam jenisnya, dan bahkan bisa disebut bukan dengan istilah meditasi. Kita semuanya meditator kalau kita mau sadar bahwa kita sadar. Para filsuf itu meditasi juga, walaupun mereka tidak sebut dengan istilah meditasi.

(Joko T.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar