Masih
banyak yg harus dilalui setelah meninggalkan agama, walaupun tidak
meninggalkan Allah. Atau lebih tepatnya menjadi diri sendiri karena
Allah tidak pernah lebih jauh atau lebih dekat dari anda. Tidak
tergantung agama.
oleh Leonardo R.:
Ada orang bercakra jantung menulis komentar di catatan saya. Kenapa
saya bisa langsung tahu? Mudah saja, karena tanpa diminta dia langsung
menilai saya dan memberikan nasehat. Sedangkan saya kenal saja tidak.
Dia juga tidak memperkenalkan diri. Langsung menilai baik atau buruk.
Ditambah dengan nasehat. Itu umum, orang yg cakranya terganjal di
jantung memang seperti itu. Mungkin tidak akan bisa naik lagi. Yg
membuat saya berterimakasih, orang ini menyebut nama Gede Prama sebagai
orang yg pakai cakra jantung. Memang benar. Walaupun belum pernah
bertemu, saya tahu yg dipakai cakra jantung. Orang yg pakai cakra
jantung cuma bisa kena dengan anda yg punya perasaan berdosa. Anda
merasa berdosa dan ingin dibelai? Pergilah ke penyembuh yg kuat di cakra
jantung. Gede Prama salah satunya. Teman kita Anand Khrisna juga kuat
di cakra jantung. Mungkin Anand yg terkuat. Kuat sekali cakra
jantungnya sehingga bisa membuat orang lain terikat kepadanya. Cakra
jantung bisa mengikat orang. Guru-guru agama yg punya pengikut setia
mungkin kuat juga di cakra jantung. Bahkan guru besar kehormatan kita
Kyai Achmad Chodjim juga kuat di cakra jantung. Kalau sudah stabil
memang bagus untuk dirinya sendiri. Bagus juga untuk lingkungannya.
Sayangnya tidak kritis. Kalaupun kritis, masih ada kemelekatan disitu.
Rasanya lengket karena ini bukan cakra yg tertinggi. Masih bisa naik
lagi ke cakra tenggorokan dan cakra mata ketiga. Jokowi tidak pakai
cakra jantung, tapi pakai cakra mata ketiga. Revolusi mental di cakra
mata ketiga.
Takut akan Allah adalah awal dari hikmat.
Sepenggal kalimat itu apabila bisa anda cermati maknanya akan menuntun
anda untuk menemukan hidayah. Bukan memperoleh hidayah seperti
kemampuan menggunakan daya pemikat sehingga akhirnya ditunjuk menjadi
menteri pendayagunaan agama, tetapi hidayah yg artinya kurang lebih
sama seperti hikmat. Yaitu kebijaksanaan. Kemampuan untuk menimbang dan
memutuskan. Bukan mengikuti cocologi dan tidak bisa melepaskan diri
dari jeratannya. Seperti mengutuk orang Yahudi dan merasa anda berjasa
kepada Allah. Tidak begitu. Takut akan Allah adalah awal dari hikmat
merupakan ayat yg saya ambil dari kitab suci Yahudi. Kitab Amsal
Sulaiman. Amsal artinya peribahasa, dalam hal ini dikeluarkan oleh Raja
Sulaiman. Atau paling tidak lingkungan dekatnya. Orang-orang yg
bijaksana sehingga bisa mendaya-gunakan sumber alam terbatas di
Palestina. Sumber alam terbatas, sumber daya manusia apalagi. Tetapi
bisa didaya-gunakan dengan maksimal. Dengan manajemen. Dan Allah disitu
bukanlah sesuatu yg didefinisikan seperti Asmaul Husna. Allah tidak
perlu dibatasi dan dipajang batas-batasnya sebanyak 99 saja. Allah
adalah alam semesta dan kekuatan maupun kelemahannya. Ada alam semesta
besar secara fisik yg bisa terdaftar di panca indra anda. Atau tidak
terdaftar tapi tercatat saja di alam bawah sadar anda. Ada itu, dan
bukan di kitab-kitab. Makanya saya bilang Allah tidak ada di dalam
kitab suci. Yg itu barang cetakan, bisa dikorupsi. Allah bahkan tidak
ada di dalam agama. Agama mungkin termasuk bagian dari Allah, tetapi
apabila begitu maka segala macam non agama juga. Segala sesuatu yg bisa
anda sebutkan merupakan bagian dari Allah. Dan triuliunan kali
triliunan kali lagi. Lebih dan lebih lagi. Tidak terbatas. Dan itulah
alasannya saya tidak takut agama. Allah bukan agama. Allah bukan ulama.
Allah bukan Kementerian Agama. Allah bukan syariat agama. Allah tidak
bisa dibatasi oleh manusia. Mulai jelas? Apabila ya, maka anda mulai
memperoleh hikmat. Mulai mengerti apa artinya takut akan Allah. Takut
Allah bukan berarti takut agama dan perangkatnya.
Masih
banyak yg harus dilalui setelah meninggalkan agama, walaupun tidak
meninggalkan Allah. Atau lebih tepatnya menjadi diri sendiri karena
Allah tidak pernah lebih jauh atau lebih dekat dari anda. Tidak
tergantung agama. Jalannya masih panjang, dan meninggalkan agama cuma
langkah pertama. Atau salah satu langkah yg pertama. Meninggalkan agama
bukan berarti menjadi kacau. Anda bisa saja tetap konservatif seperti
saya. Dan masih bisa menikmati ritual dari banyak agama. Meninggalkan
agama artinya tidak tergantung dari agama. Apalagi dari ulama. Anda tahu
martabat anda, hak-hak anda. Anda tidak bisa dihipnotis lagi, tidak
mempan angin surga, apalagi angin neraka.
Saya menulis
untuk anda yg sudah tidak mau percaya lagi kepada agama karena
pengalaman pribadi. Pernah ditipu sekali dua kali. Anda maafkan dan
anda ditipu lagi. Begitu seterusnya dan masih berlangsung terus sampai
detik ini. Sampai anda bilang cukup sudah. Anda tidak mau ditipu lagi.
Tanpa perlu anda beberkan segalanya dari A sampai Z, karena semua orang
yg pernah ditipu juga sudah tahu. Yg belum pernah ditipu belum tahu,
makanya masih harus membuktikan apa benar ditipu. Yg sedang ditipu
masih mau membuktikan sampai mana mau ditipu. Saya sendiri sudah
membuktikan bahwa penipu di keagamaan tidak akan berhenti menipu karena
pada dasarnya azas agama adalah tipa-tipu. Anda ditempa untuk bisa
ditipu. Dan mensyukurinya. Kalau anda tidak bersyukur artinya anda masih
harus ditempa. Padahal anda bukan besi. Bukan besi tempa atau besi yg
dipukul dan dipukul agar terbentuk menjadi alat. Lalu alat ini
digunakan untuk mencangkul cangkul yg dalam, menyebarkan agama di kebun
orang. Saya tahu gayanya, anda juga mungkin tahu. Tapi mulut anda
berucap bahwa yg seperti itu namanya nikmat. Nikmatilah. Artinya
nikmatnya sang ilah. Nikmatnya Tuhan. Dengan harapan sebentar lagi
terpaan itu akan menghilang dan anda dihitung sebagai orang beriman.
Begitulah permainan keagamaan. Dan tentu saja akan begitu terus, tanpa
henti, sampai tidak ada lagi yg percaya. Sama saja seperti produk
buatan pabrik. Produksi dihentikan kalau tidak ada pembeli. Kalau masih
ada, maka akan dilempar terus ke pasar. Anda dianggap pasar. Bisa
diperiksa, dijajah, dilepaskan. Sesuka orang yg anda berikan kesempatan
untuk menguasai anda. Sampai anda bilang cukup sudah.
Apa
susahnya mengingatkan semua orang bahwa sumpah pemuda cuma berisikan
tiga hal? Nusa, bangsa, dan bahasa. Tidak pakai agama. Lewat begitu
saja beberapa hari lalu. Mungkin karena orang merasa ketiganya bisa
disatukan menjadi agama. Seolah agama perekatnya. Padahal agama
penghancurnya. Negara bangsa atau nation state seperti Indonesia
merupakan produk baru, kelanjutan dari renaissance atau abad pencerahan
di Eropa. Yg kita semua tahu merupakan titik balik setelah berabad-abad
dicengkeram oleh kuku bernama abad pertengahan. Atau dikenal juga
sebagai abad kegelapan. Dikuasai oleh agen-agen Lord Voldermort yg duduk
menjadi pejabat dan ulama. Tapi kita tak gentar. Belajar dengan
sungguh-sungguh di sekolah sihir. Melahirkan banyak Harry Potter tanpa
melalui hubungan sex gelap. Kita hanya punya satu ibu pertiwi. Dan maju
tak gentar membela yg terkapar terkena sihir. Ingat, abad kegelapan
ingin menancapkan kembali kuku bimanya. Anda harus berjuang terus. Tidak
pakai agama karena itu ramuan dari YTBDN. Kependekan dari Yang Tidak
Bisa Disebutkan Namanya. Anda bisa disebutkan. Sebutkan nama anda dan
ucapkan sumpah pemuda. Itu manteranya. Tidak pakai agama.
Label
spiritual
(134)
pajak
(40)
crochet pattern
(17)
Joko T.
(15)
Leonardo R.
(15)
aksesoris
(15)
gemstone
(15)
cuplikan/ringkasan
(14)
tutorial aksesoris
(13)
web SI
(13)
fashion
(10)
rajut
(10)
soliloquy
(6)
pengembangan diri
(5)
info dan aturan perpajakan
(4)
nengah hardiani
(4)
foto diri
(3)
jahit-menjahit
(3)
politik
(3)
ekonomi
(2)
English
(1)
berkebun
(1)
bermain jiwa
(1)
bisnis
(1)
foto
(1)
kesehatan
(1)
puisi
(1)
resep masakan
(1)
tarot
(1)
yoga
(1)
zodiak
(1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar