18 Jan 2015

Joko Tingtong dan Lukisan Walter Spies yg Hilang


 
 
Barusan Joko Titong menulis tentang Tari Kecak, dan tiba-tiba ingat tentang koreografernya, seorang bule, warganegara Jerman. Kecak digubah oleh satu orang Bali, dan satu orang bule. Bulenya bernama Walter Spies, seniman serba bisa, yg mati di tahun 1942 ketika kapal yg mengangkutnya karam kena torpedo Jepang.

Joko ada lukisan karya ini bule. Mau saya sumbangkan untuk rakyat Bali, kata Joko. Untuk disimpan di museum saja. Tapi tidak ada yg berani otentifikasi. Pedahal jelas ini lukisan asli, tidak bisa ditiru. Tekniknya lain dari yg lain. Mungkin dibuat di Sumatra, ketika dalam interniran Belanda, dibuat berdasarkan foto-foto yg dibuatnya sendiri di Bali. Itu lukisan penari Janger. Oleh Walter Spies, ranking paling atas dari semua pelukis asing yg pernah dan masih ada di Bali. Lukisan Walter sekarang ada di kamar tidur saya, bersama beberapa lukisan kuno lainnya berobyek Bali, kata Joko. Semuanya oleh orang bule. Mungkin seram buat orang-orang lain, untuk tidur bersama lukisan-lukisan kuno yg semua pelukisnya sudah mati. Joko tidak merasa seram.
Pada akhir tahun 1999, Joko berkenalan dengan seseorang di Jakarta yg memiliki sebuah lukisan tua warisan dari orang-tuanya. Lukisan yg dimaksudnya terbuat dari cat minyak di atas kanvas, berukuran 55 cm x 45 cm, dengan obyek seorang penari Bali. Itu namanya penari Janger, baru diketahuinya dari buku Dance and Drama of Bali (1938) karya Walter Spies dan Beryl de Zoete. Buku ini memuat foto-foto tarian Bali tradisional yg dibuat oleh Walter Spies dan penjelasannya dituliskan oleh Beryl de Zoete. Di dalam buku itu, Joko melihat foto seorang penari Janger yg menurutnya mirip sekali wajahnya dengan penari Janger yg menjadi obyek di dalam lukisan yg diperolehnya.
Waktu baru diperolehnya, lukisan itu juga sobek di sebelah kiri atas di bagian yg kosong, sobekan mana telah dijahit dengan benang biasa saja pada saat itu. Kanvasnya tebal sekali seperti terpal, dan robeknya sepanjang sekitar 3 cm. Lukisan itu kemudian dibawanya ke seorang restorator lukisan. Robek sepanjang 3 cm itu kemudian ditambal sehingga sekarang tidak kelihatan dari arah depan. Tetapi bekas rusak itu tetap ada, dan bisa dilihat di belakang lukisan. Di belakang lukisan terdapat sebuah sketsa berbentuk semacam rumah gadang atau rumah adat Sumatra. Sketsa ini dibuat seperti ditorehkan dengan pisau di kanvas yg sangat tebal itu.

Dari restorator lukisan itu, Joko juga belajar bahwa segala sapuan cat yg ditambahkan belakangan ke suatu lukisan cat minyak setelah lukisan itu jadi akan rontok dengan sendirinya ketika lukisan dibersihkan dengan larutan kimia bernama toluene. Toluene digunakan di depan Joko untuk membersihkan lukisan Janger ini, dan ternyata lukisan itu tetap tidak berubah. Segala kotorannya rontok, tetapi tanda tangan di sebelah kiri bawah bertuliskan W. Spies tetap tidak terpengaruh.

Yg tetap ada hanyalah bekas-bekas gosokan dengan kain yg jelas terlihat di kiri bawah lukisan. Bekas ini menyebabkan kanvas menjadi sedikit berubah, agak melesak ke dalam, dan tidak bisa diperbaiki. Gosokan yg dibuat sendiri oleh pemilik sebelumnya. Ada yg mau bayar ini lukisan asal tanda-tangannya hilang. Pemilik lukisan itu sedang menggosok-gosok tanda-tangan di lukisannya dengan kain lap waktu Joko datang. Joko tanya, untuk apa? Ternyata ada yg mau beli. Dikiranya itu tanda-tangan tempelan, sehingga kalau digosok-gosok bisa rontok sendiri. Tentu saja tidak bisa. Tanda-tangannya asli. Joko tahu ini lukisan orisinil, walaupun saat itu belum dibawa ke lab. Lukisannya langsung Joko ambil saat itu juga, di tahun 1999, puncak Krismon. Walaupun Joko tidak punya uang, dia ambil juga. Barter dengan banyak barang.
Sampai saat ini, masih banyak yg mengasosiasikan Walter Spies dengan lukisan berjudul Calon Arang. Lukisan itu berada di Museum ARMA, Bali, dan berukuran 55 x 45 cm, sama persis dengan ukuran lukisan Janger yg ada di Joko Tingtong. Bedanya, lukisan Calon Arang bertemakan mitos dan berobyek manusia yg ukurannya tidak proporsional. Lukisan yg ada di Joko proporsional, dan sangat realistis. Orang pikir itu bukan gaya Walter Spies. Pada tahun 2001 diadakan pameran lukisan 100 tahun Sukarno di Jakarta. Di pameran itu Joko melihat lukisan-lukisan karya W Spies yg menurutnya satu genre dengan lukisan yg dimilikinya, yaitu realistis dan proporsional. Ada yg judulnya Javanese Dancers of the 9th Century dan Village Life in the Age of Borobudur. Keduanya koleksi Presiden Sukarno, tidak pernah dipamerkan kepada umum sebelumnya. Sekarang disimpan di beberapa istana negara.Lukisan Janger yg ada di Joko Tingtong aslinya tidak divernis. Setelah bagian yg robek direstorasi, Joko mencoba-coba untuk membersihkan sendiri lukisan itu dengan toluene. Ternyata masih bisa dibersihkan lagi sehingga warnanya menjadi lebih muda. Tetapi tidak diteruskannya karena terlalu melelahkan. Sekaligus takut lukisan menjadi rusak. Akhirnya disapukannya saja vernis merk Winsor. Akibatnya, lukisan susah sekali difoto karena vernis akan memantul.
Pada awal tahun 2011, Joko bawa lukisan ini untuk dicek di Centre for Cultural Materials Conservation, University of Melbourne, Australia. Dengan berbagai peralatan canggih yg ada di laboratorium itu, Joko bisa melihat sendiri di layar monitor bahwa lukisan ini tunggal, tidak ada lapisan-lapisan lain. Semua catnya asli. Yg menarik,di  bagian belakang lukisan, ternyata bukan hanya rumah tradisional Sumatra saja yg menjadi obyek dari sketsa itu, melainkan juga berlapis-lapis pemandangan pegunungan, seperti biasanya kita lihat di banyak lukisan Spies. Yg jelas, ahli disana tahu bahwa ini lukisan asli. Memang lukisan tua, berasal dari sekitar tahun 1930-1940. - Di Indonesia sendiri justru runyam. Para ahli senilukis Indonesia ternyata sudah dibooking oleh rumah-rumah lelang. Untuk minta diperiksa saja harus bayar Rp 1 juta. Membuatkan surat keterangan Rp 5 juta  Waktu Joko bawa lukisan ini ke salah satu museum di Bali, pemilik museum tertarik ingin beli. Joko jelaskan, dia bukan mau jual, tapi mau kasih untuk rakyat Bali, asal ada yg mau otentifikasi. Dan itu jatuh ke kuping yg budeg, atau membudegkan diri. Orang cuma lihat nilai dollarnya, atau rupiahnya. Keuntungan yg akan mereka peroleh kalau bisa menggaet lukisan ini dari Joko, dan kemudian mengumumkannya kepada dunia bahwa lukisan Walter Spies yg tidak pernah diketahui ternyata muncul. Joko Tingtong tidak mau seperti itu. Dia mau ada ahli lukisan yg berdedikasi, mau meneliti sendiri lukisan ini. Lihat dan pegang sendiri. Setelah itu buat tulisan ilmiah, dan publikasikan. Pamerkan. Buat simposium, panggil banyak ahli lainnya. Setelah tidak terbantahkan lagi ini lukisan Walter Spies yg hilang, Joko akan memberikannya untuk rakyat Bali. Ditaruh di museum milik Pemda Bali di Denpasar. 

Sampai sekarang Joko tidak bisa menemukan ahli yg mau mencek keaslian lukisan ini dengan benar-benar mengamati lukisannya dari dekat dan, bahkan, dengan membandingkannya secara langsung dengan lukisan Spies yg berada di ARMA, Ubud. Tentu saja perbandingan terbaik adalah dengan lukisan-lukisan Spies yg berada beberapa istana negara.

Hipotesa Joko, lukisan Janger dibuat di Bali oleh Walter Spies dan sketsa rumah Sumatra dan pegunungan itu dibuat ketika Spies di-internir oleh Belanda di Kutacane, Aceh. Sebagai warganegara Jerman, Walter Spies di-internir oleh pemerintah Hindia Belanda ketika pecah Perang Dunia II dan Belanda diduduki oleh Jerman. Spies diinternir di Ngawi, Jawa Timur, dan kemudian di Kutacane, Aceh. Dari sana rencananya akan diangkut ke India dengan kapal Van Imhoff. Kapal ini tenggelam ditorpedo tentara Jepang di lepas pantai Sumatra. Walter Spies tenggelam bersama kapal ini.

Joko tidak mengerti bagaimana lukisan ini bisa selamat sampai ke daratan sedangkan pelukisnya tenggelam. Ada kemungkinan Walter Spies menitipkan lukisan ini ke penumpang kapal yg berhak turun naik sekoci ketika kapal van Imhoff karam perlahan-lahan. Sebagai interniran, Walter Spies dan banyak warganegara Jerman lainnya tidak boleh keluar. Dikunci di dalam kamar mereka ketika kapal tenggelam. Hanya warganegara Belanda dan orang-orang berbangsa lain yg berhak menyelamatkan diri. Joko Tingtong tahu, Spies rela meninggal asal lukisan terakhirnya diselamatkan. Untuk rakyat Bali.
 
sumber : Leonardo R. notes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar