28 Mei 2013

Allah cuma simbol dari kesadaran anda

Allah cuma simbol dari kesadaran anda. Lebih tepat lagi, Allah dibagi tiga kalau menurut filsafat Kristen. Bisa dimengerti tapi tidak boleh diucapkan. Kalau anda ucapkan pengertiannya, maka mereka yg mempertahankan dogma akan bilang tidak.

Oh, tidaaakkkk!!!!

Mereka selalu bilang tidak ini, tidak itu. Bukan ini, bukan itu. Bukan apapun. Demi mempertahankan kesenyapan. Silence. Tidak boleh ada pengertian yg menular secara verbal. Hanya boleh secara batin. Diam-diaman. Kalau sudah mengerti ya sudah. Diam saja.

Kenapa? Karena masih ada upaya penjual-belian agama. Transaksi demi transaksi. Uang mengalir dan mengalir, walaupun mungkin saat ini sudah lebih tercerahkan dengan alasan untuk membantu kaum miskin. Oh, Kristen yg telah berubah total sehingga sekarang banyak tenaganya dicurahkan untuk melawan kemiskinan. Mereka yg miskin secara materi. Mau bantu orang agar bermartabat, bisa cukup makan dan cukup pakai. Agar berpendidikan, sehingga bisa berbicara dan menulis dengan sopan.

Dan bukan berteriak-teriak demi Tuhan.

Demi Tuhaaaaannn!!!

Penyebar agama Kristen di Nusantara, baik dari versi Protestan maupun Katolik, sejak semula sudah mencanangkan orientasi lokal. Mendidik ulama-ulama pribumi yg bisa mengembangkan spiritualitas sesuai kedaerahan masing-masing. Bisa anda baca dalam literatur sejak jaman Belanda. Dalam hal ini mereka seperti Hindu dan Buddha. Makanya Kristen, Hindu dan Buddha tidak dianggap agama asing.

Joko sendiri baru baca beberapa minggu terakhir ini. Itu benar, para penginjil dari Belanda dan negara-negara Barat dengan sepenuh hati mendidik pribumi untuk mengembangkan spiritualitas lokal. Pribumi didukung penuh untuk membentuk Gereja Jawa, Gereja Minahasa, Gereja Batak, Gereja Maluku, Gereja Timor, Gereja Papua, Gereja Kalimantan, Gereja Toraja, dll. Very amazing!

Dan kemerdekaan politik tidak ada hubungannya dengan agama. Buat orang Barat dan orang-orang di masyarakat berkembang yg beragama Kristen, kemerdekaan politik cepat atau lambat akan dicapai. Lembaga agama netral. Tidak berpolitik. Karenanya saya merasa harus netral juga dalam politik, kata Joko Tingtong. Spiritualitas manusia sifatnya universal. Orang mau punya aspirasi politik di GAM, RMS ataupun OPM merupakan urusan orangnya sendiri. Saya tidak pegang politik, lanjutnya, saya membantu kultivasi spiritualitas manusia dan penyembuhan tanpa membedakan orang!

Saya bukan orang Indonesia pada umumnya yg selalu membedakan orang. Lebih khusus lagi, membedakan orang dengan membawa-bawa Allah. Seolah-olah Allah sendiri yg bilang. Ada manusia yg dimuliakan Allah. Dan ada manusia yg dilaknat Allah. Tentu saja itu bohong! Yg bicara dimuliakan atau dilaknat adalah manusia. Allahnya sendiri tidak pernah muncul.

Sampai disini Joko diam. Mungkin dia sudah membocorkan suatu rahasia besar. Mungkin hampir semua orang itu mengira benar-benar ada Allah yg memuliakan dan melaknat manusia. Mungkin lewat bisikan. Para ulama itu mungkin dapat bisikan khusus dari Allah yg, tentu saja, cuma isapan jempol. Ulama tetap saja manusia biasa, sama seperti anda dan saya, kata Joko Tingtong. Kalaupun mereka punya kelebihan, yaitu berani pakai nama Allah seolah-olah mereka juru bicara Allah, itupun bukan sesuatu yg aneh.

(Joko T.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar