5 Jul 2013

cara fikir


Kesadaran saya mampu berpikir secara logis, berdasarkan metode induksi deduksi. Induksi artinya mengumpulkan bukti dari setiap unit pengamatan. Satu bukti dikumpulkan, ditambahkan ke bukti lainnya, lama-lama bukan menjadi bukti lagi melainkan bukit. Bukit kumpulan bukti. Dari situ dilihat apa persamaannya, dan apa perbedaannya. Kesimpulan yg diperoleh namanya hasil dari metode induksi. Deduksi adalah kebalikannya. Berdasarkan kesimpulan umum, dibuatlah asumsi bahwa pengamatan-pengamatan berikutnya akan memperlihatkan hasil sama. Induksi adalah metode dari khusus ke umum. Deduksi adalah metode dari umum ke khusus. Generalisasi atau kesimpulan umum tidak langsung jadi, melainkan dibuat lebih dahulu berdasarkan pengamatan khusus. Setelah jadi barulah dijadikan patokan untuk menduga hasil yg akan diperoleh dalam pengamatan khusus berikutnya. Kalau semuanya pas, berarti generalisasi bisa dipertahankan terus. Namanya teori. Kalau tidak pas, berarti teori tidak bisa dipertahankan. Harus dibuat teori baru, dengan tahapan yg sama. Inilah yg namanya metode ilmiah.

Atau menemukan jawaban secara intuitif. Intuisi bekerja berdasarkan data yg sudah masuk lewat panca indera kita, baik secara sadar maupun tidak disadari. Alam bawah sadar kita selalu menyambung dengan alam sadar. Namanya kesadaran. Walaupun kita tidak secara sadar berpikir, sebenarnya kesadaran kita selalu berpikir, mengolah data. Sama saja seperti komputer raksasa yg bisa bekerja sendiri tanpa henti. Mengolah dan mengolah data. Sama saja seperti tubuh kita yg juga tidak pernah berhenti mengolah. Mengolah dan mengolah energi. Walaupun kita meditasi, walaupun kita tidur, tubuh dan kesadaran kita tidak pernah berhenti bekerja, mengolah energi dan data. Hasil akhirnya adalah kehidupan fisik dan intuisi. Intuisi adalah pengetahuan yg muncul begitu saja di dalam kesadaran kita. Pokoknya tahu. Tahunya dari mana tidak bisa atau susah sekali diurutkan. Saya bisa tiba-tiba tahu bahwa semua ajaran agama merupakan hasil budi daya manusia. Budi adalah akal pikiran, dan daya adalah usaha fisik. Hasil berpikir dan berolah raga. Produk budaya. Menggunakan konsep-konsep seperti berbagai Dewa Dewi dan Allah. Bahkan teknik-teknik meditasi juga merupakan hasil budaya. Yg bukan produk budaya adalah tubuh fisik kita. Itu murni hasil alam. Bertemunya sel telur dan sperma sehingga menghasilkan manusia baru.


Bahasa Inggrisnya Nature and Nurture, Alam dan Didikan. Tubuh kita adalah alam, dan cara berpikir kita adalah didikan. Didikan orang tua kita. Orang tua kita dididik oleh orang tua mereka lagi, begitu turun temurun. Sedangkan tubuh fisik kita tidak dididik. Tanpa perlu diajari, kita tahu bagaimana makan dan minum. Yg perlu dididik adalah caranya, apakah pakai tangan, ataukah pakai sendok dan garpu seperti orang Belanda. Atau bahkan pakai supit seperti orang Cina dan Jepang. Yg alam adalah hasrat makan dan minum, yg bukan alam adalah cara makan dan minum. Ada juga yg remang-remang seperti kecenderungan seksual manusia. Apakah hetero, homo atau biseksual. Makanya orientasi seksual tidak pernah henti didebatkan, mengapa timbul? Jawabannya tidak pernah tuntas. Alam atau didikan? Dari sononya atau hasil budaya? Kita tahu laki-laki dan perempuan yg berkopulasi bisa menghasilkan anak. Tapi ternyata sekarang telah ditemukan cara transplantasi genetik sehingga tanpa berkopulasi bisa juga dihasilkan anak manusia. Tentu saja belum bisa diproduksi karena masih ada pertanyaan tentang etika. Apakah pantas umat manusia menciptakan kloning? Menciptakan manusia baru dari gen-gen manusia yg sudah ada. Bisa dilakukan, tapi belum bisa diputuskan apakah pantas diteruskan karena masih ada pertimbangan historis dan etis.

Bukan dari agama karena umumnya manusia Barat sudah tahu bahwa semua agama merupakan hasil didikan. Bentukan manusia sendiri, sebagai reaksinya terhadap alam sekitar. Walaupun ada konsep Allah, masyarakat Barat tahu bahwa Allah disitu cuma konsep antara. Diciptakan untuk menjadi medium bagi pengajaran moralitas atau sistem bermasyarakat yg etis, bertanggung-jawab terhadap sesama dan diri sendiri. Bukan bertanggung-jawab terhadap Allah yg cuma konsep saja, melainkan terhadap manusia sendiri dan masyarakatnya. Walaupun pakai istilah Allah, dan walaupun juga selalu menomor-satukan Allah, dengan alasan satu bumi dan segala isinya adalah milik Allah, manusia di dunia Barat tahu bahwa Allah cuma pelengkap penderita. Medium, konsep antara. Yg diatur adalah manusia, untuk kepentingan manusia juga. Tujuan agama adalah untuk keteraturan peradaban manusia sendiri. Sayangnya, sebagian agama, terutama di negara-negara berkembang, tetap dipertahankan dalam bentuk kedaluwarsanya. Masyarakat sudah berubah, tetapi agamanya tetap dipertahankan dalam bentuk seperti dipraktekkan ratusan tahun lalu. Di Barat tidak begitu. Masyarakat berubah, agamanya berubah. Yg merubah agama adalah manusia sendiri. Dibentuk oleh manusia, dan diubah oleh manusia juga. Untuk kepentingan manusia sendiri yg mungkin masih menyembah sesuatu yg disebutnya Allah. Atau God dalam bahasa Inggris.


(Joko T.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar