T
= Mas Leo, saya mau nanya lagi nih. Mas Leo pernah bilang, saya
pernah baca: "kalo mau liat setan dsb ga usah tidur aja 3 hari
ntar juga liat, tapi yg diliat itu halusinasi doang."
Hahaha,
saya ngga tertarik utk liat setan, tapi emang ada bbrp 'mystic
paths', like some branches of shamanism yang pake sleep deprivation
kan? So, apakah menurut Mas Leo itu cuma nonsense ? Soalnya saya
pernah baca ada artikel ttg orang diinisiasiin pake teknik itu,
supaya ngebiasain dirinya secara mental buat shamanistic journeys..
what do u think?
J
= Well, in my opinion, yg dilihat itu cuma halusinasi saja. Sudah
jelas kalau berhari-hari tidak tidur maka segala macam impressi yg
masuk ke otak kita akan campur baur, bahkan kita bisa melihat ada
sosok yg melintas di depan mata kita walaupun secara fisik tidak ada.
Memang
ada juga shamanistic technique yg pakai cara "sleep deprivation"
sehingga bias membuat si shaman itu "masuk" ke dalam Alam
Bawah Sadar di dirinya sendiri dan melakukan apa yg ingin
dilakukanya. Ketika si shaman masuk ke dalam Alam Bawah Sadar yg ada
di dirinya, kita mengatakan bahwa dia melakukan suatu "shamanistic
journey" untuk melakukan healings. Tetapi itu cuma salah satu
teknik saja yg dilakukan oleh manusia masa lalu. Kalau kita di jaman
sekarang bisa melakukan healings bahkan tanpa harus melakukan segala
macam teknik yg aneh-aneh seperti itu. Kalau ingin melakukan healings
cukup diniatkan saja, lalu meditasi biasa saja. Kalau ternyata
terjadi healings ya syukur. Kalau ternyata healings tidak terjadi, ya
syukur juga.
And,
in my opinion, that's better daripada tidak tidur berhari-hari cuma
untuk bisa merasakan "jalan-jalan" di alam astral yg
sebenarnya tidak lain dan tidak bukan merupakan pikiran kita sendiri.
Ketika kita masuk ke dalam alam pikiran Bawah Sadar kita dalam
keadaan setengah teller karena tidak tidur, maka kita bisa merasa
mengalami segala macam perasaan "wah".
Pedahal
yg dimasuki cuma Alam Bawah Sadar di diri kita sendiri yg isinya
macem-macem. Ada pikiran-pikiran oke punya, ada lamunan jorok, ada
sumpah serapah, ada segala macem blah blah blah... yg bisa membikin
kita tambah bingung juga. Malah, orangnya bisa merasa bertemu
malaikat blah blah blah... pedahal itu cuma halusinasi belaka karena
yg ditemui hanyalah figments of our own imagination. Halusinasi saja.
On
the other hand, kita memang bisa melakukan manipulasi fisik dari
"Alam Astral" itu. Kalau kita menguasai tekniknya, maka
kita akan bisa merubah sesuatu kalau "masuk" ke alam astral
yg merupakan Alam Bawah Sadar di diri kita sendiri.
Intinya
adalah the mind atau pikiran.
Kalau
kita mau merubah sesuatu yg ada secara fisik, kita cuma bisa
melakukannya kalau kita merubah yg ada di alam "astral" itu
yg tidak lain dan tidak bukan merupakan pikiran kita sendiri...
Terkadang pikiran orang sudah begitu kakunya sehingga tidak bisa
digerakkan secara rasional lagi. Nah, dalam hal ini segala macam
praktek shamanism itu mungkin bisa berhasil yg, sebenarnya, juga
ditentukan oleh hubungan antara si shaman dengan pasiennya itu.
Kalau
si shaman dan pasiennya itu memiliki Belief System yg sama, maka ada
kemungkinan segala macam healings yg dilakukan akan bisa membawa
hasil. Kalau belief system antara si shaman dan pasien-nya itu beda
jauh, maka tidak akan terjadi apapun dan, dalam hal ini, kita bilang
bahwa si shaman itu cuma mengada-ada saja which is actually true.
Perdukunan
itu shamanism. Jadi kadang-kadang bisa ada hasilnya kalau apa yg
dipercayai oleh si dukun dan pasiennya itu memang nyambung. Kalau
tidak nyambung maka jadinya nonsense doang.
T
= What is a shaman? Apa itu menurut Mas Leo shamanistic journey?
J
= Ini sudah saya jawab di atas. Shaman itu seorang traditional
healer. Di Indonesia umumnya disebut "dukun". Ada dukun
tradisional yg bisa melakukan pengobatan melalui cara masuk ke dalam
Alam Bawah Sadar di dirinya sendiri dan Alam Bawah Sadar di diri
pasiennya.
Tetapi
hal itu cuma bisa dilakukan kalau belief system antara si dukun dan
si pasien itu sama. Yg namanya "paranormal" sekarang bukan
shaman melainkan kebanyakan tukang tipu doang.
Shaman
is dukun tradisional yg memang mempunya missi untuk membantu sesama.
Shamanistic
journey juga sudah saya jawab di bagian atas, yaitu: perjalanan si
shaman ke dalam Alam Bawah Sadar di dalam dirinya sendiri... Dengan
kata lain, journey ke dalam pikiran atau mind yg ada di diri si
shaman itu sendiri. Bisa juga dikatakan bahwa si shaman itu "masuk"
ke dalam alam pikiran dari orang yg dibantunya, pedahal sebenarnya si
shaman itu cuma masuk ke dalam pikiran di dirinya sendiri. Cara
melakukannya ketika sedang "trance" yg bisa di-induce
dengan cara puasa dan tidak tidur selama berhari-hari. It's only a
technique, though.
T
= How 'real' is a shamanistic journey?
J
= It could be very real untuk orang yg mengalaminya. Untuk si shaman
itu sendiri, the journeys he or she takes to the "underworld"
(Alam Bawah Sadar) are very real. Tapi itu cuma di alam pikiran saja
dan isinya simbol belaka yg harus dimanipulasi oleh si shaman untuk
membantu menyembuhkan pasiennya di dunia fisik.
T
= Saya pernah 'journey' into my mind, waktu sambil nge-ganja.
theoretically speaking dan lepas dari stigma sosial, ganja is
feminine dan ngebantu saya lebih santai n let go, dan di waktu yang
sama ngebawa otak ke alpha brainwave which is said to ngelancarin
imajinasi n stuff. 'journey' saya ini ngebawa saya sampe ke tahap dmn
saya bisa komunikasi sama sesuatu/seseorang, dan jawaban-jawabannya
dia tuh masuk di akal n wise (saya coba nanyananya ke si penjawab ini
ttg advice dsb, mau tau ini nih beneran ato imajinasi). Maybe is it
my higher self? Saya juga nyoba ngirim-ngirim message lewat telepathy
(eksperimen) , was I being delusional?
J
= Kalau pakai ganja and things like that, memang bisa masuk ke dalam
pikiran kita sendiri. Kalau ternyata bertemu dengan "seseorang",
maka so pasti itu cuma imajinasi saja...
Seseorang
yg muncul itu cuma simbol. Kita bisa bilang bahwa itu "higher
self" dari diri kita sendiri. Bisa juga bilang bahwa kita
berkomunikasi dengan diri kita sendiri yg tidak fokus di dunia fisik
melainkan di dunia Bawah Sadar sehingga terkadang advisnya juga
gimana gituh.
Terkadang
masuk akal dan terkadang tidak masuk akal juga. So, we ought to be
very careful here.
T
= Waktu itu sih berasanya nyata sekali, soalnya saya ngelakuin
semuanya secara intuitif aja, dan 'belajar' bbrp hal dari dapet
insights, slh satu contohnya yaitu bahwa orang kalo nyembuhin tumpang
tangan di atas kepala itu sebenernya nyembuhin dgn cara
ngerekonfigurasi susunan energi kita lewat crown chakra. again,
apakah saya cuma ngimajinasiin aja? atau insight yang saya dapet ini
bener? soalnya saya mau tau apakah semua ini real ato ngga dan saya
butuh second opinion..
J
= Well, insights semacam itu bisa dibilang sebagai intuisi juga dan
tidak ada istilah benar ataupun salah. Apa bedanya bilang tumpang
tangan itu rekonfigurasi energi lewat cakra mahkota atau cuma
permainan pikiran saja ? ... Saya sendiri bilang bahwa tanpa tumpang
tangan pun kita bisa melakukan penyembuhan karena segalanya ada di
dalam pikiran. Kalau kita niatkan sehat, maka bisa sehatlah
orangnya... walaupun perlu juga ada konfirmasi dari orangnya sendiri.
Orangnya
itu mau atau tidak untuk disembuhkan. Kalau orangnya tidak mau
disembuhkan, apapun yg kita lakukan tidak akan membawa hasil.
T
= Apa opini Mas Leo tentang entheogens/so called 'divine plants' e.g.
ganja? Saya sering research tentang hal ini n opini orang-orang
semuanya 50-50. Ada yang bilang aman dan emang bs digunakan sebagai
fasilitator dan katalistator walopun sebenarnya unnecessary, ada yg
bilang juga bahaya buat astral body kita, katanya bikin lobang-lobang
di aura.. what do you think?
J
= Well, in my opinion the ganja cuma ok buat recreational drugs
doang. Shamans jaman dulu dan jaman sekarang juga memang ada yg
menggunakan ganja and similar plants supaya bisa "high"
dalam membantu pasiennya. Tetapi sebenarnya tanpa menggunakan itupun
kita tetap bisa melakukan healings, kalau mau.
Saya
sendiri merasa bahwa ganja is somewhat dangerous karena bikin
tulalit. Tulalit, tulalit... maksudnya nggak nyambung. Jadi, kalau
kita pake ganja, jalur memory seperti melambat dan terkadang ada
memory yg hilang sehingga truly nggak nyambung alias tulalit. Kalo
keseringan dipake sampe bertahun-tahun maybe orangnya akan bisa
mengalami permanent head damage alias tulalit for the rest of his or
her life.
sumber: salah satu e-book karya Leonardo R.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar