11 Jul 2013

Kebenaran Itu Apa? Quid Est Veritas?

Joko Tingtong mau buka rahasia yg paling besar sekarang: Tuhan adalah ide orang Yahudi, seolah-olah benar ada di atas langit sana. Yg benar, Tuhan adalah hasil kontemplasi para rabbi Yahudi. Perenungan mereka. Dimulai oleh orang Yahudi, dan diteruskan oleh orang-orang lain. Itu benar dan tidak bohong. Seorang teman yg sudah membaca buku karya Karen Armstrong, yaitu yg berjudul "Sejarah Tuhan", dengan lapang dada mengakuinya. Mengakui fakta historis berdasarkan hasil penelitian empiris dan obyektif bukanlah berarti kita bersifat keyahudi-yahudian. Kita tidak keyahudi-yahudian, tetapi memang kepercayaan kita merupakan turunan langsung dari kepercayaan orang Yahudi. Mungkin dimulai dari 2,500 tahun lalu mereka sudah menuliskan hasil imajinasi mereka tentang pencipta alam semesta oleh apa yg mereka sebut Tuhan (dalam bahasa Indonesia). Waktu itu ada banyak ilah lain, tetapi orang Yahudi bilang bahwa hanya Tuhanlah yg menjadi ilah mereka.

Jangan ada ilah lain di hadapan-Ku, begitu kata Tuhan-nya orang Yahudi. Makanya turunan dari Yudaisme yg berikutnya, yaitu Kekristenan, tetap monotheistik. Mereka menyembah ilah orang Yahudi yg umumnya disebut God atau Allah. Kalau kemudian Allah di Kekristenan didogmakan sebagai terdiri dari tiga pribadi, maka itu merupakan perkembangan belakangan, mulai ada sejak abad ke 4 M. Tiga ratus tahun setelah Kekristenan muncul, barulah muncul dogma atau ajaran yg tidak boleh dipertanyakan, dalam hal ini tentang Allah sendiri. Allah tetap satu, tunggal, tetapi terdiri dari pribadi, yaitu Allah Bapa, Alllah Putra dan Allah Roh Kudus. Apakah benar ada Allah yg seperti itu tentu saja soal lain. Manusia bisa saja membuat dogma atau ajaran yg dianggap benar dan haram diganggu-gugat. Bisa buat dogma tentang bumi yg datar seperti Kekristenan di abad pertengahan, bisa buat dogma bahwa perempuan adalah buntut dan lelaki adalah kepala, bisa buat dogma bahwa Indonesia kaya raya dan menjadi miskin karena dijajah orang Barat dan orang Arab. Apakah yg didogmakan benar tentu saja soal lain. Isi dogma belum tentu kebenaran. Dianggap benar karena itu dogma. Tidak boleh dipertanyakan. Kalau sudah dipertanyakan, maka kebenarannya diragukan. Ujung-ujungnya akan dianggap tidak benar.

Yg benar, dogma adalah hasil pemikiran manusia. Hasil kontemplasi, perenungan, adanya di dimensi pikiran sang manusia yg memikirkan hal itu. Apakah sinkron dengan kenyataan fisik atau historis merupakan urusan lain. Urusan belakangan dan biasanya tidak berpengaruh. Dogma adalah dogma, merupakan realita di dimensi pikiran. Benar di dimensi pikiran. Dan tidak benar di dimensi fisik dan historis. Secara subyektif benar, secara obyektif tidak. Tidak benar secara obyektif sehingga tidak bisa dijadikan patokan dalam membuat prediksi. Bukan bagian dari ilmu pengetahuan, melainkan bagian dari kepercayaan. Dipercaya sebagai benar, pedahal tidak benar. Agama seperti itu sifatnya. Memang benar, tetapi dimensinya beda. Bukan di dimensi fisik dan kesejarahan normal. Agama berada di dimensi kepercayaan. Realitanya cuma bisa dirasakan dan dinikmati oleh orang yg percaya. Kalau percaya, benarlah apa yg diajarkan itu. Diajarkan dengan kesungguhan dan haram untuk dipertanyakan. Kalau tidak percaya, tidak benarlah.

Lalu, kebenaran itu apa? Quid est veritas?

Berkaitan dengan kebenaran, ada yg tulis di note Joko Tingtong di facebook: Mas Joko, kalau internet kan buatan manusia, kalau Al Quran memang buatan siapa? Kalau bisa jawab cerdas pisan euy. Joko jawab: nenek-nenek juga tahu itu buatan manusia. Memang buatan manusia, asli dan tidak terbantahkan lagi. Secara fisik dan historis, Al Quran, Alkitab, Weda, Tri Pitaka, Taurat, Zabur, Injil, Tanakh, dan berbagai kitab yg disucikan manusia merupakan hasil budi daya. Produk dari kebudayaan manusia. Hasil kontemplasi atau perenungan ribuan manusia masa lalu. Mungkin ada satu manusia yg pertama kali merenungkan, ditambah dengan perenungan pengikutnya, semuanya merenung. Lalu muncullah kata-kata yg menurut para perenung ini berasal dari Allah. Bahkan bisa mengandung kata ganti orang pertama tunggal atau jamak, seolah-olah Allah sendiri yg bicara. Apakah benar Allah yg bicara tentu saja soal lain. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan dogma atau kepercayaan yg tidak boleh diganggu-gugat ini. Soal kepercayaan, dan bukan soal bukti fisik. Secara fisik dan obyektif, semua kitab itu buatan manusia. Secara dogmatis atau kepercayaan, merupakan perkataan Allah sendiri. Dibuat oleh Allah, konon.

Kita hidup di dua dimensi, paling tidak. Ada dimensi fisik, obyektif dan historis. Ada pula dimensi pikiran, subyektif dan interpretatif, yaitu tergantung interpretasi atau pengartian dari kita. Yg paling penting adalah dimensi subyektif itu, karena bulat bisa jadi lonjong, dan lonjong bisa jadi kotak. Makanya di dimensi ini kita masih bisa bermain. Bisa bilang cantik walaupun jelek. Dan bisa membuat jelek mereka yg cantik jelita. Bahayanya juga banyak. Anda harus benar-benar tercerahkan untuk menggunakan ini dimensi, yg bisa kita raih lewat teknik meditasi. Tapi itu di bagian lain, dan berikut percakapan dengan seorang teman perempuan aktivis LSM yg menjadi dukun tiban. Artinya, tiba-tiba menjadi dukun.

T = Dear Joko, senang bisa bertemu denganmu. Sebenarnya sudah lama, bahkan saya add kamu di facebook dan bilang pengen diskusi tetapi batal terus karena keraguan saya. Tetapi sekarang saya coba untuk membuka hal ini denganmu untuk membantu saya memahami diri sendiri dan tugas saya di dunia ini.

J = Ok, I'll try.

T = Sebenarnya saya sudah merasakan memiliki kemampuan berbeda dengan anak lain ketika SMP, saat mana saya mengetahui seseorang sakit atau mati sebelum dia/mereka tahu. Hal ini membuat saya takut karena berpikir itu karena saya. Saya anak pemarah. Sejak itu, saya mencoba melupakan meski sesekali saya iseng bermain-main dengan rasa panas yang keluar dari tangan saya dan mendeteksi apakah seseorang baik atau tidak.

J = Saya juga anak pemarah.

T = Seiring dengan kemampuan berpikir rasional dan pekerjaan, saya praktis tidak terlalu memikirkan lagi. Bagi saya, kisah tentang indra keenam atau paranormal hanya sekedar konsumsi bacaan di tengah pekerjaan harian. Apalagi pekerjaan saya di LSM menuntut saya berpikir kritis dan mengutamakan rasio. Tahun 2001 saya mengalami masa-masa sulit, masa dimana trauma kekerasan seksual saya bangkit kembali dan membuat saya harus betul-betul menyembuhkan luka batin. Saya melakukan terapi menulis. Beruntung kemudian saya mendapatkan beasiswa untuk S2 di Thailand sehingga saya bisa berjarak dari situasi yang ada. Pelan-pelan saya bisa menormalkan kembali hidup saya, menerima seluruh peristiwa bahkan thesis saya tentang kekerasan seksual pada anak melalui perkawinan muda. Bagi saya, pemilihan tema thesis adalah upaya untuk memahami seluruh latar belakang peristiwa kekerasan seksual pada anak. Tahun 2002, Desember, saya pergi berlibur ke Kunming bersama seorang teman yang memang orang Cina Selatan. Namanya Mei. Satu hari, kami pergi ke Green Lake, sebuah danau tua di Kunming yang dibangun pada abad ke-2. Disitu sebuah pengalaman spiritual saya alami. Segera setelah menginjakkan kaki di tepian danau saya merasakan seperti sebuah energi yang begitu kuat masuk ke tubuh saya dan saya kemudian meramal. Saya meramal Mei dan pacarnya. Entah mengapa saya bisa seperti itu. Setelah meramal kemudian kami duduk di tepi danau dan tiba-tiba saya begitu sedih, berbeban dan menangis. Saya tidak tahu mengapa menangis tetapi hanya ingin menangis. Mei pun bingung dan hanya bisa diam.

Dalam keheningan, seorang pendeta berbaju kuning tiba-tiba sudah berdiri di dekat kami dan berkata-kata tentang saya. Saya bingung, Mei lebih kaget dan bingung lagi sehingga tidak sempat menerjemahkan kata-kata beliau. Tetapi satu hal yang sangat penting beliau katakan tentang saya adalah bahwa saya adalah orang dengan penderitaan yang bertubi-tubi di masa kecil tetapi akan mendapatkan kebahagiaan. Kedengarannya klise, tidak ada yang istimewa. Dan saya ditanya apa yang diinginkan? Lalu saya bilang ingin bertemu nenek saya. Dia bilang saya harus minum herbal dan anggur/arak dan nanti malam akan bertemu nenek saya. Setelah itu dia pergi meninggalkan kami dalam kebingungan yang sangat. Tetapi karena masuk angin, saat itu angin dingin Desember, jadi kami balik ke apartemen Mei. Saya diberi ramuan herbal untuk menghangatkan tubuh. Tetapi kami merencanakan akan ke sinshe untuk membeli herbal dan anggur. Kami kemudian balik lagi ke Green Lake karena temannya Mei ingin bertemu untuk diramal (oleh saya). Jadilah hampir menjelang malam kami di Green Lake dan rumah sinshe sudah tutup. Akhirnya kami pindah ke sebuah cafe dan di situ saya minum anggur! Malamnya saya bermimpi bertemu dengan seorang nenek dengan rambut putih dan cantik sekali seakan sudah menunggu saya. Beliau tersenyum dan meraih saya dalam pelukannya. Saya berada di sebuah istana yang indah di tepi pantai. Saya lalu dibawa masuk ke dalam dan diminta duduk, lalu seketika saya diminta menumpangkan tangan dan satu demi satu orang-orang bersujud di depan saya. Mereka orang-orang miskin dan sakit. Saya bingung, bingung sekali. Lalu saya pergi ke sebuah menara di benteng tepi pantai, menatap matahari sore. Kedamaian penuh di dalam diri saya. Dan mimpi saya berhenti di situ. Tetapi kisah Kunming membuat saya merenung tentang siapa saya. Karena setelah itu saya seperti dapat menyembuhkan. Seorang teman sakit dan tiba-tiba tangan saya panas dan seperti ingin memegangnya. Tangan saya terus-menerus panas tetapi saya juga bingung harus bagaimana. Memang selama beberapa hari saya mencoba mentransfer energi, sebisa saya, teman itu membaik, tetapi kemudian saya menyerah dan akhirnya kami membawanya ke rumah sakit. Tetapi diagnosa kami sama. Saya kemudian mulai berpikir tentang Kunming dimana saya yang harus menumpangkan tangan pada orang-orang.

J = Pengalaman anda di Kunming itu cuma konfirmasi tentang apa yg anda rasakan sejak masih kecil. Anda memang memiliki bakat alami untuk menyembuhkan orang lain, dan seringkali bakat seperti itu tidak dapat berkembang sebelum orangnya sendiri jatuh bangun dalam penderitaan dunia. Dan saya tahu bahwa memang seperti itulah prosesnya. Kita tahu bahwa ada sesuatu di dalam diri kita sejak kita masih kecil, tetapi sesuatu itu kita abaikan karena kita mungkin merasa terganggu atau tidak yakin. Lalu kita jatuh bangun dalam pengalaman hidup. Kita melakukan kesalahan yg sama seperti yg kita nilai telah orang lain lakukan kepada diri kita. Bisa seperti itu. Akhirnya, setelah kita mengalami semuanya, kita tidak lagi bersikap menghakimi. Akhirnya kita sadar bahwa ya, kita telah menjadi korban. Tetapi orang lain juga telah menjadi korban dari kita. Kalau kita mau menghakimi orang lain, akhirnya kita cuma akan menghakimi diri kita sendiri saja. Karena kita tidak mau menghakimi diri sendiri, akhirnya kita anggaplah semuanya impas. Apa yg orang lain lakukan terhadap saya ternyata telah saya lakukan juga terhadap orang lain. Dan ternyata saya sama jahatnya. Orang lain jahat, dan saya jahat juga... Ketika kita sadar itu, kita bisa meneruskan segalanya tanpa berubah. Bisa juga kita memutuskan untuk berubah. Ya, saya sama jahatnya, sehingga tidak ada gunanya lagi untuk menyalahkan orang lain. Orang lain yg jahat itu ternyata diri saya sendiri juga. Saya juga jahat, sama jahatnya seperti orang lain. Orang lain adalah saya juga, cuma namanya saja yg berbeda, tapi dalamnya sama. Kita akhirnya sadar bahwa  tidak ada yg putih bersih. Kalaupun kita terlihat putih oleh orang, kita tahu bahwa dalamnya hitam legam.

Kejadian di tepi danau ketika anda merasakan memperoleh energi yg begitu besar merupakan titik katharsis ketika kesadaran anda tahu bahwa saatnya telah sampai. Dan masa lalu adalah masa lalu, sudah terhapuskan, impas... Lalu segalanya keluar begitu saja dari kesadaran anda. Anda bilang anda meramal teman anda Mei. Pedahal yg anda katakan adalah pembacaan anda tentang kehidupan Mei saat ini, dan kemungkinan-kemungkinan yg akan dialaminya. Probabilita. Ini istilah saya sendiri untuk menggantikan kata meramal yg terkesan klenik itu. Anda membaca kehidupan Mei di masa sekarang dan kemungkinan-kemungkinan apa yg bisa dilakukannya di masa depan. Pendeta yg tiba-tiba menghampiri dan meramal anda berada disana dalam suatu sinkronisitas. Ada hubungan batin yg telah tersambung, dan pendeta itu berada disana untuk menjalankan secara fisik apa yg telah secara intuitif dirabanya. Dia melihat apa yg anda alami di tepi danau itu, dan tidaklah susah untuk melihat seseorang yg sedang mengalami katharsis dan mengeluarkan segala energi yg ada di dalam dirinya. Segala yg tersimpan rapat dan tersisa dari masa lalu harus dikeluarkan saat itu juga, dan yg baru harus masuk. Yg baru itulah yg diberikan konfirmasinya oleh sang pendeta. Dia tahu perannya. Bahkan dia sudah tahu bahwa anda akan memperoleh apa yg anda minta saat itu kepadanya. Anda minta bertemu nenek anda, dan dia bilang amin. Dan anda bertemu dengan nenek anda. Your own guardian angel, malaikat pelindung anda. Bisa juga disebut sebagai your own higher self, kesadaran anda sendiri yg lebih tinggi atau lebih dewasa, dengan mana anda bisa memperoleh petunjuk lanjutan tentang apa yg anda bisa lakukan di masa depan.

T = Tahun 2003, hanya beberapa bulan dari Kunming, kami studi banding ke Chiang Mai dan Chiang Rai,Thailand. Dalam sebuah perjalanan ke beberapa temple ada hal menarik yang membuat saya kembali merenung. Ketika kami masuk ke temple pertama, iseng saya dan Mei pergi ke pojok temple untuk diramal. Kamu tahu ada sebuah wadah panjang seperti tabung dengan beberapa sumpit bertuliskan sesuatu pada tangkainya? Nah saya harus mengocok tabung tersebut dan salah satu sumpit akan keluar. Pada sumpit tersebut tertulis bahwa hidup penuh penderitaan tetapi kelak akan ditemukan kebahagiaan. Saya dan Mei berpandangan, kami teringat Kunming. Tetapi kami pikir ini hanya sebuah kebetulan. Lalu kami pergi ke temple berikutnya. Kami melakukan hal yang sama. Dan kamu tahu? Sumpit yang keluar sekali lagi mengatakan hal yang sama. Mei ketakutan dan marah, dia tidak ingin saya mengocok lagi. Tetapi saya penasaran. Pada temple ketiga ternyata sumpit yang keluar tetap sama. Saya bingung tetapi saya mencoba untuk menerjemahkan situasi ini. Tetapi tak ada jawaban. Umurku pada saat itu 32 tahun.

J = Tidak ada yg kebetulan, semuanya sinkronisitas. Dunia fisik kita memang tersambung dengan dunia non fisik. Kalau segalanya dilakukan dengan meditasi, maka apapun medium yg digunakan akan bisa membantu orang yg membutuhkan. Saya juga seperti itu. Medium saya kartu tarot. Kartu yg muncul selalu tepat, yg jadi masalah bagi saya adalah interpretasi karena saya bisa juga bias. Kalau menggunakan metode seperti di kuil-kuil Thailand itu, maka tidak perlu ada lagi orang yg melakukan interpretasi. Anda bisa baca sendiri kata-katanya.

T = Saya terus mengalami kebimbangan tentang siapa saya sebenarnya. Sepertinya semua salingberhubungan. Tahun 2004, dalam kebimbangan saya pergi ke Jenar, Purworejo, tempat nenek dari bapak saya dimakamkan. Saya tidak pernah tahu nenek saya sebelumnya karena beliau meninggal jauh sebelum saya lahir, beliau adalah etnis Cina. Ternyata, nenek saya ini berbeda dengan nenek yang saya temui di Kunming. Di kuburannya, saya, beliau dan bapak saya yang sudah meninggal menangis bersama ketika mereka tahu seluruh kebimbangan dan ketakutan saya tentang apa yang terjadi di Kunming dan Thailand. Intinya saya bilang, saya tidak sanggup dengan apa yang saya terima, apapun kemampuan itu. Mereka memahami dan menguatkan saya.

J = Anda berkomunikasi dengan roh mereka.

T = Tahun 2005-2006 adalah masa tenang meski sesekali saya iseng meramal dengan kartu (bukan kartu tarot tapi kartu biasa) untuk teman-teman yang iseng-iseng bertanya tentang hidup mereka. Sekitar 80% ramalan itu benar. Tapi saya bilang ini cuma iseng saja. Tidak ada keinginan untuk lebih karena memang iseng.

J = Sikap anda sudah tepat karena meramalkan masa depan tidak perlu dianggap terlalu serius, segalanya cuma proyeksi dari saat ini saja. Berbagai probabilita itu memiliki kesempatan untuk menjadi realita, tergantung apa yg kita pilih saat ini.

T = Tahun 2007, saya bertemu seorang laki-laki. Ketika pertama melihatnya saya langsung terkoneksi dengannya, merasakan ada putaran energi. Saya bingung, saya seperti jatuh cinta pada pandangan pertama. Karena sebelumnya tidak kenal maka perkenalan kami sekedar basa-basi saja dan ngobrol seadanya. Tetapi saya merasa sangat dekat dan percaya bahwa satu saat bertemu kembali.

J = Lalu?

T = Tahun 2008, saya mengalami kebingungan kedua, tentang siapa diri saya sebenarnya. Saya sempat menjalani hipnoterapi. Namun saya sempat tidak percaya pada hasilnya karena sekali lagi saya berpikir dengan rasio. Pada satu kali hipno tersebut, saya melihat anak laki-laki Indian yang komunitasnya dihancurkan dan sangat menderita dan pada berikutnya melihat seorang tentara bule yang sekarat terkena perangkap bambu runcing. Saya takut sekaligus bertanya apa maksud dari semuanya. Hipnoterapisnya minta saya datang lagi tetapi saya enggan jadi saya tidak pernah datang lagi.

J = Lalu?

T = Tahun 2009, cowok itu bekerja di kantor saya. Saya senang sekali. Kami menjadi dekat dan meski saya tahu dia sudah punya pacar tetapi saya bilang perasaan saya yang sebenarnya tentangnya. Perlahan tapi pasti, sebuah visi terlihat, terdiri dari empat adegan yang anehnya merupakan sambungan dari mimpi saya di Kunming. Pada menara benteng, sore hari yang indah, sambil memandang pantai saya bertemu dengan kekasih saya, yang juga pengawal saya! Adegan berikutnya, kami berpelukan erat. Adegan ketiga, dia pergi dengan menunggang kuda dan pada adegan keempat, saya berdiri, menunggu di menara benteng, pada sore hari. Dan visi itu berhenti disitu.

J = Lalu?

T = Hubungan kami mengalami pasang-surut perasaan. Karena kami seperti pacaran padahal sebenarnya tidak. Tetapi jauh di dalam hati saya menolak ditinggalkan. Saya mencoba untuk menelaah semuanya, mencoba untuk tidak bingung lagi. Apakah dia adalah kekasih saya yang bertemu kembali di masa sekarang? Ada banyak hal yang sebenarnya mungkin bisa jadi petunjuk. Pertama, kemampuan saya menyembuhkan ternyata kembali lagi! Kedua, saya menjadi lebih sensitif/peka, saya bisa menerawang melalui foto, saya mendapatkan komunikasi dari makhluk halus dan saya merasakan energi saya meningkat terutama jika dia berada di sekitar saya. Aneh bukan? Akhirnya saya menemui seorang paranormal, sebelumnya saya tidak pernah mencoba mencari paranormal karena takut terjebak pada mistik, dan beliau mengatakan betul bahwalaki-laki itu adalah kekasih saya ketika saya menjadi putri penyembuh! Saya senang tetapi juga bingung bagaimana menceritakan hal ini karena takut dianggap gila!

J = Lalu?

T = Joko, satu hal yang membuat saya kerap menyimpan semuanya karena saya takut dianggap mengada-ada, tidak waras dan terlalu berhalusinasi. Situasi ini membuat saya tidak percaya pada banyak hal tetapi di sisi lain, saya mulai menyadari bahwa saya memiliki tugas penting di dunia ini untuk kebaikan banyak orang. Tetapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus memulai.

J = Anda tidak mengada-ada. Memang ada sesuatu dengan pria itu. Energi anda besar sekali ketika tulisan sampai di bagian ketika anda menceritakan pertemuan dengan pria itu. Telapak tangan saya rasanya seperti ditusuk-tusuk.Energi penyembuhan yg anda miliki keluar denganbegitu dahsyatnya ketika pikiran anda konsen ke pria ini. Saya tidak mau bicara tentang soulmate karena akan membuat orang makin bingung saja. Paling jauh saya hanya bisa bilang bahwa pria itu bisa melengkapi sesuatu yg tidak ada di diri anda, sehingga energi anda akan keluar dengan lebih oke ketika anda bisa fokus ke dirinya. This is not about sex, but about love. Love for humanity. Dan pria itu menjadi simbol dari the whole of humanity for you. Saran saya, jalani saja. Bisa saja pria itu terus menjadi suami anda kelak, bisa juga tidak. Yg jelas, dia telah menjadi simbol dari, katakanlah, Animus atau pria di dalam diri anda. Anda seorang wanita yg memiliki guardian angels, malaikat pelindung. Salah satu guardian angel itu berbentuk pria, namanya Animus kalau mengikuti istilah dari Carl Gustav Jung. Ambil saja pria itu sebagai simbol, masukkan saja dalam batin anda. Kalau sudah ada di dalam anda, maka artinya abadi, tidak tergantung dari yg fisik.


Notes by Leonardo Rimba


Tidak ada komentar:

Posting Komentar