5 Jul 2013

Namanya Welfare State, Negara Kesejahteraan

Joko Tingtong mengalami sendiri indoktrinasi Pancasila di masa Orde Baru. Saat itu namanya P4, wajib diikuti oleh semua mahasiswa baru. Sama saja seperti indoktrinasi Komunis. Disohorkan Pancasila paling hebat sedunia, lebih sakti dari Liberalisme di Amerika Serikat, dan lebih sakti juga dari Komunisme di Uni Soviet dan di Cina. Kalau sekarang anda mau mendukung Pancasila, anda harus bersihkan diri anda dari sisa-sisa indoktrinasi Orde Baru yg ciri utamanya adalah jalan pikiran yg otoriter. Mensohorkan diri sebagai yg paling bagus satu dunia, sekaligus mengharamkan cara berpikir bebas. Pancasila cuma permainan kata saja. Yg penting prakteknya. Anda boleh tidak suka dengan aliran ekstrim dan anarkis, tapi anda juga perlu lihat fakta bahwa yg mengaku nasionalis dan terbukti korup itu juga Pancasilais. Nasionalis, Pancasilais dan korup. Ketiganya sekaligus. Kalau saya bilang saya Nasionalis dan Pancasilais lalu apa? Lalu anda mau menuntut saya untuk menyembah-nyembah Pancasila? Lalu, anda mau mengatur apa yg boleh saya pikirkan dan tidak pikirkan? Lalu, anda mau mengatur apa yg boleh saya ucapkan? Menurut pengalaman, seperti itulah kelakuan praktisi Pancasila di masa lalu, mungkin masih seperti itu sampai sekarang. Makanya lebih baik tidak usah sebar slogan Pancasila, tapi praktek nyata.
Apakah harus saya tulis disini bahwa Pancasila digunakan oleh Rezim Orde Baru untuk memberangus lawan-lawan politiknya? Itulah isi dari Petisi 50 yg ditanda-tangani banyak tokoh, termasuk mantan Kapolri Hoegeng Iman Santoso, perintis kemerdekaan SK Trimurti, dan mantan gubernur Jakarta Ali Sadikin. Mereka yg menanda-tangani Petisi 50 langsung masuk daftar hitam selama Orde Baru berkuasa.

Lalu ada yg dinamakan Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober. Apakah Joko Tingtong harus bilang bahwa Hari Kesaktian Pancasila adalah hari konyol? Siapa sebenarnya yg membantai para jenderal? Apakah PKI? Joko tidak percaya isapan jempol itu. Ada kemungkinan Hari Kesaktian Pancasila adalah rekayasa, tertuduh belum tentu pelaku. Pemenang pertarungan mungkin perekayasa. Mungkin PKI berkolaborasi, tetapi kemudian kalah akal. Permainan akal-akalan. Mungkin Amerika Serikat ikut terlibat, dalam konspirasi tingkat tinggi untuk menyelamatkan Indonesia dari Komunisme. Malah, kalau mau jujur, harusnya kita namakan itu Hari Kesaktian Amerika, karena disinyalir untuk sekali lagi AS berhasil membuktikan kesaktiannya untuk menyelamatkan Indonesia. Pertama, dalam mempercepat serah terima kedaulatan dari Belanda. Kedua, dalam menyatukan Irian Barat dengan Indonesia. Dan ketiga, dalam menyingkirkan Sukarno yg cenderung berideologi kiri. Bagi Sukarno, Indonesia tidak bisa dilepaskan dari tiga pilar, yaitu Nasakom: Nasionalis, Agama dan Komunis. Pancasila sebagai dasar filsafat berlaku bagi ketiga golongan ini.
Joko Tingtong bukan Komunis, bukan atheist juga. Joko cuma orang jujur, dari dulu memang paling tidak suka dengan orang munafik. Mereka yg jualan Pancasila itu sama munafiknya dengan orang yg jualan agama. Otaknya tertutup rapat, dan mulutnya terbuka. Kalau itu mulut terbuka, digunakan untuk mengatur orang lain. Apa yg orang lain mau pikirkan hendak dicampurinya. Sangat terbelakang sekali. Sangat otoriter. Pakai senjata berupa motto budaya asli, budaya leluhur. Apakah ada budaya asli di Indonesia? Kalaupun ada, tentunya berbentuk manusia-manusia telanjang yg menari-nari di sekeliling api. Itu budaya asli kita, nenek-moyang kita. Yg pertama-kali datang ke kepulauan ini, sebelum imigran-imigran lainnya masuk. Penuh takhayul. Dan itu, menurut pengiklan Pancasila adalah budaya yg paling tinggi satu dunia. Tentu saja, pengiklan Pancasila gemar klaim kanan kiri. Pokoknya kalau sudah lama di Indonesia, akan di-klaim asli. Borobudur katanya budaya asli, Prambanan budaya asli. Joko Tingtong bilang, Borobudur dan Prambanan itu tidak asli Indonesia, mereka pengaruh dari budaya India. Kita ini tidak ada yg asli, kecuali mungkin manusia Sangiran. Sekarang sudah jadi batu.

Berpikirlah dengan logis. Pancasila tidak salah, cuma slogan belaka, tapi yg logislah! Jangan seperti agama yg klaim ini dan klaim itu. Indonesia tidak punya keaslian lagi. Kalau mau klaim asli, maka yg bisa melakukannya cuma orang Papua yg ada di puncak-puncak gunung. Mereka umumnya masih asli. Termasuk asli masih telanjang.
Lalu sejatinya Pancasila itu apa? Sejatinya Pancasila adalah slogan thok. Nasionalisme, kebangsaan Indonesia. Bukan gotong royong seperti pernah diucapkan oleh Bung Karno. Kenapa? Karena gotong royong ada di semua kebudayaan. Bahkan Inggris yg sangat kapitalis itu juga mengenal gotong royong. Pancasila adalah identitas kebangsaan Indonesia. Wujudnya seperti apa tentu saja ditentukan oleh individu masing-masing, bukan mengikuti cetak biru seperti dipraktekkan oleh Rejim Orde Baru.
Kalau mau bicara Kapitalisme, Indonesia ini sebenarnya lebih kapitalis dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Inggris. Lebih kapitalis dibandingkan Belanda, Perancis, Australia dan Kanada. Disana banyak jaminan sosial. Dalam praktek sudah merupakan hibrida antara Kapitalisme dan Sosialisme.

Namanya welfare state, negara kesejahteraan.

Indonesia tidak begitu. Kalau mau tahu kapitalisme murni yg kejam itu, Indonesia inilah contohnya. Tidak ada jaminan sosial, tidak ada jaminan kesehatan, dan bahkan tidak ada perlindungan hak-hak asasi. Walaupun secara teoritis semuanya ada. Teorinya ada, tapi prakteknya tidak begitu. Di AS dan Inggris, walaupun teorinya mereka kapitalis, dalam praktek sudah setengah sosialis. Warganegara dijamin kesejahteraannya oleh negara.

Setelah Pancasila tidak lagi dijadikan slogan untuk menakut-nakuti orang, solusi dari Joko juga cuma satu: jadilah diri sendiri. Berkiprahlah sesuai kemampuan anda, tanpa perlu mensohorkan agama ataupun budaya. Kita ini tidak ada yg asli. Semua berevolusi, menjadi makin baik. Yg baik ada di saat ini atau di masa depan. Bukan di masa lalu. Kemungkinan besar leluhur kita lebih brengsek dari manusia saat ini. Anda hidup buat diri anda sendiri dan generasi mendatang, bukan hidup untuk leluhur. Leluhur sudah mati. Tidak bisa hidup lagi. Anda sudah lebih beradab dibandingkan leluhur anda. Tidak perlu menipu diri.

Banyak macam penipuan diri, seperti ini contohnya.

T = Selamat jumpa, perkenalkan nama saya X, saya seorang karyawan swasta. Saya berputera satu, nama anak saya Y. Dia lahir normal seperti anak-anak biasa, sejak kecil dia seperti anak-anak seumurnya, tetapi menginjak umur dua tahun ada yang aneh dalam dirinya, cara berpikir dia sudah seperti orang dewasa. Dia mempunyai indera keenam sehingga mampu melihat makhluk halus.

J = Anda juga mempunyai indra keenam sehingga bisa melihat makhluk halus. Setiap orang memiliki indra keenam sehingga bisa melihat makhluk halus. Yg namanya makhluk halus adalah apa yg kita lihat di dalam pikiran kita saja, dan bentuknya non fisik. Karena cuma ada di dalam pikiran kita saja, maka dinamakan makhluk halus. Setiap orang memiliki kemampuan itu. Untungnya, tidak semua orang mau berbicara tentang makhluk-makhluk yg dilihatnya di dalam pikirannya itu. Jadi, makhluk-makhluk itu dianggap tidak ada. Dianggap bahwa apa yg dilihat itu cuma perasaannya saja. Dan memang benar, yg namanya peraaan adalah makhluk halus juga. Dan itu tidak terlihat secara fisik, baik oleh orang lain maupun oleh kita sendiri. Yg bisa terlihat secara fisik adalah gejala terpengaruhnya orang oleh perasaannya yg tidak terlihat itu. Orang bisa tiba-tiba menjadi nampak "merah" pedahal tidak ada apapun di hadapannya. Ternyata orang itu melihat suatu makhluk halus di dalam pikirannya sendiri sehingga dia menjadi marah. Begitu cara kerjanya.

T = Satu lagi yang membikin saya kaget keberaniannya yang luar biasa tidak pernah takut dengan apapun. Kebetulan saya pernah membaca sebuah artikel tentang ciri-ciri anak indigo, kok tanda-tandanya mirip dengan anak saya. Apakah memang anak saya anak indigo?

J = Apakah anda berpikir bahwa ciri-ciri anak indigo adalah kemampuan melihat hantu, yg disini anda sebut sebagai indra keenam? Itu salah kaprah yg mewabah di Indonesia. Kalau orangnya masih terbelenggu takhayul, apa yg dilihatnya itu akan diartikan sebagai hantu dan berbagai makhluk jadi-jadian lainnya. Pedahal makhluk-makhluk itu cuma simbol dari apa yg ada di sekitar lingkungan itu. Kuntilanak yg bisa terlihat jelas merupakan simbol dari hasrat kewanitaan yg tidak bisa terpenuhi atau tidak pernah puas, misalnya. Gendruwo adalah emosi terpendam dari orang-orang yg hidup di dalam masyarakat yg sangat kompromistis seperti di pedesaan di Jawa, dan lain lain. Dan kemampuan seperti itu memang sudah ada dari kapanpun. Di setiap generasi selalu ada anak-anak yg lebih sensitif sehingga bisa melihat munculnya simbol-simbol di dalam pikiran mereka sendiri. Cuma, kemampuan melihat simbol tidak selalu diiringi oleh kemampuan interpretasi.

T = Bagaimana saya harus memperlakukan anak saya karena kadang dia cenderung pemberontak, tidak mudah diatur, pengennya seperti raja?

J = Atur saja. Walaupun memberontak dan menjerit-jerit, anak kecil tetap harus diajar untuk tertib.

T = Apakah kemampuan indigo anak saya bisa hilang? (karena saya pernah dengar cerita teman yang keponakannya dulu waktu kecil cerdas banget tapi setelah menginjak kelas 5 SD jadi berubah menjadi anak yang pendiam, pasif dan cenderung lambat daya tangkapnya). Nah bagaimana dengan kasus seperti ini?

J = Kita semua lahir dengan kemampuan batin untuk melihat berbagai "makhluk halus". Tetapi lama kelamaan kita belajar bahwa yg kita rasa kita lihat ternyata cuma ada di dalam pikiran kita sendiri saja, dan bukan secara fisik. Kalau heboh melihat "makhluk halus" adalah ciri dari anak indigo menurut anda, maka tentu saja lama-kelamaan anak anda tidak akan menjadi indigo lagi. Kalau dia sudah bisa membedakan apa yg fisik dan apa yg cuma ada di dalam pikirannya saja, maka kelakuannya yg aneh tidak akan diteruskan, dan selesailah karirnya sebagai seorang anak indigo.

T = Apakah dengan sekolah umum ini kemampuan indigo anak saya bisa hilang?

J = Tentu saja bisa hilang. Kemampuan untuk menjadi anak aneh tentu saja akan sedikit banyak hilang setelah masuk sekolah umum. Anda mengalaminya, saya mengalaminya. Kita semua mengalaminya sendiri.

T = Kemanakah saya harus menyekolahkan supaya kemampuan anak saya tidak hilang sampai dewasa sehingga kemampuan seperti itu bisa berguna kelak bagi nusa dan bangsa?

J = Mungkin bisa sekolah privat sama dukun saja.

T = O ya satu lagi, pernah suatu kali anak saya melihat sosok yang tidak kelihatan tetapi dia seperti ketakutan sekali sampai gemetaran, bagaimana sikap saya ketika menghadapi itu, tetapi kejadian ini memang jarang sekali terjadi, yang sering adalah dia hanya tertawa-tawa melambaikan tangannya seperti ngobrol dengan manusia biasa.

J = Kalau yg menyeramkan itu terjadi lagi, jelaskan saja bahwa yg dilihatnya itu cuma ada di dalam pikirannya sendiri saja. Simbol dari sesuatu yg ada disitu, tetapi secara fisik tidak ada. Yg menyeramkan bisa saja simbol dari mereka yg lalu-lalang. Kalau yg lalu-lalang banyak memiliki pikiran dan perasaan negatif, tentu saja simbol yg muncul bentuknya menyeramkan. Tetapi itu cuma ada di dalam alam pikiran si anak itu sendiri, dan dia harus mengerti itu kalau mau sekolah terus di sekolah umum dan menjadi anak yg biasa-biasa saja. Sehat walafiat dan sama sekali tidak indigo atau apapun istilahnya.


 by Leonardo Rimba


Tidak ada komentar:

Posting Komentar