27 Jul 2013

Aura,cakra,kundalini,god spot,larungan,Nyi Roro Kidul,simbolisme dll.

J= Kalau anda bertanya mengenai kehidupan anda, artinya anda sedang memasuki tahapan baru karena anda sadar bahwa apa yg selama ini anda mengerti tentang siapa dan apa missi anda di dunia ini ternyata telah tidak memadai. Anda tahu bahwa anda harus berubah, tapi tidak tahu harus berubah ke arah apa.

Aura cuma impressi saja yg muncul di dalam pikiran. Kalau anda banyak berpikir dan berkomunikasi, maka aura anda akan berwarna biru (warna Cakra Tenggorokan) .

Kalau anda mudah kasihan kepada orang lain, maka aura anda akan berwarna hijau (warna Cakra Jantung).

Kalau anda memiliki tubuh fisik yg kuat dan mengandalkan kekuatan tubuh semata, maka aura anda akan berwarna kuning (warna Cakra Solar Plexus). Kalau anda hanya mementingkan sensualitas belaka, maka aura anda akan berwarna merah (warna Cakra Dasar).

Kalau anda memiliki kebatinan yg kuat dan tidak mudah terpengaruh oleh segala macam tarikan pemikiran, perasaan, dan sensualitas, maka aura anda akan berwarna indigo (warna Cakra Mata Ketiga). Kalau anda tidak memperdulikan segalanya dan fokus semata kepada yg ada di kerohanian anda, maka aura anda akan berwarna ungu (warna Cakra Mahkota).

Diatas ini semua adalah non warna. Hitam itu non warna. Kalau aura anda berwarna hitam seperti Lucifer, artinya anda bisa menjadi apa saja.Kalau anda bertindak, mungkin sebagian orang akan bilang anda baik,orang lain lagi mungkin akan bilang anda buruk. Tetapi anda tidak akan perduli segala macam penilaian orang. Anda cuma akan melakukan apa yg anda pikir harus anda lakukan. You only do what you think you need to do.

Hitam adalah warna roh, simbol dari spiritualitas. Di Jawa, warna spiritualitas adalah hitam, dan ini memang benar. Hitam sebenarnya bukan warna. Hitam adalah non warna, kekosongan, nibbana. Kebalikan dari hitam adalah putih yg berarti semua warna, all colors. Spektrum dari tiga warna dasar, merah, kuning, dan biru, membentuk apa yg kita kenal sebagai warna putih yg sering di salah-kaprahkan sebagai warna spiritualitas. Pedahal spiritualitas atau kerohanian itu adalah yg non warna, yg kosong, dan itu adalah yg kita kenal sebagai hitam.Putih adalah spiritualitas yg masih penuh dengan keduniawian seperti sering terlihat di berbagai ritual keagamaan.

Agama-agama yg kalau ritual menggunakan banyak warna putih adalah agama-agama yg full of belief system. Belief system itu hasil dari rekayasa, artinya rekaan manusia belaka. Kalau segala macam reka-reka itu ditanggalkan,maka jadinya akan hitam saja, kosong saja, and that's true spirituality ketika kita bisa memilih apapun yg akan kita jalani tanpa menghakimi dan bilang yg ini salah atau yg itu yg benar. True spirituality tidak menghakimi melainkan menerima semuanya apa adanya.Seperti hitam yg menyerap segala macam spektrum warna yg jatuh keatas dirinya, begitulah true spirituality, menyerap saja tanpa menghakimi. And isn't that God also? Bukankah yg kita kenal sebagaiAllah juga seperti itu? Cuma menyerap saja apapun yg mau di-proyeksikan oleh manusia-manusia?

Terus terang saya sendiri tidak bisa melihat aura kalau pengertiannya seperti warna yg muncul di depan mata kita seperti ketika sedang menonton TV. Menurut saya anda ini no color, artinya warnanya tidak kelihatan atau tidak ada warna.

T= Menanggapi tataran syariat yang selalu dipermasalahkan, bukankah syariat itu masih diperlukan selama kita berjasad, apalagi dengan tingkat intelektual dan sosial masyarakat yang berbeda, Mas?

J= Syariat merupakan pilihan. Kalau kita mau maka bisa kita pakai,kalau kita tidak mau maka bisa kita lepaskan tanpa kita kehilangan suatu apapun. Segala macam syariat agama itu buatan manusia dan nama Allah disitu cuma merupakan pelengkap saja. Anda bisa baca Taurat dari Nabi Musa yg penuh dengan segala macam aturan syariat, dan disana anda bisa mengerti bahwa segalanya itu merupakan buatan dari Nabi Musa sendiri, walaupun dia mengatas-namakan Allah yg disebutnya sebagai Elohim. Musa adalah pelopor dari penciptaan berbagai macam syariat di tradisi Samawi (Yahudi, Kristen, Islam). Berdasarkan Taurat dari Musa, agama Yahudi dengan berbagai alirannya mengatur segala macam perilaku manusia yg katanya sesuai dengan apa yg diinginkan Allah. Pedahal kita tahu bahwa segalanya buatan para rabbi itu sendiri, walaupun kita juga tahu bahwa mereka yakin hakkul yakin bahwa seperti itulah yg diinginkan oleh Allah.

Kristen juga seperti itu. Di masa Gereja Katolik berkuasa di Eropa, gereja membuat syariat yg semakin lama semakin menjerat anggota masyarakat.Dan semuanya mengatas-namakan Allah.
Jalan pikiran dari mereka yg membuat dan menjalankan syariat adalah bahwa masyarakat akan berantakan tanpa ada ancaman hukuman dari Allah berupa Neraka, dan ganjaran dari Allah berupa Surga. Nah, jalan pikiran itu rontok dengan sendirinya ketika Abad Pencerahan di Eropa muncul. Segala macam syariat dari Gereja Katolik sedikit demi sedikit dibuang. Revolusi Perancis yg membawa demokrasi lebih jauh lagi membawa perubahan dalam cara berpikir manusia. Akhirnya manusia mengerti bahwa ternyata yg diperlukan itu Rule of Law, kesamaan hak dan kewajiban di depan hukum. Hukum negara dan bukan hukum yg mengatas-namakan Allah.

Revolusi Perancis melahirkan demokrasi dimana-mana. Amerika Serikat itu anak langsung dari Revolusi Perancis. Tetapi tentu saja demokrasi tidak otomatis, berjalannya dengan jatuh bangun juga karena negara-negara kerajaan memang mendasarkan diri pada syariat juga, yg namanya the Divine Right of Kings. Jadi, syariat itu macam-macam, dan tadinya bisa menghukum manusia yg tidak mau mengikutinya karena dipikir bahwa masyarakat hanya akan teratur kalau Allah disebut-sebut. Tetapi ternyata masyarakat berjalan terus, dan syariat terus dipreteli.Bahkan Turki yg memiliki sistem khalifah akhirnya jelas-jelas menanggalkan syariat dalam sistem bernegara.
Turki memproklamirkan diri sebagai negara sekuler. Ada pemisahan tegas antara negara dan agama. Sistem sekuler artinya negara berdasarkan hukum atau Rule of Law, dan yg namanya syariat agama merupakan pilihan belaka. Kalau mau mengikuti, maka itu merupakan pilihan pribadi. Kalau tidak mau mengikuti, ya bisa ditinggalkan saja.

T= Mengenai arti mimpi, beberapa hari yang lalu saya dikejutkan (sehingga terbangun) dengan suara bergema: Al Qaariah, Mal Qaariah,Wa ma adro kamal Qaariah (surat Al Qariah ayat 1-3). Yang kurang lebih terjemahan bebasnya sbb: Petaka besar. Apa itu Petaka besar? Apakah kamu tahu apa itu petaka besar? Apa makna/arti dari mimpi ini ya,Mas? Terus terang saya jadi was-was juga nih. Hasil berdiskusi dengan Pak Achmad Chodjim, Pak Chodjim mengkaitkannya dengan bencana-bencana yang akan terjadi di seluruh dunia termasuk Indonesia. Bagaimana pandangan Mas Leo? Apalagi beberapa hari kemudiannya saya dalam mimpi diperlihatkan air yang melimpah dimana-mana.

J= Banyak orang yg sudah melihat bahwa akan ada bencana besar,datangnya seperti air, sedikit demi sedikit. Air pertama tidak besar,yg kedua lebih besar, ketiga lebih besar lagi, sampai akhirnya terjadi Tsunami. Cuma mereka yg bisa berjalan ke atas gunung akan bisa menyelamatkan diri. Berjalan merupakan perlambang juga, artinya kalau kita mau melepaskan segala keterikatan kita kepada tempat asal,maka kita akan selamat. Kalau kita mau bertahan di posisi yg lama,maka kita akan habis diterjang tsunami. Posisi yg lama bisa berarti agama, tradisi, cara berpikir, cara berperilaku, segalanya yg lama dan masih mau dipertahankan terus, walaupun sudah kedaluwarsa dan tidak lagi relevan.

T= Mumpung sedang membahas arti mimpi, ada dua pengalaman mimpi didalam hidup saya, yang menurut saya cukup aneh namun berbekas pada diri saya.
Mimpi pertama: Suatu ketika saya berada pada jaman Jawa Kuno. Saya melihat di suatu masjid bergaya Jawa Kuno, orang-orang sedang mengadakan ritual untuk menolak hal yang buruk-buruk.
Ketika saya menyapa salah satu orang yang ada di sana dan mengutarakan hendak turut mengikuti ritual tersebut, orang tersebut (yang selalu menyebut-nyebut saya dengan kata-kata “tuan” dan sangat hormat dengan saya) mengatakan bahwa saya tidak perlu mengikutinya karena saya (menurut dia di mimpi itu) adalah Syekh Siti Jenar (?). Karena saya sangat bingung, saya pun terbangun.

Mimpi kedua ini terjadi ketika saya belum menikah dengan istri saya lebih dari 10 tahun yang lalu. Dalam mimpi itu saya dihampiri Sukarno (proklamator). Beliau menyalami saya dan menitipkan istri saya yang sekarang, yang pada mimpi itu beliau juga menyebutkan bahwa istrisaya itu sebenarnya adalah Nyi Roro Kidul (?). Jika Mas Leo berkenan,mohon tanggapan akan arti-arti mimpi tersebut. Apa jangan-jangan itu mimpi hanya bunga tidur saja yang tidak ada artinya sama sekali?

J= Ada mimpi yg bunga tidur, dan ada mimpi yg memiliki arti simbolik besar. Dua mimpi anda itu simbolik sekali, dan saya percaya anda sendiri sudah tahu artinya. Syekh Siti Jenar adalah diri anda sendiri, so ini adalah simbol pribadi bagi diri anda. Siapa Syekh Siti Jenar anda sudah tahu. He said, kulo gusti. Artinya, aku lah tuan. So, anda memang tidak memerlukan segala ritual itu. Ritual adalah shalat, kebaktian, misa kudus, selametan, odalan, dsb. Ada banyak istilahnya, dan semua adalah ritual. Sebagai Syekh Siti Jenar anda tidak memerlukan ritual. Ritual gunanya hanya sebagai visualisasi berbagai perlambang. Kalau berbagai perlambang dan artinya sudah anda pahami, atau bahkan sudah menjadi bagian dari kesadaran di dalam diri anda sendiri, maka jelas anda tidak memerlukan ritual. So, mimpi itu dengan jelas memperlihatkan bahwa ya, anda memang tidak lagi memerlukan ritual. Ritual hanyalah untuk mereka yg belum berani melepaskan diri dari kemelekatan terhadap simbol-simbol keagamaan atau tradisi, belum berani melepaskan diri dari syariat. Mereka merasa bahwa tanpa ada upacara fisik atau ritual maka essensi di dalam kesadaran mereka tidak akan sempurna. Pedahal,yg essensial itu tidak memerlukan ritual. You simply are. Anda memang selalu satu dengan Allah, dari no beginning sampai no ending. And you need no ritual to confirm it.
Sukarno merupakan seorang nabi dalam kesadaran manusia Indonesia. Dulu saya melihat bahwa ada dua orang nabi dalam kesadaran manusia Indonesia,yaitu Jayabaya dan Syekh Siti Jenar.
Tetapi seminggu terakhir ini akhirnya saya sadar bahwa, ya Sukarno juga seorang nabi. Berarti ada tiga orang nabi Indonesia: Jayabaya, SyekhSiti Jenar, dan Sukarno. Di mimpi itu Sukarno berpesan bahwa istri anda adalah Nyai Roro Kidul. Nyai Roro Kidul adalah simbol feminine dalam alam bawah sadar Indonesia sebagai suatu bangsa. Feminin yg paling feminin itu Nyai Roro Kidul. Istri anda memiliki kekuatan penyembuhan feminin, yg artinya penerimaan tanpa batas. Arti positif dari perlambang Nyai Roro Kidul adalah penerimaan tanpa batas terhadap semua manusia, tanpa penghakiman. Ada juga aspek negatif dari perlambang itu yg perlu ditanggapi melalui berbagai ritual seperti larungan dsb.

Istri anda memiliki dua aspek dari Nyai Roro Kidul, anda juga memiliki dua aspek dari Syekh Siti Jenar. Karena kita masih manusia hidup secara fisik, maka dua aspek itu tidak bisa kita hilangkan. Kita semua memiliki aspek positif dan negatif, yg cuma bisa kita seimbangkan terus menerus selama kita masih berbadan fisik. Caranya dengan naik ke Cakra Mata Ketiga melalui meditasi. So, meditasi dalam berbagai istilahnya ternyata memang masih diperlukan. Bahkan Syekh Siti Jenar melakukan meditasi. Bahkan Yesus melakukan meditasi. Bahkan Sidharta Gautama melakukan meditasi.

T= Kundalini versus Pineal. Ada yang berpendapat Kundalini sebagai God Spot, sementara Mas Leo berpendapat pada kelenjar pineal. Tanggapan Mas?

J= Of course kita bisa berbeda pendapat, I have no problem with that.Bahkan orang bisa berbicara menggunakan terminologi berbeda sama sekali, tapi maksudnya sama. God Spot itu istilah Bahasa Inggris,menurut riset di tempat itu dihasilkan hormon melatonin. Kalau melatonin meningkat, maka gelombang otak melambat dan kita bisa masukke dalam kesadaran lebih tinggi. Kesadaran tinggi sering saya sebut sebagai "Higher Self", dan istilahnya bisa macam-macam.
Bisa dibilang sebagai Allah, Yesus, Buddha, Nur Muhammad, Siwa, Logos,apapun.
Istilah tidak akan menjadi masalah selama kita bisa tahu secara intuitif bahwa kita masuk ke dalam kesadaran di diri kita sendiri yg sebenarnya merupakan kesadaran kolektif juga. Ada collective consciousness, dan ada collective unconsciousness, tapi ini juga cuma istilah-istilah saja. Yg penting kita bisa merasa bahwa kesadaran di diri kita tetap. Kita memang ada karena kita ada.

T= Terima kasih, penjelasannya sangat inspiratif sekali dan membuka sesuatu pada diri saya. Mengenai aura, saya pun sudah menyadari cahaya hitam itu Mas Leo, tapi saya selama ini selalu takut untukmengakuinya. Karena konotasi hitam yang selalu buruk, he he... One another stupid question... mudah-mudahan Mas Leo ngga bosen-bosennyaya... Bisa dijelaskan mengenai "Larungan" Mas Leo?

J= Well, menurut saya larungan adalah cara akal-akalan untuk buang sial. Bahasa Betawi-nya "buang sial", jadi segala macam simbol dari berbagai hal yg diduga akan membawa kesialan dikumpulkan dalam satu wadah, dan dalam waktu tertentu dibuang ke Laut Selatan ygmerupakan simbol dari the Great Unknown, dalam manifestasinya sebagai the Great Feminine.

Karena feminin, maka bagian di tubuh manusia yg dikuasainya adalah bagian dada atau Cakra Jantung, tempat dimana emosi-emosi yg berasal dari hubungan antar manusia berada. Jadi, hal-hal yg mengganjal dalam hubungan antar manusia bisa disimbolkan dalam bentuk tertentu, dan dilarung di Laut Selatan. Ini ritual, dan efeknya berada di dalam kejiwaan dari mereka yg berpartisipasi, dan bukan di benda-benda yg secara fisik dilarung itu. Kalau jiwa merasa tenteram karena merasa telah mengorbankan hal-hal yg dianggap berharga dalam hidup ini, maka tentu saja di kehidupan sehari-hari akan lebih lancar. Itu penjelasan praktisnya menurut saya, walaupun mereka yg hidup dalam kebudayaan Jawa memiliki berbagai penjelasan berbeda.
Nyai Roro Kidul yg dipercaya sebagai penguasa Laut Selatan sebenarnya juga merupakan symbol dari alam bawah sadar penguasa. Penguasa Jawa masalalu bersifat otoriter, sangat maskulin, dan apa yg di-repressed itudi-relegasikan ke alam bawah sadar dan mengambil figur sebagai Nyai Roro Kidul. Jadi, Raja Jawa akan berdampingan dengan Nyai Roro Kidul dalam memerintah rakyatnya. Artinya apa? Artinya bahwa kesadaran dalam diri si Raja Jawa itu komplit, ada bagian sadar (si Raja sendiri), dan ada alam bawah sadar (disimbolkan oleh Nyai Roro Kidul).

Simbolisme,semuanya simbolisme, dan memang bisa memiliki power juga bagi mereka yg hidup dengan belief system seperti itu. Bagi mereka yg tidak percaya, segala macam simbolisme itu tidak ada artinya, dan tidak memiliki power apapun. Yg memiliki power adalah simbol yg dipercayai.Nyai Roro Kidul di Jawa bisa digantikan oleh Bunda Maria dalam belief system Katolik, misalnya. Bisa digantikan oleh Fatima dalam belief system Arab Muslim. Bisa digantikan oleh Dewi Kuan Im dalam belief system Buddha Mahayana. Bisa digantikan oleh Dewi Saraswati dalam belief system Hindu Bali.

So,dengan mengerti bahwa segalanya adalah simbolisme yg bekerja di dalam proses kejiwaan kita sendiri akhirnya membawa kita menjadi manusia yg toleran. Kita ini plural, dan tidak ada gunanya untuk main fanatik-fanatikan karena segala yg kita pegang itu ternyata Cuma simbolisme belaka, termasuk yg adanya di agama-agama dan tradisi kita.

Pedahal yg essensial adalah yg tidak bisa di-simbolkan. Kita menyatu dengan yg essensial, sehingga segala simbol-simbol itu cuma datang dan pergi saja di kesadaran kita, dan kita tidak melekat kepada mereka. Itu ajaran non attachment atau tanpa kemelekatan dari Sidharta Gautama.Itu juga pengertian ikhlas dan pasrah dalam Islam. Itu juga pengertian menyatu dengan Allah dari Yesus. Dan itu juga sebabnya Syekh Siti Jenar bilang, kulo gusti.

Kulo gusti, and I need no more ritual.

sumber: salah satu e-book karya Leonardo R.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar