10 Jun 2013

Apakah Mesti Meninggalkan Agama?

Mas Joko Tingtong, apakah bila ingin menjadi orang spiritual saya mesti meninggalkan agama yg sekarang saya anut ?

Joko jawab: It's up to you, tergantung dari anda sendiri. Apakah yg anda maksudkan sebagai orang spiritual? Apakah orang spiritual menurut anda adalah orang yg memiliki ilmu sakti untuk berhubungan langsung dengan Allah? Kalau itu definisinya, maka kita semua adalah orang spiritual. Allah adalah kesadaran yg ada di diri semua manusia, baik menggunakan istilah Allah ataupun tidak. Allah bahkan ada di orang yg tidak beragama dan mengaku sebagai komunis sejati. Allah bahkan ada di orang yg menjadi atheist fanatik. Allah bahkan ada di orang yg dilecehkan dengan sebutan kafir, musyrik dan syirik. Allah ada di dalam kesadaran semua manusia. Yg bisa sadar bahwa dirinya sadar adalah Allah yg berdiam di diri manusia. Diluar itu, semuanya adalah Allah buatan.

Allah buatan adalah pemikiran manusia. Pemikiran dan bukan kesadaran. Kesadaran yg saya sebut Allah di diri manusia adalah yg sadar thok itu. Sadar bahwa dirinya sadar, tanpa pernah tahu dirinya siapa, asalnya dari mana, dan akan ke mana. Dia cuma tahu bahwa dia sadar. Full stop.Titik.

Bisa saja anda tetap menganut agama, dan sekaligus mengaku sebagai seorang spiritual, yaitu orang yg melakukan kultivasi kesadaran di dalam dirinya sendiri, belajar memahami apa itu kesadaran, consciousness, dan bagaimana hubungannya dengan segala macam hal yg dipaksakan oleh lingkungannya. Kalau anda kultivasi spiritualitas dengan jujur, maka cepat atau lambat anda akan menyadari bahwa agama lebih banyak memiliki aspek keduniawian daripada kerohanian. Ada simbol-simbol yg digunakan dalam agama, tetapi kebanyakan penganut agama tidak tahu apa makna dari simbol-simbol itu.

Simbol dianggap sebagai hal yg hakiki, pedahal cuma simbol saja. Makna dari simbol ditemukan di dalam kesadaran kita sendiri. Meanings, makna, arti. Dan ketika kita bisa menangkap artinya, maka simbol-simbol bisa saja dilepaskan dan tidak dipegang lagi. Tetapi orang beragama justru dipaksa dengan kasar maupun halus untuk selalu berpegang kepada simbol-simbol itu. Akhirnya yg terjadi adalah pemutar-balikkan.

Kepala jadi kaki, dan kaki jadi kepala.

(Joko T.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar