13 Jun 2013

Ibadah untuk Manusia, dan Bukan Manusia untuk Ibadah


Walaupun asal-usulnya dari agama Yahudi, ketika masuk masa perkembangan aliran Protestan di awal abad ke 17 Masehi, sekitar 400 tahun lalu, sudah tidak ada lagi pengajian dan dzikir. Prakteknya tetap ada, berupa kegiatan menyanyikan lagu-lagu rohani. Sayangnya orang Kristen sendiri tidak mengerti. Dipikirnya hanya nyanyi-nyanyi begitu saja. Mereka tidak tahu banyak cakra yg dibuka lewat lagu-lagu rohani. Dinyanyikan dengan nada dan gaya berbeda, dan akan membuka cakra yg berbeda. Mereka tidak pakai istilah cakra dan kundalini, tentu saja. Tetapi hasilnya sama saja.

Oh, hari ini untuk bernostalgia, kata Joko Tingtong.

Joko baru lihat beberapa detik lalu di facebook, namanya Darrell, pastor khusus untuk mahasiswa Penn State yg bergabung dengan Chi Alpha, pelayanan kampus dari Assemblies of God. Joko kenal Darrell di tahun 1992-1993. Walaupun pastor, panggilannya Darrell saja. Dipanggil nama saja oleh semua mahasiswa. Waktu ada pembaptisan mahasiswa, semuanya dipegang oleh Darrell, kecuali Joko Tingtong yg dibaptiskan sendiri oleh pastor senior di gereja itu. Tentu saja, karena Joko satu-satunya mahasiswa yg berasal dari Asia. It's part of my past, kata Joko Tingtong, bagian perjalanan spiritual saya.

Denominasi Assemblies of God juga ada di Indonesia, namanya Gereja Sidang Jemaat Allah. Ini aliran Pentakosta yg berasal dari Amerika Serikat, bukan dari Eropa. Termasuk fundamentalis dibandingkan gereja-gereja yg berasal dari Eropa. Fundamentalis artinya percaya Alkitab sebagai ucapan Allah. Semakin percaya secara literal, semakin fundamentalis.

Tentu saja Joko Tingtong tidak mau add Darrell sekarang. Biar saja masa lalu tetap menjadi masa lalu, kata Joko. Sekarang Joko sudah jadi kapir. Masuk kategori backslidden. Atawa keluar dari jalur yg benar.

Pada pihak lain, Joko tahu bahwa Allah ada dimana-mana, dan bukan hanya di gereja saja. Banyak gereja tidak lagi punya Allah, yg mereka punya gedung. Gedung gereja bukan Allah. Allah hidup di kesadaran manusia, bukan di dalam gedung. Oh, klise, kata Joko Tingtong. Semua orang juga sudah tahu itu. Maybe it's about having the right conscience, hati nurani yg benar. Kalau hati nurani merasa terlalu banyak kemunafikan disana, lebih baik ditinggal saja. Lebih baik punya hati nurani yg bersih, daripada bergabung dengan gereja tapi merasa tersiksa. Menipu diri sendiri membawa penyakit, kata Joko. Bukan berarti harus anti, melainkan mencari jalan sendiri. Jalan spiritualitas ada dimana-mana. Kalau yg sudah dikemas tidak memuaskan, kita bisa membuat racikan sendiri.
Karena sudah keluar masuk berbagai aliran gereja, Joko Tingtong tidak mempan rayuan penginjil. Agama Amerika yg begitu jujur saja sudah tidak mempan, apalagi agama lain yg jauh lebih banyak kepura-puraannya. I am beyond religion now, kata Joko Tingtong. Sudah melewati tahap beragama. Saya sudah tahu rasanya, sesaknya. Atau mungkin nikmatnya. Oh, candu rakyat!
Aliran Pentakosta aslinya berupa kultivasi spiritualitas pribadi, ini aliran yg terakhir muncul, usianya baru 100 tahun, kurang lebih. Tapi sejak dilembagakan, rohnya makin kabur. Makin kaku, makin bersyariat. Untungnya, karena berasal dari Amerika Serikat, tidak ada itu paksa-memaksa. Kalau suka boleh gabung, kalau tidak suka boleh keluar. Joko keluar bersama Yesus. Waktu Joko keluar dari gereja, Yesus ikut keluar.
Yesus tidak hidup di dalam gedung gereja, melainkan di dalam kesadaran manusia. Tidak juga di dalam organisasi gereja. Melainkan di dalam setiap manusia, satu persatu. Bisa berbeda, tentu saja. Tidak ada satu manusiapun yg sama. Tidak ada Yesus yg sama untuk setiap manusia. Simbol bisa sama, tetapi arti berbeda.
Kekristenan berubah terus, sekarang sudah banyak gereja gay dan lesbian di seluruh dunia. Sah dan legal. Tidak dikejar-kejar dan dibilang aliran sesat. Mungkin di Indonesia juga sudah ada cabangnya. Dan mungkin disini harus sembunyi-sembunyi karena orangnya masih terbelakang. Mereka pikir kalau homo dan lesbi artinya tidak bermoral. Menurut Joko, yg tidak bermoral adalah yg tipu menipu. Curi mencuri. Beragama, menipu dan mencuri. Itu yg tidak bermoral. Kalau berhubungan sex sejenis, itu biasa saja. Soal selera. Bukan dosa, bukan penyakit juga. Biasa-biasa saja.
Saya individualistik sekali, kata Joko Tingtong. Individualistik tidak berarti egois. Menjadi diri sendiri apa artinya kalau bukan menjadi individualistik? Independen, berpikir bagi diri sendiri. Kalau anda mau ikut Yesus secara konsekwen, anda harus jadi orang individualistik juga. Yesus itu individualistik, non kompromistis. Siddharta Gautama juga. Yg lebay-lebay dan mengaku pengikut Yesus atau Buddha adalah mereka yg tidak mengerti. Yesus mau anda menjadi seperti dirinya, menjadi diri sendiri dan menghadapi dunia yg sudah menjadi dekaden digerogoti kaum beragama aliran lama. Siddharta Gautama juga seperti itu. Kalau sekarang anda mengaku mengikuti Yesus atau Buddha, mengapa anda bertahan di aliran lama? Aliran Yesus dan Buddha selalu berupa aliran baru. Pembaharuan terus menerus. Dilakukan di dalam pikiran anda, dan dinyatakan dalam perbuatan nyata. Bukan untuk sorga atau moksa, melainkan untuk di dunia ini saja. Itu pengertian Joko Tingtong.
Setahu Joko, Yesus kalau berbicara selalu memberikan keberanian kepada pendengarnya untuk bertindak rasional. Untuk berpikir dan tidak menelan takhayul mentah-mentah. Ibadah untuk manusia, dan bukan manusia untuk ibadah. Itu perkataan Yesus. Yesus bilang, waktu beribadah disisihkan demi manusia. Dan bukan manusia diciptakan untuk beribadah.

Tertulis di salah satu Injil: Hari Sabbath diciptakan untuk manusia, dan bukan manusia untuk hari Sabbath. Perkataan itu masuk ke dalam pikiran Joko Tingtong, dan menjadi: Ibadah untuk manusia, dan bukan manusia untuk ibadah.

Siapa yg bilang manusia diciptakan untuk beribadah? Para penjual agama itu, tentu saja. Itu bukan ajaran Yesus. Yg diajarkan Yesus adalah meditasi individual. Sekali meditasi selama satu jam. Yg seperti itu saja tidak dipraktekkan oleh orang Kristen. Yg dipraktekkan cuma mengucapkan doa atas nama Yesus. Tentu saja tidak ada khasiatnya. Yg Yesus ajarkan adalah meniru sikapnya yg individualistik, independen, eksentrik, dan rajin meditasi. Bahkan satu malaman penuh.

Yesus tahu bahwa dirinya menjadi simbol. Simbol dari kesadaran tiap orang pribadi per pribadi. Terima Yesus yg dipaksakan para penginjil itu artinya menerima diri sendiri. Anda yg menerima diri anda sendiri, apapun warna dan baunya. Terima apa adanya, tanpa bilang salah atau benar. Itu makna aslinya. Tapi para penginjil itu tidak berani bilang bahwa terima Yesus berarti menerima diri sendiri. Kalau mereka bilang begitu, jualannya tidak bakalan laku.


(Leonardo Rimba)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar