2 Jul 2013

Fenomena Kitab Suci, Santet dan Perdukunan

Anda pastinya pernah dengar nama Nabi Ayub, tapi pernahkah anda baca kitabnya? Joko Tingtong pernah, berkali-kali malahan. Kitabnya berjudul "Job" di bahasa Inggris, atau "Ayub" di bahasa Indonesia. Ada di dalam Tanakh Yahudi dan Alkitab Kristen. Yg tidak semua orang tahu adalah fakta bahwa kemungkinan besar kisah Ayub adalah fiksi. Rekaan manusia masa lalu. Tentang pergulatan batin seorang manusia bernama Ayub yg kaya raya dan kehilangan. Hilang barang dan orang, satu persatu sampai habis total. Kena penyakit pula, sampai tubuhnya hancur. Ayub berdialog dengan para sahabatnya, tentang Allah yg memberikan segala cobaan ini. Ayub bertahan, dan pada akhirnya Allah memberinya ganjaran. Sakitnya sembuh, segala harta dan orang miliknya kembali dengan berlipat. Sayangnya itu fiksi.

Cuma kisah fiksi biasa, kata Joko Tingtong. Mungkin bisa disebut cerpen. Itu faktanya. Dan tentu saja beda dengan kepercayaan. Kepercayaan bilang, kitab Ayub adalah ayat-ayat dari Allah.

Anda yg tergelitik ingin membaca kitab Ayub bisa baca sendiri. Disitu anda bisa lihat bahwa Ayub berdomisili di negeri antah berantah yg disebut Us. Kaya raya dan tidak kekurangan suatu apapun sehingga Iblis yg kita semua tahu selalu bersifat iseng bertandang ke hadapan Allah dan mengadakan konspirasi. Allah berkonspirasi dengan Iblis untuk memberikan cobaan kepada Ayub. Begitu tertulis di kitab itu. Kalau tidak percaya, silahkan baca sendiri saja. Jangan tertawa ketika anda baca disitu ada Iblis yg berjalan-jalan ke seluruh muka bumi dan menemukan Ayub sebagai orang yg paling penuh iman dan takwa.

Tentu saja, kata Iblis, karena Allah melindungi dan memberkati Ayub.

Oh, tidak!!! Tidak begitulah, kata Allah. Kamu bisa mencobai dia! Cobai dia, tapi jangan bunuh dia!

Kurang lebih seperti itu kisah konspirasi antara Iblis dan Allah. Dengan kata lain, yg namanya cobaan bagi manusia adalah konspirasi atawa perkongsian antara Iblis dan Allah. Begitulah menurut pengarang kitab Ayub. Bagian dari kitab suci Yahudi dan Kristen. Berbentuk cerita pendek. Ada pesan moralnya. Dan bukan berarti benar-benar pernah ada seorang yg bernama Ayub dan mengalami cobaan-cobaan itu. Kalaupun ada, tentunya tidak persis sama seperti dituliskan. Alasannya, karena konspirasi Iblis dan Allah cuma hasil reka imajinasi. Rekaan imajinasi penulisnya. Rekaan dalam bentuk konperensi di Surga antara Iblis dan Allah. Konperensi untuk menentukan jenis cobaan yg akan dialami oleh Ayub, seorang anak manusia.

Dan berikut percakapan hari ini.

T = Saya ingin menanyakan tentang fenomena santet dan perdukunan nih mas, yang membuat saya penasaran tapi belum gentayangan.

J = Gentayangan?

T = Pengalaman saya dulu pernah sakit selama satu tahun, dan saat itulah saya mulai mengenal yang namanya perdukunan. Kalo di kampung saya di Bali disebut balian. Padahal saya sama sekali tidak percaya pada hal semacam itu. Sampai sekarang pun saya masih ragu biarpun dalam perjalanan sakit saya ikut andil dalam penyembuhan, katanya sakit saya ini karena ada yang akan menyerang ortu tapi terus melenceng kena ke saya. Kalo menurut orang di kampung saya katanya kalo santet itu nggak kena ke ortunya pasti yang dicari anak pertamanya, dan kebetulan saya anak pertama.

J = Itu kepercayaan rakyat di Bali. Saya sendiri tidak percaya begituan.

T = Satu bulan yang lalu saya dapat kiriman email dari seorang peramal bule. Katanya di saat saya berumur 13 tahun terjadi perubahan dalam diri saya sehingga sampai sekarang kehidupan saya tidak menentu, nggak beres, rejeki kagak jelas layaknya kehidupan manusia normal akibat adanya aura gelap yg menyelimuti diri saya, padahal seharusnya perjalanan hidup saya tidak seperti itu, dan saya harus membersihkan aura gelap itu. Katanya lagi aura gelap itu datang dari orang yang nggak suka dengan keluarga saya dan saya lagi yang kena gelapnya.

J = Oh (kaget)

T = Kemaren waktu saya pulkam saya merasakan lagi pengalaman tentang balian itu. Kebetulan di kampung sedang ada upacara perkawinan dan kebiasaan di kampung kalo ada suatu upacara pasti minta tolong balian untuk perlindungan agar tidak ada gangguan selama berlangsungnya upacara, paling enggak untuk juru terang agar tidak hujan. Saya melihat sendiri waktu upacara berlangsung memang sudah mendung akan hujan dan dengan menggunakan sarana dupa yg dikasih balian ternyata mendung yang menjelang hujan itu bisa berubah jadi terang benderang dan panas mencolot banget sehingga upacara bisa berjalan dengan sukses.

J = Kalau itu memang bisa. Ada balian di Bali yg spesialisasi memindahkan hujan. Hujannya pindah ke tempat lain.

T = Kalo dari pandangan spirit mas, apakah kehidupan saya ini memang bener seperti yg dikatakan balian atau peramal itu?

J = Nggaklah. You are what you are, bukan ditentukan oleh ulama ataupun peramal. Kalau ramalannya bagus, bisa saja anda percaya. Kalau ramalannya jelek, gak usah percaya. Ramalan itu proyeksi ke masa depan. Kalau kita bilang amin, maka bisa terjadi. Kalau kita tidak bilang amin, maka belum tentu bisa terjadi. Di Bali terdapat banyak cerita rakyat atau mitos yg bisa bekerja karena masyarakatnya homogen.Satu orang percaya, dan yg lain ikut percaya. Kalau yg jelek dipercaya, akhirnya bisa terjadi histeria massal juga.

Sebenarnya paling enak kalau anda bisa berpikir dalam kepercayaan berbeda. Saya bisa mengerti budaya dan kepercayaan Bali, tetapi saya hidup di luar itu, akibatnya saya tidak terkena segala macam sugesti yg negatif. Kalau anda bisa seperti itu, mungkin itulah yg terbaik bagi anda. Tinggal di Bali, tetapi berpikir seperti bukan orang Bali. Menurut saya itu cara satu-satunya untuk tidak terkena segala macam dampak negatif dari ketakutan-ketakutan yg, kita semua tahu, sampai sekarang tetap menghinggapi sebagian masyarakat Bali.


 by Leonardo Rimba


Tidak ada komentar:

Posting Komentar