28 Mei 2013

Catatan Harian Joko Tingtong

Saya sudah tulis sejak bertahun-tahun lalu bahwa pemimpin agama bertujuan membungkam mulut anda dan, pada saat yg bersamaan, merogoh kantong anda. Sebagian dari anda langsung sadar, sebagian mencak-mencak tidak mau terima. Setelah melihat sendiri buktinya di TV, apakah masih juga belum mau percaya? Atau, mungkin anda masih mau bilang ada oknum. Memang oknum. Semuanya oknum. Agama isinya oknum. Kalau tidak ada oknum, namanya bukan agama.

Sedari dulu agama memang rentan dipenuhi kriminal karena mensyariatkan keyakinan. Anda diminta yakin. Harus beriman. Setelah anda punya iman dan benar-benar yakin, barulah pemimpin agama anda berubah menjadi oknum. Yg penting anda yakin dulu. Tanpa ada iman dari anda, tidak akan ada oknum di agama. Solusinya cuma satu, gunakanlah otak anda untuk berpikir. Iman itu rasional.

Joko Tingtong tidak pernah mengajarkan iman yg tidak rasional.

Iman membabi-buta haram.

Kalau anda menyebut oknum, artinya anda tetap menjadi bagian dari masalah. Sebut saja oknum, dan anda akan jalan di tempat. Buktikan kata-kata saya!

Joko belajar sejarah, langsung dari sumber-sumber berbahasa Inggris. Kajian-kajian berkelas dunia yg kalaupun diterjemahkan ke bahasa Indonesia akan tidak bisa ditangkap maknanya. Orang Indonesia akan bingung melihat orang-orang Barat menyebut Adam, Ibrahim, Daud, Yesus dan berbagai nama Yahudi lainnya tanpa awalan kanjeng. Tidak dikenal itu yg namanya Kanjeng Nabi Isa. Nabi Isa adalah Yesus untuk orang Barat, baik beragama ataupun tidak. Bahkan pemimpin-pemimpin agama Kristen menyebutnya cukup dengan Yesus saja.

Tidak perlu membentur-benturkan kepala minta ampun seperti, mungkin, dilakukan oleh Kristen aliran kuno yg merasa harus menyiksa diri demi memperoleh pengampunan dari Allah. Allah yg tunggal di kekristenan tetapi memiliki tiga pribadi. Bapa, Putra dan Roh Kudus. Manusia menyembah Allah dalam dzat sebagai Bapa, lewat Allah Putra yaitu Yesus sendiri, menggunakan kekuatan Allah Roh Kudus yg hidup di dalam manusia. Ini filsafat tingkat tinggi. Dihasilkan oleh mereka yg paham logika Yunani. Kalau anda paham dogma Trinitas ini, anda bahkan tidak perlu beragama. Anda akan tahu bahwa semuanya merujuk kepada diri anda sendiri. Diri anda sebagai Allah Putra, yg fokus di kesadaran anda, bagian kepala anda, yg secara filsafati disebut Allah Bapa, lewat energi tubuh anda sendiri yg disebut Allah Roh Kudus.

Dan bukan tentang Allah yg tinggal di Surga dan mengamati semua manusia sejak Adam berhubungan kelamin dengan Hawa, yaitu masa lalu ketika bumi baru diciptakan, sampai saat ini ketika Adam berhubungan kelamin dengan Ahmad, yaitu ketika perkawinan sesama jenis telah dilegalkan di banyak tempat di bumi yg sama.

Tidak begitu, saudaraku.

Allah cuma simbol dari kesadaran anda. Lebih tepat lagi, Allah dibagi tiga kalau menurut filsafat Kristen. Bisa dimengerti tapi tidak boleh diucapkan. Kalau anda ucapkan pengertiannya, maka mereka yg mempertahankan dogma akan bilang tidak.

Oh, tidaaakkkk!!!!

Mereka selalu bilang tidak ini, tidak itu. Bukan ini, bukan itu. Bukan apapun. Demi mempertahankan kesenyapan. Silence. Tidak boleh ada pengertian yg menular secara verbal. Hanya boleh secara batin. Diam-diaman. Kalau sudah mengerti ya sudah. Diam saja.

Kenapa? Karena masih ada upaya penjual-belian agama. Transaksi demi transaksi. Uang mengalir dan mengalir, walaupun mungkin saat ini sudah lebih tercerahkan dengan alasan untuk membantu kaum miskin. Oh, Kristen yg telah berubah total sehingga sekarang banyak tenaganya dicurahkan untuk melawan kemiskinan. Mereka yg miskin secara materi. Mau bantu orang agar bermartabat, bisa cukup makan dan cukup pakai. Agar berpendidikan, sehingga bisa berbicara dan menulis dengan sopan.

Dan bukan berteriak-teriak demi Tuhan.

Demi Tuhaaaaannn!!!

Penyebar agama Kristen di Nusantara, baik dari versi Protestan maupun Katolik, sejak semula sudah mencanangkan orientasi lokal. Mendidik ulama-ulama pribumi yg bisa mengembangkan spiritualitas sesuai kedaerahan masing-masing. Bisa anda baca dalam literatur sejak jaman Belanda. Dalam hal ini mereka seperti Hindu dan Buddha. Makanya Kristen, Hindu dan Buddha tidak dianggap agama asing.

Joko sendiri baru baca beberapa minggu terakhir ini. Itu benar, para penginjil dari Belanda dan negara-negara Barat dengan sepenuh hati mendidik pribumi untuk mengembangkan spiritualitas lokal. Pribumi didukung penuh untuk membentuk Gereja Jawa, Gereja Minahasa, Gereja Batak, Gereja Maluku, Gereja Timor, Gereja Papua, Gereja Kalimantan, Gereja Toraja, dll. Very amazing!

Dan kemerdekaan politik tidak ada hubungannya dengan agama. Buat orang Barat dan orang-orang di masyarakat berkembang yg beragama Kristen, kemerdekaan politik cepat atau lambat akan dicapai. Lembaga agama netral. Tidak berpolitik. Karenanya saya merasa harus netral juga dalam politik, kata Joko Tingtong. Spiritualitas manusia sifatnya universal. Orang mau punya aspirasi politik di GAM, RMS ataupun OPM merupakan urusan orangnya sendiri. Saya tidak pegang politik, lanjutnya, saya membantu kultivasi spiritualitas manusia dan penyembuhan tanpa membedakan orang!

Saya bukan orang Indonesia pada umumnya yg selalu membedakan orang. Lebih khusus lagi, membedakan orang dengan membawa-bawa Allah. Seolah-olah Allah sendiri yg bilang. Ada manusia yg dimuliakan Allah. Dan ada manusia yg dilaknat Allah. Tentu saja itu bohong! Yg bicara dimuliakan atau dilaknat adalah manusia. Allahnya sendiri tidak pernah muncul.

Sampai disini Joko diam. Mungkin dia sudah membocorkan suatu rahasia besar. Mungkin hampir semua orang itu mengira benar-benar ada Allah yg memuliakan dan melaknat manusia. Mungkin lewat bisikan. Para ulama itu mungkin dapat bisikan khusus dari Allah yg, tentu saja, cuma isapan jempol. Ulama tetap saja manusia biasa, sama seperti anda dan saya, kata Joko Tingtong. Kalaupun mereka punya kelebihan, yaitu berani pakai nama Allah seolah-olah mereka juru bicara Allah, itupun bukan sesuatu yg aneh.

Dari dulu sampai sekarang seperti itu modus operandinya. Bekerja mengatas-namakan Allah. Tanpa Allahnya sendiri pernah muncul dan bilang ya atau tidak. Muncul saja tidak apalagi bilang yes or no.

Orang bahkan tidak tahu bahwa penghargaan untuk SBY adalah untuk keberhasilan menumpas terorisme, tapi dibungkus seolah-olah untuk kebebasan beragama. Hak asasi manusia (HAM) kebebasan beragama diinjak-injak dengan sempurna di masa pemerintahan SBY. Semua orang tahu, dan itu tidak dihargai. Yg dihargai adalah kemampuan SBY menumpas terorisme. Jadi, kiat SBY ternyata jitu, yaitu membiarkan pelecehan HAM kebebasan beragama di Indonesia dan, pada saat yg sama, mengejar tanpa ampun para teroris. Itu cukup dihargai oleh dunia Barat. Daripada runyam kebebasan beragama dan diacak-acak teroris, lebih baik runyam kebebasan beragama dan runyamnya terorisme juga. SBY menjadi bapak perunyam terorisme di Indonesia, dan sekarang diberikan penghargaan untuk itu begitu lho!

Mungkin jauh lebih banyak yg tidak tahu bahwa Saudi Arabia berlindung di belakang pantat Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutu Baratnya yg nominal Kristen. Sekarang resminya sekuler, tapi nominal Kristen. Punya tradisi Kristen yg kuat. Dan bersimbiosis-mutualisma dengan gerakan Zionis atawa para bankir Yahudi yg menjalar-jalar selalu kian kemari di seantero pusat-pusat keuangan di seluruh dunia.

Dunia Arab eksistensinya bergantung kepada belas kasihan dunia Barat. Dan Indonesia mau menempatkan diri menjadi tempat pelemparan derma kekasih Allah di Timur Tengah? Mungkin seperti itu teorinya, lewat eksport para babu Indon yg pulang dengan bunting atawa setengah bunting.

Joko pernah lihat di TV juga, anak-anak hasil perkosaan di Timur Tengah. Babu Indon diperkosa majikan mereka di Timur Tengah. Hamil, melahirkan di bandara Sukarno-Hatta, dan anak mereka dibuang ke tempat sampah. Ada yg pungut untuk dijual. Harganya seribu dollar. Seribu dollar satu anak blasteran Indo-Arabia. Ada pula yg dipungut oleh panti asuhan.

Kalau sudah besar mungkin bisa jadi bintang pilem.

  [Leonardo Rimba Kedua (Notes)]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar