31 Mei 2013

Penghargaan Lembaga Yahudi untuk SBY

Dua hari lalu, Joko Tingtong lihat di TV, tayangan kantor ACF (Appeal of Conscience Foundation), yg memberikan penghargaan "kebebasan beragama" untuk SBY.



Joko lihat, kok ada orang Yahudi? Lalu cek di google, ternyata ini lembaga didirikan oleh seorang rabbi Yahudi bernama Arthur Schneier. Resminya interfaith, lintas agama, tetapi tidak memperdulikan seruan para tokoh lintas agama di Indonesia. Tidak juga memperdulikan laporan tahunan Deplu AS tentang runyamnya kebebasan beragama di Indonesia.



So, kesimpulannya apa? Konspirasi Yahudi? Bukan konspirasi melainkan asli. Asli lembaga Yahudi yg memberikan penghargaan kepada SBY atas prestasinya menghancurkan jaring-jaring terorisme di Indonesia.

Jam 9 malam kemarin, Kamis 30 Mei 2013, muncul tulisan berjalan di Metro TV, bunyinya, "Menko Polhukam: Pemerintah akan bertindak tegas terhadap pelaku kekerasan kebebasan beragama."

Komentar Joko: Luar biasa sekali dampak penghargaan lembaga Yahudi itu terhadap SBY. Apa yg tidak bisa dilakukan oleh semua tokoh lintas agama di Indonesia selama pemerintahan SBY ternyata bisa dilakukan oleh satu lembaga Yahudi di Kota New York itu.

Sebenarnya Joko mau tulis tentang hancurnya lingkungan hidup di Jakarta dan sekitarnya, tapi bingung harus mulai dari mana. Setidaknya lima juta orang keluar masuk Jakarta setiap hari kerja. Joko perkirakan lima juta orang, karena yg naik kereta api jumlahnya 500 ribu. Untuk semua kendaraan, bisa diduga 10 kali lipatnya, jadi lima juta orang. Menghabiskan bensin subsidi, untuk mengantri berjam-jam hanya untuk bisa lewat dan sampai ke tempat kerja. Setelah itu untuk kembali ke rumah. Dua jam ke tempat kerja, dan dua jam pulang ke rumah. Apa tidak ada alternatif lain?

Joko pikir, mereka yg dulu hidupnya jahat sekarang lahir kembali sebagai penduduk Jakarta yg tinggal di pinggiran kota. Dihukum mengantri di jalan, pulang balik makan waktu empat jam. Dan harus siap-siap berani mati kalau keluar kendaraan, karena kendaraan bermotor di Jakarta sifatnya seperti ikan Piranha. Kalau anda menyeberang jalan di negara beradab, maka kendaraan dari jauh akan memperlambat kendaraan mereka. Di Jakarta, kalau anda menyeberang jalan, bahkan kendaraan yg masih jauh akan mempercepat laju kendaraan mereka dengan maksud agar anda tidak jadi menyeberang. Oh, orang-orang Jakarta yg sangat relijius, beragama dengan sempurna. Tatapan kosong mata para pengemudi kendaraan bermotor di Jakarta, baik beroda dua maupun empat. Disiksa sekarang karena dulu hidupnya jahat, suka korupsi sapi. Apakah korupsi sapi didorong oleh kemelekatan terhadap akidah? Karena pakai akidah, makanya harus pilih korupsi daging halal?

Saya tidak pakai akidah agama apapun, my friends, kata Joko Tingtong.

Saya tidak mendorong anda untuk pakai akidah agama. Saya tidak bilang anda yg membuang akidah agama anda sebagai bersalah. Anda pakai akidah maupun tidak merupakan urusan anda sendiri. Akidah saya cuma satu yaitu tidak mengganggu orang lain dan tidak mau diganggu.

Lu lu, gua gua!

Itu bahasa Betawi. Urusan lu adalah urusan lu, urusan gua adalah urusan gua. Urus diri masing-masing. Kalau lu mau bilang semua orang harus berakidah di agamanya masing-masing, maka gua akan bilang silahkan semua orang memilih untuk berakidah di agamanya atau untuk buang itu akidah. Toleransi berarti menghalau orang-orang yg mau memperbudak manusia di sekelilingnya. Walaupun manusia itu beragama, kalau mau memperbudak manusia lain maka harus ditendang dengan sempurna.

Demi menjadi manusia seutuhnya, anda harus tegas terhadap manusia lain. Baik pakai nama Allah, demi agama, atau apapun namanya, anda harus bela kepentingan anda dahulu. Anda cuma bertanggung-jawab terhadap diri anda sendiri. Itu yg utama. Kalau anda menyerahkan penentuan hidup anda kepada mereka yg tidak tahu malu memaksakan akidah, maka runyamlah segalanya.

Akidah anda, anda sendirilah yg tentukan!

Tentu saja Joko sampai ke pengertian yg begitu liberal setelah lewat Sirat Al Mustakim. Di banyak kesempatan, termasuk dengan cara duduk berjam-jam di belakang Syekh Achmad Chodjim. Dulu, bertahun-tahun yg lalu.


Joko duduk persis di belakang Achmad Chodjim yg ngasih ceramah tentang sembilan ajaran Syekh Siti Jenar. Ada sekitar 40 orang teman yg berkumpul saat itu, semuanya duduk lesehan dengan rapi, sempit-sempitan. Ada juga yg tidak kebagian tempat di dalam dan terpaksa duduk di teras rumah, di luar ruangan. Uraian yg diberikan sangat detil, teratur, sistematis. Achmad Chodjim mengerti Bahasa Jawa dan Bahasa Arab, dan referensinya sangat banyak. Penjelasannya sangat masuk akal, terbuka dan sama sekali tidak dogmatis. Gayanya memang konservatif, tapi gaya bisa menipu juga.



Joko Tingtong melihat essensi dan bukan gaya. Secara essensial, Joko merasa bahwa uraian dari Achmad Chodjim tidak berbeda dari pengertian yg diperolehnya selama ini bahwa agama tidak lain dan tidak bukan cuma metode belaka. Metode itu alat, sarana, untuk mencapai keseimbangan dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Tentu saja kita di sini melihat Syekh Siti Jenar seperti ditafsirkan oleh Achmad Chodjim. Bisa juga disebut sebagai Syekh Achmad Chodjim yg sedang berbicara tentang seorang warga Nusantara masa lalu yg bernama Siti Jenar. Apa bedanya?



Yg sangat menarik adalah penjelasan gamblang dari Pak Chodjim bahwa agama adalah alat dari penguasa sejak jaman dahulu kala. Itu benar. Bukan hanya di Jawa, melainkan di semua tempat di muka bumi ini. Dan para penguasa itu menggunakan para ulama untuk memaksakan berjalannya sistem feodalisme di masa lalu. Sampai saat ini bahkan masih ada penguasa yg menggunakan agama dan para ulamanya sebagai alat kekuasaan. Ada simbiosis mutualisma antara penguasa dan ulama.



Ketika itu terjadi, maka yg rugi adalah masyarakat umum seperti kita semua yg akan menjadi sapi perah belaka, pedahal jelas kita bukan sapi melainkan manusia. Kita manusia yg bisa berpikir dan menentukan sendiri apa yg kita inginkan dalam hidup. Penguasa membutuhkan tenaga dan uang dari kita demi kelanggengan kekuasaan mereka. Dan ulama membutuhkan tenaga dan uang dari kita juga untuk melanggengkan kedudukan mereka sebagai ulama. Cocok bukan? Dan bersimbiosis mutualisma lah mereka.



Tetapi sejak abad pencerahan di Eropa, mulailah ditelanjangi segala kebobrokan dalam simbiosis mutualisma antara penguasa dan ulama. Abad pencerahan di Eropa sejaman dengan masa hidup Syekh Siti Jenar di Jawa. Apa yg dicapai di Eropa ternyata bisa dicapai juga oleh manusia Nusantara. Banyak manusia yg dipenggal dan dibakar hidup-hidup oleh gereja di Eropa. Kesalahannya kurang lebih sama dengan Syekh Siti Jenar, yaitu mereka mencoba menggunakan otak mereka untuk berpikir. Kalau kita menggunakan otak untuk berpikir, maka simbiosis mutualisma antara penguasa dan ulama akan ambruk. Makanya, gunakanlah otak anda!



Penjelasan tentang paralelisme antara sejarah Eropa Barat dan Syekh Siti Jenar di beberapa alinea di atas bukan dari Achmad Chodjim melainkan dari Joko pribadi. Intinya, Joko melihat dalam penjelasan Achmad Chodjim sesuatu yg paralel dengan pengertiannya selama ini, yaitu bahwa kita manusia di mana-mana memang tidak ada bedanya. Ada paralelisme atau kesejajaran dalam pola berpikir manusia di Eropa Barat dan di Jawa 500 tahun lalu. Eropa Barat mengalami Abad Pencerahan, dan kita di Jawa memiliki Syekh Siti Jenar yg, walaupun didzolimi oleh para ulama yg berkoalisi dengan penguasa, tetap saja memiliki ribuan pengikut di seluruh nusantara sampai saat ini.

(Joko T.)

blus (browsing)


blus (browsing)


30 Mei 2013

Antara Ego dan Allah



Seharusnya negara cuma mencatatkan warganegaranya yg menikah, dan itu tidak ada hubungannya dengan agama. Mau orangnya beragama apa saja, dan menikah dengan orang yg beragama apa saja merupakan urusan orang. Yg penting kedua calon mempelai tidak terikat pernikahan dengan pihak lain, dan sudah sepakat untuk menikah. Bahkan, tidak perlu kedua mempelai melakukan upacara perkawinan keagamaan. Perkawinan keagamaan merupakan suatu pilihan, dan bukan merupakan prasyarat agar perkawinan menjadi legal. Perkawinan menjadi legal kalau dicatat oleh negara. Cuma dicatat saja.

Agama juga berbeda-beda orientasinya. Orang berpikir kalau Kristen itu seperti Islam yg mempraktekkan amal ibadah, pedahal tidak. Apalagi Kristen Protestan. Joko tahu pasti bukan dari buku, melainkan dari pengalaman pribadi. Joko pernah tinggal di Amerika Serikat (AS), bergaul dengan bule-bule AS dan bukan nongkrong dengan orang-orang Indonesia. Joko tahu cara berpikir mereka, yaitu sama sekali tidak ada konsep amal ibadah. Apalagi dengan harapan agar diberikan ganjaran berupa pahala yg bisa ditukar dengan tiket masuk surga atau tempat yg layak di sisi Allah SWT.  Sebagai suatu konsep Kristen, surga sudah menjadi milik anda, bahkan saat ini. Anda tidak perlu mati dulu untuk masuk ke dalam surga.

Oh, salah. Kristen Katolik masih pakai pengajaran tentang api pencucian (purgatory). Jadi tidak langsung masuk surga ketika mati, melainkan dicuci dahulu. Dicuci sampai putih bersih melalui doa-doa yg anda lantunkan dari bumi ini. Ketika doanya sudah cukup banyak, orangnya dipindah ke surga.

Tapi itu konsep belakangan. Aslinya tidak begitu. Pengajaran Yahudi yg diambil-alih oleh orang Kristen cuma mengenal dunia orang hidup dan dunia orang mati. Kita berada di dunia orang hidup. Leluhur kita berada di dunia orang mati. Suatu saat orang-orang mati akan dihidupkan kembali, makanya tidak ada yg dibakar. Orang Yahudi kalau mati selalu dikubur dengan kepercayaan akan dihidupkan kembali pada akhir jaman. Kepercayaan mana diambil-alih oleh Kristen. Walaupun saat itu sudah ada konsep baru lagi tentang pemerintahan adil makmur di atas bumi yg akan dibawa oleh datangnya mesias. Atau penyelamat umat manusia. Dipercaya sebagai Yesus Kristus. Sudah datang 2,000 tahun lalu, dan akan datang kembali lagi nanti.

Konsep saja. Dan tambah ribet dengan pemikiran-pemikiran tentang surga neraka. Apalagi setelah ditambah dengan api pencucian. Protestan kembali ke konsep yg lebih awal tentang masuk surga langsung setelah mati, makanya tidak pernah ada doa-doa untuk orang mati. Kalau sudah mati ya sudah. Kalau percaya, maka akan masuk surga. Kalau tidak percaya, maka masuk neraka. Tapi orang hidup tidak bisa tahu pasti akan masuk surga atau masuk neraka. Makanya harus bergiat kerja di bumi ini. Kerja semampu mungkin. Berbuat baik sebisanya, setelah itu serahkan kepada Allah.
Oh, itulah etika Protestan yg konon memunculkan kapitalisme. Kapitalisme mungkin didorong oleh sikap hidup hemat dan rasional di masyarakat beragama Protestan. Revolusi Industri mungkin benar dimulai di Inggris. Tetapi industrialisasi dan kapitalisme telah mewabah di satu dunia yg termehek-mehek tidak mengerti. Bingung dan tersendat karena tidak pernah mengalami pergumulan intelektual dan emosional. Perjuangan spiritual lewat perang agama dan diskriminasi. Semuanya pernah dialami oleh masyarakat Barat, baik yg Protestan maupun Katolik. Makanya mereka kebanyakan sekuler sekarang.

Sudah kapok beybeh!
Indonesia belum. Banyak eksponen masyarakat Indonesia yg ingin masuk menjadi pemegang ranking ekonomi dunia lewat jalan agama. Kalau Kristen bisa membawa masyarakat adil makmur dimana-mana, maka agama lainnya so pasti bisa juga. Itu jalan pikirannya. Mungkin benar. Mungkin pula tidak benar. Yg jelas, biaya yg dibayar mahal sekali. Membawa agama untuk ikut industrialisasi sangat melelahkan. Orang harus mempertahankan kepercayaan yg tidak bisa dipertahankan. Sedangkan membangun pabrik dan menerapkan manajemen rasional tidak memerlukan kepercayaan. Cukup metode ilmiah. Dan kejiwaan yg sehat. Tanpa tekan-menekan sebagai ciri khas masyarakat Indonesia.

Yg unik di Indonesia adalah fenomena gereja-gereja etnik. Memang disiapkan oleh para penginjil dari Barat untuk independen dan tidak mengabdi kepada negara asal. Kristen, baik dari jenis Protestan maupun Katolik selalu menekankan local content. Muatan lokal. Menjadi seperti itu lewat pengalaman juga, ratusan tahun melewati konflik tak berkesudahan di Eropa dan dimana-mana. Perang agama membuat manusia jadi bijaksana. Kehilangan kesempatan masuk ke Cina karena keras kepala mengakibatkan gereja Katolik Roma sekarang menjadi toleran terhadap dupa dan upacara manggut-manggut di depan meja altar leluhur orang Cina. Dulu tidak. Dulu kalau mau jadi Katolik harus buang itu tradisi. Akibatnya kesempatan emas hilang lenyap.

Opportunity only knocks once.

Kesempatan cuma mengetuk satu kali saja.
Fenomena gereja-gereja protestan yg sangat individual itu mungkin mencerminkan etika Protestan, yaitu
sikap independen terhadap otoritas. Kenapa? Karena protestan gampang sekali bikin denominasi baru.
Kalau anda seorang pendeta yg tidak puas dengan organisasi gereja anda sekarang, maka anda bisa
memisahkan diri. Bersama pengikut anda, anda bisa mendirikan denominasi baru. Nama gereja yg baru.
Bisa bikin jemaat baru, organisasi baru, dsb. Protestan tidak pernah meributkan yg begituan. Kalau mau
berpisah, ya berpisahlah, jalan masing-masing.

And yes, Kristen bermacam-macam, dari yg paling konservatif sampai yg paling liberal. Kristen tidak
kenal praktek kafir-mengkafirkan, dan paling jauh cuma pakai istilah sesat. Di luar verbal abuse seperti
perkataan sesat itu, Kristen boleh bilang sudah menyerahkan segalanya kepada individu masing-masing.
Keputusan dibuat oleh para individu. Bahkan mungkin kata sesat tidak sekerap itu lagi digunakan. Lebih umum dikenal istilah sekte. Sekte artinya pecahan. Bukan berarti tidak berhak hidup. Apapun pilihan yg diambil, orang tetap bisa hidup. Sekte apapun merupakan urusan orang.

Pendeta dan para imam bisa khotbah sampai serak, tapi keputusan tetap di tangan tiap orang. Tidak ada syariat yg harus dipatuhi, selain seruan agar memperlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan. Kalau ingin disayang, maka kita harus sayang sama orang lain.
Tangan Joko jalan sendiri sekarang. I am now doing automatic writing. Ya benar, teologi pembebasan yg
dulu haram jadah sekarang mungkin telah menjadi mainstream. Kalau dengar atau baca  khotbah para romo Katolik, kita akan langsung tahu bahwa latar belakang pemikirannya adalah teologi pembebasan. Tidak totok tapi sudah sinthesis. Campuran. Yg ditekankan adalah karya nyata membantu orang miskin agar bisa keluar dari kemiskinan mereka. Protestan juga seperti itu. Yg masih mementingkan iman cuma aliran-aliran Kristen injili seperti Pentakosta. Pedahal mungkin ajarannya tidak benar-benar berdasarkan injil. Mana ada injil yg mengajarkan menarik 10% dari penghasilan orang dengan alasan buat Allah?

Pentakosta dan berbagai Kristen emosional lainnya umumnya berasal dari AS. Relatif baru. Masih berapi-api untuk memenangkan jiwa-jiwa bagi Yesus. Kalau tidak dimenangkan bagi Yesus maka akan jatuh ke tangan Setan. Kurang lebih seperti itu jalan pemikirannya.

Katolik dan Protestan yg dewasa tidak seperti itu. Mereka tahu bahwa agama cuma jalan spiritual. Ada dogma. Tetapi dogma atau ajaran yg tidak boleh dipertanyakan juga tidak muncul begitu saja. Dogma dibuat. Dibuatnya  berdasarkan ayat-ayat. Pada gilirannya, ayat-ayat juga dibuat. Dibuat oleh manusia yg memiliki pengalaman spiritual. Bergumul dengan dirinya sendiri, dan bayangannya yg disebut Allah.

Cuma tentang sang diri dan teman dialognya yg dinamakan Allah.

Antara Ego dan Allah.

(Joko T.)

blus (browsing)


rajut (browsing)


Cara Penghitungan PPh Pasal 21 Terbaru




Selasa, 19 Pebruari 2013 - 11:07

Oleh Moh. Makhfal Nasirudin, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Seperti yang telah kita ketahui, mulai bulan Januari 2013, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) telah berubah. Sekarang untuk Wajib Pajak yang berstatus tidak kawin dan tidak mempunyai tanggungan jumlah PTKP-nya sebesar Rp 24.300.000,00 atau setara dengan Rp 2.025.000,00 per bulan. Dengan adanya perubahan itu, tatacara penghitungan PPh Pasal 21 juga mengalami perubahan. Perubahan itu diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
Dalam aturan baru tersebut, yang berkewajiban melakukan Pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah pemberi kerja, bendahara atau pemegang kas pemerintah, yang membayarkan gaji, upah dan sejenisnya dalam bentuk apapun sepanjang berkaitan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan; dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua; orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang membayar honorarium, komisi atau pembayaran lain dengan kondisi tertentu dan penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu kegiatan.
Penghitungan PPh Pasal 21 menurut aturan yang baru tersebut, dibedakan menjadi 6 macam, yaitu : PPh Pasal 21 untuk Pegawai tetap dan penerima pensiun berkala; PPh pasal 21 untuk pegawai  tidak tetap atau tenaga kerja lepas; PPh pasal 21 bagi anggota dewan pengawas atau dewan komisaris yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap, penerima imbalan lain yang bersifat tidak teratur, dan peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai yang menarik dana pensiun.  Di kesempatan ini akan dipaparkan tentang contoh perhitungan PPh pasal 21 untuk Pegawai Tetap dan Penerima Pensiun Berkala.
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap dan penerima pensiun berkala dibedakan menjadi 2 (dua): Penghitungan PPh Pasal 21 masa atau bulanan yang rutin dilakukan setiap bulan dan Penghitungan kembali yang dilakukan setiap masa pajak Desember (atau masa pajak dimana pegawai berhenti bekerja).
Berikut disampaikan contoh sebagai mana tercantum dalam peraturan tersebut.
Budi Karyanto pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp3.000.000,00. PT Candra Kirana mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Budi Karyanto membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Budi Karyanto ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp100.000,00, sedangkan Budi Karyanto membayar iuran pensiun sebesar Rp50.000,00. Pada bulan Juli 2013 Budi Karyanto hanya menerima pembayaran berupa gaji.  Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2013 adalah sebagai berikut:
Gaji

3.000.000,00
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja    

15.000,00
Premi Jaminan Kematian

9.000,00
Penghasilan bruto

3.024.000,00
Pengurangan


1. Biaya jabatan


5%x3.024.000,00
151.200,00

2. Iuran Pensiun
50.000,00

3. Iuran Jaminan Hari Tua
60.000,00



261.200,00
Penghasilan neto sebulan

2.762.800,00
Penghasilan neto setahun


12x2.762.800,00

33.153.600,00
PTKP


- untuk WP sendiri
24.300.000,00

- tambahan WP kawin
2.025.000,00



26.325.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun

6.828.600,00
Pembulatan

6.828.000,00
PPh terutang


5%x6.828.000,00
341.400,00

PPh Pasal 21 bulan Juli


341.400,00 : 12

28.452,00

Catatan:
  • Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang mempunyai jabatan ataupun tidak.
  • Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah memiliki NPWP. Dalam hal pegawai yang bersangkutan belum memiliki NPWP, maka jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada bulan Juli adalah sebesar: 120% x Rp28.452,00=Rp 34.140,00
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi dimana penulis bekerja.


rajut (browsing)


domain pribadi dan domain publik

Orang-orang beragama di Indonesia masih petantang-petenteng meminta dihormati keyakinan merekabahwa Allah menurunkan kitab suci mereka dari atas langit, dan nabi mereka adalah nabi terakhir,dan agama mereka adalah agama yg terakhir dan sempurna. Pedahal semuanya itu berada di dalamdomain pribadi. Kalau kepercayaan pribadi seperti itu sudah dipertontonkan di domain publik atau kemasyarakatan, maka banyak orang akan bisa berkomentar bahwa itu omong kosong belaka. Yg satu berpendapat agamanya terakhir dan sempurna, dan orang lain berpendapat bahwa itu omong
kosong. Sama-sama pendapat belaka.

Karenanya, di negara-negara Barat yg telah maju, segala macam kepercayaan seperti itu tidak dipertontonkan. Kalau di ruang publik, kita berbicara tentang hal yg menjadi perhatian publik, dan bukan petantang-petenteng minta pengakuan bahwa agama kita terakhir dan sempurna. Tetapi di Indonesia, pengertian hak asasi manusia (HAM) masih rancu, orang pikir agama dilindungi hukum sehingga tidak tersentuh oleh siapapun. Siapa bilang tidak tersentuh? Semua warganegara memiliki hak dan kewajiban yg sama di depan hukum, baik beragama maupun tidak.

Agama-agama yg berasal dari Timur Tengah biasanya ribet tentang asal-usul alam semesta. Joko Tingtong bilang, kita bisa melihat penciptaan alam semesta dari dua sudut pandang. Paling tidak ada dua cara berpikir tentang terjadinya alam semesta. Sudut pandang pertama melihat dari luar kesadaran manusia, menggunakan segala macam faktor yg bisa diukur secara obyektif, berbekalkan perangkat yg berada di dimensi ruang dan waktu. Ini adalah pendekatan yg paling umum, karena bersifat ilmiah. Terkadang disebut juga sebagai Teori Evolusi dan berbagai varian-nya.  Pendekatan kedua adalah aliran Creationist atau Penciptaan. Yg termasuk disini adalah kisah tentang penciptaan langit, bumi, manusia, hewan, yg dimuat di dalam Alkitab yg dipakai oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Teori Penciptaan dulu diajarkan di sekolah-sekolah di Barat, tetapi yg umumnya diajarkan sekarang adalah Teori Evolusi. Teori Penciptaan berkaitan erat dengan agama, dalam hal ini agama Nasrani. Dan karena negara-negara Barat sudah tegas memisahkan antara negara dan agama, maka dienyahkanlah Teori Penciptaan ini dari ruang kelas.


Kisah Adam dan Hawa di Taman Firdaus termasuk dalam Teori Penciptaan ini.

(Joko T.)

dress/blus batik (browsing)