9 Jul 2013

Testimoni Nabi Zakaria AS

Testimoni Nabi Zakaria AS: “Dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku." (QS Maryam 19:48)

Mungkin anda tidak tahu siapa Nabi Zakaria. Joko Tingtong bilang, Zakaria adalah bapaknya Nabi Yahya. Mereka ini tidak diakui oleh agama Yahudi. Sama seperti Isa yg juga tidak diakui. Isa, Zakaria, Yahya dan bahkan Maryam adalah orang luar di Yudaisme. Walaupun mereka orang Yahudi, perannya tidak diakui. Kalau tidak diakui oleh orang Yahudi sendiri, kenapa bisa ada di dalam Al Quran? Menurut Joko Tingtong, jawabannya adalah karena Nabi Muhammad orang Kristen. Zakaria, Yahya, Yesus dan Maryam termasuk figur-figur utama dalam drama awal Kekristenan. Kalau anda tertarik sejarah, bisa menelusuri seberapa Kristennya Nabi Muhammad. Joko berpendapat 100% Kristen, tapi bukan Kristen seperti yg masuk Eropa, melainkan Kristen seperti yg masuk ke Arabia. Sebenarnya dua jenis Kekristenan ini sah saja, karena sudah diputuskan oleh murid-murid Yesus sendiri di Yerusalem. Keputusan mereka, para penginjil ke Eropa boleh melepaskan syariat. Makanya di Eropa tidak ada syariat Yahudi yg dibawa-bawa. Kristen yg ada di Palestina dan kemudian menyebar ke Arabia adalah yg mempertahankan syariat. Tidak juga dilarang.

Sholatnya Nabi Muhammad adalah sholat Kristen Arab. Kita tidak tahu pasti bagaimana sholatnya Nabi Muhammad yg asli. Kalau bisa ditemukan, maka kita akan tahu seperti apa sholat orang Kristen di Arabia pada masa itu. Bukan Kristen Arab masa kini, melainkan Kristen Arab masa lalu, abad ke 7 M, sebelum berkenalan kembali dengan Kristen yg masuk ke Eropa.

Praktek puasa sendiri, Joko percaya merupakan bagian ajaran langsung dari Yesus. Yesus mengajarkan doa dan puasa. Rutin sepanjang tahun. Kristen di Eropa dulu juga mempraktekkan doa dan puasa sepanjang tahun. Sekarang tidak lagi. Gereja tidak lagi bisa memaksa umat seperti di jaman dahulu kala.

Anda tidak bisa membandingkan kitab suci kalau hanya membaca satu kitab. Al Quran, walaupun merujuk kepada banyak kitab suci, tetap saja hitungannya satu buku. Kitab suci Kristen, yg disebut Alkitab, terdiri dari 66 (enam puluh enam) kitab. 39 (tiga puluh sembilan) di antaranya merupakan kitab asli Yahudi, dan sisanya baru kitab asli Kristen. Penulisnya juga puluhan. Kalau anda baca, akan terlihat gayanya berbeda-beda. Tergantung latar belakang penulisnya. Tidak semuanya kitab nubuah. Ada kitab sejarah raja-raja, ada kitab hukum-hukum, ada puisi cinta, ada kisah perang dan penaklukkan, dan ada surat-menyurat. Macam-macam. Dan masih terus direvisi sampai detik ini. Penemuan potongan kitab yg usianya lebih tua otomatis akan mempengaruhi kitab yg dipakai saat ini. Banyak variant, perbedaan penulisan, titik dan koma, walaupun umumnya sama selama ribuan tahun. Secara umum tidak berubah, kalaupun ada tambahan, maka bisa ditelusuri itu tambahan dari masa apa, dan aslinya seperti apa. Semuanya langsung dimasukkan ke cetakan terbaru. Ini ilmu tersendiri. Ilmu canggih, ditekuni oleh orang-orang Kristen dan Yahudi. Mereka tugasnya khusus meneliti kitab-kitab, mencari teks yg paling asli. Bukan penyebaran agama. Orang Yahudi dan Kristen tidak kaget lagi sekarang kalau ada penemuan potongan kitab yg jauh lebih tua, dan ternyata beda dengan yg dipakai sekarang. Semuanya sudah tahu bahwa kitab-kitab suci diedit. Ditulis dan disalin oleh manusia. Terkadang diberikan tambahan, penjelasan oleh penyalinnya, dan cuma bisa diketahui kalau ada specimen kitab yg lebih tua muncul. Dulu orang heboh, ketika masih percaya semuanya bulat-bulat berasal dari Allah. Sekarang tidak lagi. Malah orang senang kalau dapat penemuan berharga seperti naskah-naskah Qumran, sehingga kitab-kitab yg sekarang dipakai bisa dicek dan ricek.

Untuk anda yg belum tahu, kitab-kitab Yahudi sudah diterjemahkan ke bahasa Yunani sejak lebih dari 2,000 tahun lalu. Aslinya berbahasa Ibrani, bahasa asli orang Yahudi, tetapi karena sebahagian besar orang Yahudi sudah hidup di perantauan, di luar Palestina, bahkan sejak ribuan tahun lalu, dan sudah tidak lagi fasih berbahasa Ibrani, maka terpaksalah itu kitab-kitab para nabi Yahudi diterjemahkan. Diterjemahkan ke bahasa internasional saat itu, yaitu bahasa Yunani. Terjemahannya dilakukan oleh 70 orang, dan hasilnya disebut Septuaginta. Septuaginta adalah kitab-kitab suci Yahudi yg sudah diterjemahkan ke bahasa Yunani, dipakai oleh orang-orang Yahudi di perantauan. Tapi itu tidak cukup karena kemudian orang Romawi berkuasa di seluruh Mediterania, dan orang-orang Kristen di Romawi bagian Barat tidak terlalu menguasai bahasa Yunani. Maka terpaksalah itu Septuaginta diterjemahkan lagi, kali ini ke bahasa Latin, yaitu bahasa yg dipakai oleh orang Romawi. Namanya Vulgata, dan itu dipakai oleh gereja Katolik sampai ribut-ribut kemudian. Ribut habis-habisan ketika Vulgata itu diterjemahkan ke bahasa-bahasa nasional. Kesadaran kebangsaan mulai muncul sedikit demi sedikit, dan mesin cetak sudah ada. Diterjemahkanlah Alkitab berbahasa Latin itu ke bahasa Inggris, Belanda, Jerman, dll. Mengakibatkan banyak orang dibakar hidup-hidup oleh gereja dengan alasan menodai kesucian kitab dari Allah.

Kita tahu sekarang bahwa ini bukanlah soal kesucian, melainkan politik. Bahasa Latin adalah bahasa asli gereja Katolik Roma. Mereka bertahan sampai tidak kuat lagi, untuk tetap mempertahankan Latin sebagai bahasa gereja. Sekarang tentu saja semuanya sudah pakai bahasa nasional. Setelah makan korban entah berapa ribu, dan mungkin jutaan orang, kalau perang agama antara Katolik dan Protestan mau dihitung juga. Penerjemahan Alkitab ke bahasa-bahasa nasional termasuk salah satu issue dalam terpecahnya gereja menjadi Katolik dan Protestan. Raja Inggris, King James, bahkan mendukung penerjemahan Alkitab ke bahasa Inggris. Versi resmi bahasa Inggris muncul tahun 1611, namanya the Holy Bible, King James Version. Itu awal abad ke 17. Pada akhir abad ke 17, muncul terjemahan Alkitab ke bahasa Melayu. Untuk menerjemahkan Lord Jesus digunakan kata Tuhan Yesus. Oh, sejarah, asal-usul istilah Tuhan di bahasa Indonesia. Asalnya untuk menyebut Tuan Yesus atau Lord Jesus. Tuhan itu Tuan, asli seperti itu maknanya. Joko Tingtong tahu pasti. Kalau Allah lain lagi. Apabila tulisannya God, barulah diterjemahkan menjadi Allah. Lord menjadi Tuhan, dan God menjadi Allah. Tuhan tidak sama dengan Allah. Tuhan adalah Tuan. Kalau artinya kemudian bergeser, dianggap Tuhan sama dengan Allah, lewat salah kaprah, maka itu kebiasaan orang Indonesia. Sudah biasa.

Di dalam Injil resmi, yaitu yg tercapat di dalam Alkitab Kristen, terdapat episode pembaptisan Isa oleh Yahya di Sungai Yordan, dibaptisnya di sungai itu. Mereka kerabat dekat. Ibu dari Yahya yg bernama Elizabeth adalah sepupu dari Maryam, ibunya Isa. Tradisi pembaptisan dimulai oleh Yahya, dan setelah Yahya meninggal dilanjutkan oleh Isa. Walaupun bukan Isa sendiri yg membaptiskan orang. Murid-muridnya yg melakukan itu. Bukan dibaptiskan dan lalu disebut orang Kristen. Tidak begitu. Ini baptisan untuk orang-orang Yahudi semasa Isa masih ada di antara mereka. Baptisan artinya simbolik, pengakuan bahwa mereka orang-orang berdosa yg memohon ampun kepada Allah. Dibaptisnya di Sungai Yordan, masuk total ke dalam sungai, termasuk seluruh kepalanya. Artinya, dosa-dosa mereka dilarutkan oleh air. Diampuni oleh Allah. Dan bangkit kembali, keluar dari sungai dengan hati nurani yg bersih. Setelah masa Kristen, ritual baptis dianggap sebagai pengakuan masuk Kristen. Pedahal aslinya tidak begitu. Aslinya, ritual masuk agama Yahudi, dan Kristen juga, adalah sunat bagi lelaki. Setelah syariat sunat dihapuskan oleh murid-murid Yesus sendiri, maka yg dianggap ritual bagi mualaf di Eropa adalah baptisan itu. Mulanya di sungai, lama-kelamaan cukup dipercik saja kepalanya dengan air.

Tradisi bisa berubah, pengertiannya juga.

Joko Tingtong heran, tidak pernah mendengar kisah mendebarkan sekaligus heroik dari penyebaran agama Kristen di Indonesia. Kuburan dari orang-orang yg pertama-kali menyebarkan Kristen juga tidak diziarahi. Bapak tirinya Joko Tingtong termasuk orang yg berkhotbah di kampung-kampung semi kapir di pedalaman Maluku Selatan. Begitu juga bapak dari bapak tirinya Joko Tingtong. Semi kapir artinya sudah setengah Kristen. Sampai sekarang mereka tidak diangkat sebagai wali orang Ambon. Dianggap sebagai pendeta karismatis juga tidak. Pedahal kebal santet dan teluh. Untuk anda yg belum tahu, penduduk Maluku Selatan masa lalu ada yg punya berhala bernama Putri Buaya. Suka dibuatkan patungnya dari emas. Menurut kisah keluarga, bapak dari bapak tirinya Joko Tingtong ambil itu patung Putri Buaya dari penduduk kampung. Dan dilebur, dijadikan perhiasan emas. Oh, sayang sekali, kata Joko. Seharusnya itu arca Putri Buaya diserahkan ke Museum Nasional saja. Peninggalan leluhur kita. Warisan budaya bangsa.

Lalu ada request dari seorang teman: "Islamisasinya dong, Mas Joko!"

Joko jawab, Islamisasi di Maluku Utara, bukan Maluku Selatan. Di Maluku Utara banyak yg percaya hal ghoib. Maluku Selatan langsung lompat ke cara berpikir Belanda, zonder lewat Hindu Buddha.

Baik Islamisasi maupun Kristenisasi, semuanya pakai banyak istilah Yahudi seperti Taurat. Kalau anda mau bilang Taurat sebagai hukum-hukum Allah, maka bisa juga. Salah satu dari lima kitab yg dipercaya ditulis oleh Musa AS, isinya hukum-hukum saja. Mungkin yg judulnya "Imamat" dalam bahasa Indonesia. Itu syariat Yahudi. Pertama-kali diberikan oleh Musa, atas nama Allah. Syariat yg pertama itu kemudian diberikan komentar dan ulasan oleh para ulama Yahudi, namanya Talmud. Dari Talmud, dikomentari lagi dan diulas lagi. Begitu seterusnya sampai saat ini. Yudaisme isinya ulas-mengulas hukum Allah, dan ujungnya pemberian fatwa oleh ulama. Mengikat bagi ulama itu sendiri, dan pengikut langsungya. Tidak berlaku bagi ulama yg berpendapat beda dan pengikutnya sendiri.

Kekristenan sudah beda, bukan ulas-mengulas hukum seperti di Yudaisme.

Yg dianggap tulisan Musa juga adalah kitab Kejadian. Kejadian isinya kisah penciptaan alam semesta, termasuk manusia pertama, Adam dan Hawa. Aslinya kitab Yahudi, tapi dipakai juga oleh orang Kristen. Semua kitab resmi Yahudi dipakai juga oleh orang Kristen. Segala macam kisah aneh-aneh ada di dalam sana, tidak ada yg dibuang satupun. Ada, tapi tidak dipakai, selain sebagai kisah. Kita bisa lihat sekarang, bahwa seperti itulah orang masa lalu. Bukan berarti manusia sekarang harus begitu juga.

Kitabnya tetap, tidak diubah. Yg berubah adalah interpretasinya.

Kitab-kitab Yahudi diambil alih semuanya. Diambil begitu saja, bukan diubah.

Al Quran bukan hasil rombakan kitab-kitab Yahudi dan Kristen, melainkan synopsis. Ringkasannya. Ditambah dengan pengalaman pribadi orangnya sendiri, yg tentu saja tidak ada di kitab manapun. Sedangkan apa yg kita kenal sebagai Surah Al Maryam, itu jelas Injil. Injil yg adanya di dalam Al Quran, dan orang Islam sendiri tidak tahu. Injil artinya kisah hidup Yesus, di Al Quran juga ada.

Anda boleh saja berpendapat ayat-ayat di kitab suci berasal dari Allah. Semua orang Yahudi dan Kristen juga seperti itu, dulu sebelum abad pencerahan. Sekarang mereka pakai istilah "inspirasi". Ada inspirasi dari Allah atau apapun namanya. Tapi tetap saja ditulis atau diucapkan oleh manusia. Hasil budaya manusia. Bukan manusianya hilang kesadaran lalu Allah masuk dan menguasainya. Tidak begitu. Manusianya tetap sadar, dan merasa memperoleh inspirasi dari Allah. Lalu menuliskan hasil inspirasinya, atau mengucapkannya. Setiap orang bisa memperoleh inspirasi dari Allah atau apapun sebutannya. Ayat-ayat itu mati di dirinya sendiri. Yg hidup adalah tubuh fisik anda, dan kesadaran anda.

Tidak semudah itu untuk mempelajari bahasa asli Alkitab Kristen, yaitu bahasa Ibrani dan bahasa Yunani. Kekristenan sendiri baru mulai terbuka matanya setelah muncul ahli bahasa Ibrani di Eropa 300 tahun lalu. Diperlihatkan, bahwa kitab-kitab Musa ternyata diedit. Bukan ditulis oleh Musa sendiri. Tadinya, gereja selalu mengajarkan, bahwa memang itu tulisan Musa. Banyak salah kaprah yg dilestarikan oleh lembaga-lembaga agama kalau tidak ada penelitian. Sekarang kita tahu bahwa kitab-kitab Musa diedit, bahkan Zabur yg berisikan bait-bait lagu yg konon digubah oleh Daud juga tidak semuanya berisikan karya Daud. Zabur isinya kumpulan bait lagu, ada yg dipercaya berasal dari Daud, ada juga yg dibuat oleh orang lain. Dan, tentu saja, ilmu pengetahuan akhirnya mementahkan kepercayaan Yahudi bahwa alam semesta diciptakan Allah dalam waktu enam hari saja seperti tertulis di Kitab Kejadian. Jelas itu dongeng. Legenda Adam dan Hawa juga. Legenda Ibrahim, Yakub dan anak-anaknya termasuk Yusuf, bahkan legenda Musa sendiri. Mungkin asal-usulnya dari kisah rakyat turun-temurun yg kemudian dituliskan.

Di Yudaisme dan Kekristenan, kepercayaan orang terhadap kitab suci berbeda-beda. Ada yg percaya mutlak, sampai titik komanya, dianggap benar berasal dari Allah. Ada yg percaya bahwa ayat-ayat itu benar berasal dari manusia yg dapat inspirasi. Inspirasi dari Allah. Tapi inspirasi hanya berlaku dalam bahasa aslinya. Kalau sudah diterjemahkan tidak berlaku lagi. Tapi siapa yg bisa baca bahasa Ibrani dan Yunani saat ini? Dengan tata bahasa dan perbendaharaan kata kuno? Istilah-istilah yg cuma dikenal orang-orang yg hidup di jamannya?

Ada juga yg percaya inspirasi tetap ada, walaupun sudah diterjemahkan. Jadi, yg memperoleh inspirasi bukanlah penulis kitab-kitab itu saja, melainkan pembacanya juga. Kalau anda membaca kitab suci, dan tiba-tiba muncullah pengertian. Artinya anda dapat inspirasi dari Allah, lewat perantaraan Roh Kudus. Mungkin dapat hidayah, kalau pakai istilah berbahasa Arab. Joko Tingtong berpendapat, sebagian besar Kekristenan bertahan di pengertian terakhir, bahwa ada hidayah yg bisa diperoleh kalau membaca kitab suci. Hidayah untuk anda, dari Allah. Lalu, setelah itu, barulah muncul problem interpretasi. Pengartian. Anda dapat inspirasi, secara intuitif tahu maksudnya apa, tetapi bagaimana menerjemahkan itu ayat-ayat yg seram sehingga bisa dimengerti orang dan dipraktekkan di masa sekarang yg aman dan damai? Solusinya adalah melakukan pelintiran. Ayat yg aslinya merujuk pembantaian sekarang dijelaskan sebagai pembantaian hawa napsu di diri kita sendiri, dan bukan berarti kita harus melabrak tetangga yg tidur bareng walaupun tidak menikah. Tertulis literal atau harafiah, tetapi diartikan figuratif, seolah-olah untuk hal-hal yg spiritual atau rohaniah saja. Dan itulah kerja rohaniwan. Tugas ulama. Yg tidak mutlak juga, sebenarnya. Joko berpendapat rata-rata orang Kristen tahu bagaimana mengartikan ayat-ayat kitab suci. Tidak bisa diartikan begitu saja secara literal seperti di masa lalu. Jamannya sudah beda. Milyaran orang Kristen malahan tidak tergantung kepada ulama lagi sekarang. Kita bisa baca kitab suci dan mengartikannya sendiri. Tidak ada yg larang.


 by Leonardo Rimba


5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar