20 Jul 2013

Saya Bukan Budak

Joko Tingtong tidak keberatan catatan hariannya disebut novel. Apa bedanya, kata Joko. Fiksi ataupun non fiksi semuanya cuma ada di dalam pikiran manusia. Yg penting apa tindakannya, dan hasil apa yg dibawanya, yg mungkin berbentuk benda konkrit seperti cincin berlian yg dipakainya saat ini. Disedot lewat dunia ghoib, dan datang secara nyata. Dulu Joko pakai kristal quartz atau kecubung putih untuk meditasi, sekarang pakai intan yg secara salah kaprah disebut berlian oleh orang Indonesia. Apa bedanya?

Oh (sama-sama batu)

Iman dan Takwa adalah tujuan dari Pendidikan Nasional Indonesia seperti didefinisikan dalam Kurikulum 2013. Kita semua tahu itu, yg orang tidak tahu adalah asal usul itu konsep. Iman dan Takwa adalah Faith and Obedience dalam bahasa Inggis. Ini konsep Kristen, marak digunakan dalam aliran Protestan Injili, yaitu mereka yg relatif percaya penuh Alkitab merupakan firman Allah. Tidak berbahaya asal jangan salah kaprah lagi. Kristen, dan bukan Yahudi. "Secara pribadi saya tidak keberatan karena saya tahu, liberalisme di Amerika Serikat dimunculkan oleh mereka yg dibesarkan dalam pengaruh konsep ini."

Iman dan Takwa akan melahirkan pemikiran bebas. Sekarang juga sudah banyak para pemikir bebas ini, istilahnya freethinkers, termasuk Joko Tingtong.

Jangan allergi dulu dengan istilah Iman dan Takwa. Kekristenan yg begitu liberal dan maju di seluruh dunia tidak bisa menjadi seperti ini tanpa melewati Iman dan Takwa. Kalau Indonesia harus lewat jembatan ini juga, ya lewatlah. Orang Barat beragama sebagai pelarian dari materialisme, sehingga bisa menikmati kehidupan spiritual tanpa dibebani dengan pikiran duniawi. Orang Indonesia kebalikannya, beragama artinya menginginkan dicambuk agar bisa ikut berbagai aturan buatan manusia lain, maksudnya agar dipuji sebagai manusia beriman dan bertakwa. Hasilnya beda seperti bumi dan langit. Di Barat agama sekarang membawa kedamaian jiwa, di Indonesia menjadikan kelainan jiwa.

"Saya lihat, kalau orang melewati jalan Iman dan Takwa dengan sungguh-sungguh, mengikuti semua petunjuk dan praktek spiritualnya, ujungnya cuma satu, yaitu liberalisme. Pemikiran bebas. Kita buktikan sendiri, dan bukan cuma adu mulut seperti selama ini. Saya sudah buktikan. Anda bisa buktikan, kalau mau. Ambillah jalan itu. Lima tahun, 10 tahun, 20 tahun. Mungkin seumur hidup. Mungkin anda akan sadar sendiri setelah 10 tahun. Setelah itu anda jadi liberal. Tidak usah kaget, ujungnya memang kesana. So, enjoy!"

Semua yg telah pernah melewati jalan Iman dan Takwa akan menjadi liberal, kalau punya cukup iman awal untuk melewati Sirat Al-Mustaqim yg kita semua tahu mensyaratkan lepas segala-galanya. Tidak ada yg bisa dibawa untuk menyeberang itu jembatan, bahkan tidak juga Iman dan Takwa. Ketika kita lepas semuanya dan berhasil melewati jembatan itu, kita akan menjadi manusia bebas. Free as a new born babe. Coba saja kalau mau.

Dan berikut percakapan Joko dengan seorang manusia yg mau bertahan, sekaligus menahan orang-orang lain yg ingin menyeberang Sirat Al-Mustaqim.

T =
Sebagai orang Jawa saya juga tidak mau hilang identitas saya. Perpaduan budaya Jawa dan Islam murni seharusnya menjadi sebuah keindahan bukan sebagai perdebatan, asal tidak lari dari syareat Islam. Apa jaminan selamat dunia akherat bila kita saling mencela. Islampun mengajarkan mengatur tentang budi, saling menghormati. Islampun mengajarkan agar tidak memaksakan kehendak dalam beragama beribadah sesuai tata cara syareat Islam itu sendiri. Islam berpegang pada Al-Quran dan Hadis. Kejawen memegang teguh budi. Sama-sama sembah Sanghiang Tunggal.

J = Saya sendiri tidak pakai syareat maupun pegang-pegangan, apapun namanya. Saya adalah saya, tidak ditentukan oleh agama maupun budaya yg saya tahu merupakan kiat buatan manusia lain, yg tidak ada bedanya dengan saya, baik pakai istilah Sanghiang Tunggal maupun Sanghiang Jamak.

T = Kalau anda masih menyangkal bahwa diri anda tidak bersyareat di agama manapun dan di kepercayaan apapun, mengapa anda memakai media orang Hindu-Buda yg memakai meditasi sebagai alat untuk menemukan potensi dalam diri manusia?

J = Saya memakai tubuh saya sendiri, pikiran saya sendiri, kesadaran saya sendiri bukan milik orang lain.

T = Tapi anda juga masih memakai metode orang lain.

J = Metode yg bisa saya pakai untuk diri saya sendiri adalah metode saya. Orang lain bisa saja mengaku-aku itu miliknya. Kalau itu asli metode miliknya, maka orang lain tidak akan bisa pakai. Cuma dia sendiri yg bisa pakai.

T = Kesombongan adalah orang yg tidak mau mengakui sebuah kebenaran, bagaimana anda bisa amanah menyampaikan kebenaran?

J = Kebenaran adalah apa yg anda sebut kebenaran. Kebenaran menurut anda tentu saja ada, dan itu berlaku untuk anda sendiri. Kalau anda tawarkan kepada orang lain, apalagi dengan cara intimidasi, maka namanya anda menggunakan kiat. Kiat berjualan seperti itu. Tentu saja tidak dilarang. Boleh anda teruskan, itu hidup anda sendiri.

T = Apa saya seperti orang jualan, keinginan saya hanya satu berjalan beriringan saling menghormati kepercayaan yg saya anut dan kepercaan orang lain, anda, dsb. Tapi kenapa dalam hati anda ada ketidaksukaan. Anda sendiri mengklaimm tokoh spiritual Indonesia, tapi pernahkah anda menyikapinya? Karena anda hanya fokus di kebisaan, pengobatan, yg semua itu semu, hiasan dunia, yg menurut orang awam WAH, anda hanya ingin pamer kebisaan anda saja, biar orang awam menganggap anda adalah orang SAKTI yg berilmu tinggi, padahal hanya sebatas kebisaan saja.

J = Hidup saya adalah hidup saya sendiri, anda tidak berhak mengatur hidup saya. Belajarlah sopan santun. Semoga cukup jelas, terimakasih.

-
Singkat kata, Joko memblokir orang itu dari facebook dengan alasan mengganggu privasi. Manusia spiritual yg terdelusi merasa orang lain tidak boleh berpendapat, dan hanya dia sendiri yg boleh berpendapat. Joko sendiri selalu merasa bebas berpendapat apa saja, karena dia selalu penuh Iman dan Takwa.

Iman dan Takwa adalah panggilan dari dalam diri. Tidak bisa habis. Ada terus karena bukan berasal dari dimensi fisik manusia, melainkan dari dimensi ruh. Tidak tergantung dari penghormatan manusia lain. Dan tidak bisa diintimidasi oleh mereka yg mengaku spiritual. Dunia spiritual Indonesia masih dipenuhi oleh manusia mabuk. Pengalaman pribadi Joko bilang, mereka yg paling rajin menyerukan agar menghilangkan ego justru egonya paling besar. Anda bisa buktikan sendiri. Ego mereka sebesar gunung sekaligus rentan pecah. Harus ditangani super hati-hati. Seperti memperlakukan barang pecah belah. Biasanya berasal dari aliran kepercayaan.

Anda tidak egois ketika mengemukakan pendapat anda. Anda bisa bilang anda beda, tidak sama dengan orang lain. Itu pendapat biasa saja, sama sekali tidak menunjukkan anda orang yg egois. Egoisme itu lain lagi. Contoh egoisme itu kalau anda bilang semua orang harus pegang budaya, kalau tidak pegang budaya maka akan hilang identitas. Pedahal anda sendiri tahu, identitas kita manusia tidak tergantung dari budaya ataupun agama. We make ourselves. Kita bisa mencari identitas sendiri. Memakai yg sesuai dengan kita.

Adalagi  yg bilang, "Bahkan ada yg mengejar ma'rifat atau hakikat untuk tidak repot-repotan dengan sya'riat yg penuh dengan kaidah yg dibikin manusia itu sendiri sebagai perwujudan taqwa pada sang khalik."

Komentar Joko: Dari dulu saya bebas syariat, dan baru akhir-akhir ini saja saya sadar bahwa para manusia lain itu terbelenggu syariat. Walaupun pakai embel-embel dari Allah, saya tahu semua syariat buatan manusia. Tidak pernah menjadi masalah bagi saya.

Saya bukan budak.
  •  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar