8 Jun 2013

Apakah Mesti Meninggalkan Agama?


Mas Joko Tingtong, apakah bila ingin menjadi orang spiritual saya mesti meninggalkan agama yg sekarang saya anut ?

Joko jawab: It's up to you, tergantung dari anda sendiri. Apakah yg anda maksudkan sebagai orang spiritual? Apakah orang spiritual menurut anda adalah orang yg memiliki ilmu sakti untuk berhubungan langsung dengan Allah? Kalau itu definisinya, maka kita semua adalah orang spiritual. Allah adalah kesadaran yg ada di diri semua manusia, baik menggunakan istilah Allah ataupun tidak. Allah bahkan ada di orang yg tidak beragama dan mengaku sebagai komunis sejati. Allah bahkan ada di orang yg menjadi atheist fanatik. Allah bahkan ada di orang yg dilecehkan dengan sebutan kafir, musyrik dan syirik. Allah ada di dalam kesadaran semua manusia. Yg bisa sadar bahwa dirinya sadar adalah Allah yg berdiam di diri manusia. Diluar itu, semuanya adalah Allah buatan.

Allah buatan adalah pemikiran manusia. Pemikiran dan bukan kesadaran. Kesadaran yg saya sebut Allah di diri manusia adalah yg sadar thok itu. Sadar bahwa dirinya sadar, tanpa pernah tahu dirinya siapa, asalnya dari mana, dan akan ke mana. Dia cuma tahu bahwa dia sadar. Full stop.Titik.

Bisa saja anda tetap menganut agama, dan sekaligus mengaku sebagai seorang spiritual, yaitu orang yg melakukan kultivasi kesadaran di dalam dirinya sendiri, belajar memahami apa itu kesadaran, consciousness, dan bagaimana hubungannya dengan segala macam hal yg dipaksakan oleh lingkungannya. Kalau anda kultivasi spiritualitas dengan jujur, maka cepat atau lambat anda akan menyadari bahwa agama lebih banyak memiliki aspek keduniawian daripada kerohanian. Ada simbol-simbol yg digunakan dalam agama, tetapi kebanyakan penganut agama tidak tahu apa makna dari simbol-simbol itu.

Simbol dianggap sebagai hal yg hakiki, pedahal cuma simbol saja. Makna dari simbol ditemukan di dalam kesadaran kita sendiri. Meanings, makna, arti. Dan ketika kita bisa menangkap artinya, maka simbol-simbol bisa saja dilepaskan dan tidak dipegang lagi. Tetapi orang beragama justru dipaksa dengan kasar maupun halus untuk selalu berpegang kepada simbol-simbol itu. Akhirnya yg terjadi adalah pemutar-balikkan.

Kepala jadi kaki, dan kaki jadi kepala.

Agama Katolik Roma sudah eksis selama 2,000 tahun, menjalani jatuh bangun habis-habisan. Perang Salib, perang dengan Protestan, perang dengan Modernisme, perang dengan Komunisme, perang dengan Agnostisme, perang dengan Atheisme,... tetapi gereja tetap bisa bertahan. Bertahan karena ada dogma-dogma dan tradisi. Dan ada pembaharu-pembaharu di dalam gereja Katolik yg bisa melakukan modernisasi dari dalam sehingga gereja bisa bertahan terus sampai sekarang.

Protestantisme juga seperti itu. Apa yg diperjuangkan orang Protestan, yaitu hak asasi manusia untuk bebas beragama apa saja, sekarang telah masuk menjadi bagian dari Piagam Hak Asasi Manusia yg dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa. Diratifikasi oleh satu dunia, walaupun penerapannya masih tambal sulam. Para pemimpin agama tidak rela kalau pengikutnya membuang agama atau pindah ke agama lain yg lebih manusiawi. Di Indonesia, hak asasi kebebasan beragama paling jauh cuma di bibir saja. Orang dipaksa untuk percaya kepada satu jenis aliran dalam agama, dan aliran lainnya dianggap sesat.

Itu pelecehan HAM, dan masih terjadi di Indonesia sampai detik ini. Penganut Ahmadiyah dianggap sesat. Penganut Saksi Yehovah dianggap sesat. Penganut agama Yahudi tidak diakui. Penganut agama tradisional dipaksa untuk menganut agama resmi.

Bahkan menyatakan ada agama resmi dan ada agama tidak resmi merupakan suatu pelecehan. Agama dibuat oleh manusia, dan bukan oleh negara. Dinyatakan sebagai agama oleh mereka yg menganutnya, dan bukan dinyatakan oleh negara. Negara RI tidak punya hak untuk menyatakan agama resmi dan tidak resmi. Hak dan kewajiban negara RI adalah melindungi semua penganut agama, tanpa membedakannya. Tanpa perlu bilang resmi atau tidak resmi. Tanpa perlu bilang lurus atau sesat. Itu yg dilakukan di negara beradab.

Dalam hal kebebasan beragama, Indonesia masih termasuk negara tidak beradab. Tidak punya sopan santun dalam hal menghormati hak asasi manusia untuk memeluk ataupun menendang agama.

Tapi Joko Tingtong juga mengakui, bahwa beberapa hari terakhir ini sudah ada kemajuan. Sejak SBY menerima penghargaan dari lembaga Yahudi di New York City itu, terasa sudah ada perubahan di udara. Sekarang nampaknya mereka yg ekstrim ingin memaksakan agamanya terpaksa harus masuk lubang persembunyian. Kenapa? Karena SBY sudah dikasih pengertian oleh orang Yahudi; pengertian bahwa menjual agama dengan cara memaksa hanyalah bertujuan uang semata. Kedudukan dan uang bagi mereka yg jualan agama. Presiden SBY mengerti itu, dan nampaknya mulai sekarang akan tegas melarang orang jualan agama dengan cara pemaksaan. Kalau orang tidak mau beli, kalau mau keluar dari agama, atau kalau mau modifikasi agama sehingga dilabel sesat, maka itu merupakan urusan orangnya sendiri. Negara tidak ikut campur. Negara cuma ikut campur kalau ada yg mengganggu ketertiban umum. Itu pengertian Yahudi yg nampaknya baru diterima oleh SBY. Patut kita doakan agar SBY benar-benar mengerti dan menjalankannya, amin.

Apa yg Joko maksud dengan kesadaran adalah kesadaran thok. Sadar bahwa anda sadar. Diluar itu ada yg namanya intuisi atau pengertian yg muncul begitu saja di dalam kesadaran anda. Tetapi pengertian-pengertian itu bukan merupakan bagian dari kesadaran, melainkan bonus. Intuition is bonus. Tambahan belaka. Kalau anda mengamati gereja Katolik, contohnya, anda kan bisa memperoleh intuisi langsung. Anda akan tahu bahwa Yesus yg dikhotbahkan itu hidup di dalam kesadaran anda. Yesus itu kesadaran tinggi di diri anda, your own higher self. Anda bahkan bisa bilang bahwa kesadaran anda adalah Yesus. Namanya kesadaran Kristus. Santo Paulus bilang: Semoga kesadaran yg ada di diri Kristus hidup di dalam kesadaran kamu. Artinya, semoga kita semua bisa tersadarkan bahwa kesadaran kita adalah kesadaran Kristus. Kristus selalu ada. Awal dan akhir. Tidak diciptakan dan tidak bisa mati. Kristus adalah Allah. Karena Kristus seperti itu, maka kita juga seperti itu. Kitalah Kristus. Kitalah bagian dari Allah. Setidaknya gereja Katolik secara implisit mengajarkan bahwa seluruh umat adalah tubuh Kristus, dan Kristus cuma ada satu. Kristus bagian dari Allah. Allah juga cuma satu. Kalau ditarik kesimpulannya, maka kita semua adalah Allah. Kekristenan dari aliran Protestan juga seperti itu pengajarannya. Cuma, tentu saja, bagian yg paling akhir hanya ada secara implisit. Tidak pernah dibuka untuk umum.

Hanya Joko Tingtong yg suka buka rahasia.

Joko juga pernah tulis bahwa alam semesta adalah jagad gede, dan kesadaran kita adalah jagad cilik. Jagad gede= jagad cilik. Cara mengakses alam semesta cuma melalui kesadaran kita saja. Masuk ke jagad gede lewat jagad cilik.

Kalau berbicara tentang alam semesta maka kita harus memiliki dasar yg cukup kokoh, yaitu kesadaran. Kita sadar bahwa kita sadar. Dan itulah yg selama ini Joko tekankan. Kalau kita masih terbelenggu, maka kita tidak akan bisa berbicara tentang alam semesta. Kita akan takut untuk masuk ke dalam kesadaran kita sendiri. Pedahal, cara mengakses energi alam semesta cuma melalui kesadaran kita saja.

Banyak sekali metodenya, dan hampir semuanya masuk dalam label New Age, yg banyak omong kosongnya juga. Tapi kalau bisa memahami essensinya, maka kita akan bisa mengembangkan metode sendiri yg paling cocok untuk kita. Pada umumnya Joko oke saja dengan berbagai aliran New Age, semuanya bertujuan baik untuk membawa penyembuhan bagi alam semesta raya dan alam semesta kecil. Jagad gede dan jagad cilik. Allah besar dan Allah kecil.

Alam semesta bisa dibilang sebagai Allah besar, dan kesadaran kita sebagai Allah kecil. Kita selalu menjadi bagian dari Allah besar. Tanpa perlu puasa dan sembahyang, kita memang sudah menjadi bagian dari Allah. Sudah dari sononya.

Joko pakai pengertian dari Kabalah, ilmu mistik yg didasarkan pada kepercayaan Yahudi dan pemikiran Yunani. Kabalah itu abstrak, sama abstraknya seperti Kundalini. Tetapi Kabalah lebih comprehensive dibandingkan Kundalini. Jadi diasumsikan bahwa kesadaran kita berjalan dari titik 0 sampai 10. Dari yg tak terbatas sampai yg paling terbatas. Dan cara berjalannya selalu zigzag, ke kiri dan ke kanan. Pada akhirnya, segalanya akan stabil atau berada di tengah saja. Keseimbangan dinamis. Ada garis lurus dari atas sampai bawah. Kesadaran kita bisa turun dari atas sampai bawah, dan dari bawah naik ke atas lagi.

Kalau kita tetap saja, maka kita cuma akan menjadi satu titik. Sadar bahwa kita sadar. Itulah kita sebagai Allah kecil yg menyatu dengan Allah besar atau alam semesta. Tetapi ketika itu kita lakoni dalam meditasi, kita bahkan tidak akan berpikir tentang Allah lagi. Kita cuma akan menikmati kesadaran kita saja.

Salah satu doa yg dulu Joko pakai namanya the Qabalistic Invocation of Solomon dari Eliphas Levi, bunyinya sbb:

POWERS of the Kingdom, be beneath my left foot, and within my right hand.
Glory and Eternity touch my shoulders, and guide me in the Paths of Victory.
Mercy and justice be ye the Equilibrium and splendour of my life.
Understanding and Wisdom give unto me the Crown.
Spirits of Malkuth conduct me between the two columns whereon is supported the whole edifice of the Temple.
Angels of Netzach and of Hod strengthen me upon the Cubical Stone of Yesod.
O GEDULAHEL! O GEBURAHEL! O TIPHERETH!
BINAHEL, be Thou my Love!
RUACH CHOKMAHEL, be Thou my Light!
Be that which Thou art, and that which thou willest to be, O KETHERIEL!
Ishim, assist me in the Name Of SHADDAI
Cherubim, be my strength in the Name of ADONAI
Beni Elohim, be ye my brethren in the Name of the Son, and by the virtues of TZABAOTH.
Elohim, fight for me in the Name of TETRAGRAMMATON.
Malachim, protect me in the Name Of YOD HE VAU HE.
Seraphim, purify my love in the Name of ELOAH.
Chaschmalim, enlighten me with the splendours of ELOHI, and of SCHECHINAH.
Aralim, act ye; Auphanim, revolve and shine.
Chaioth Ha-Qadosch, cry aloud, speak, roar, and groan; Qadosch, Qadosch, Qadosch.,
SHADDAI, ADONAI, YOD CHAVAH, EHEIEH ASHER EHEIEH!
Halelu-Yah! Halelu-Yah! Halelu-Yah. Amen.

Joko hapal doa itu yg bertahun-tahun digunakannya sebagai mantera meditasi. Ada pengertian-pengertian kabalistik yg comprehensive terkandung di dalam doa itu. Berbagai nama Allah dari yg paling tinggi sampai yg paling rendah disebutkan disana. Berbagai aspeknya juga. Dan alur energi dari doa ini bergerak zigzag, dari kiri ke kanan, lalu ke kiri lagi, lalu ke kanan lagi. Akhirnya semua seimbang di tengah.

Kalau anda mau bisa pakai doa itu, hapalkan saja, dan mulai pakai saja untuk meditasi. Diucapkan di dalam hati selama meditasi. Meditasinya dengan cara biasa saja, fokus di titik antara kedua alis mata. Atau bisa juga fokus kepada kesadaran anda yg ada di tengah batok kepala.

Anda sadar bahwa anda sadar. Just that!

Dan dari kultivasi kesadaran yg dilakukan secara rutin ini, 30 menit di pagi hari dan 30 menit di malam hari, akhirnya akan muncul sendiri berbagai pengertian di dalam pikiran anda. Namanya intuisi, muncul begitu saja. Akan muncul pula berbagai kemampuan penyembuhan, munculnya juga begitu saja.

Tapi semuanya dimulai dari meditasi atau kultivasi kesadaran.

Sadar bahwa kita sadar.

( Leonardo Rimba )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar