19 Agu 2013

Apakah hanya Orang Protestan yang Mengalami Lahir Dua Kali?



T = Tulisan anda berjudul "Pengalaman Relijius menurut William James" (ada di dalam buku “Pelangiku Warna Ungu”) sangat mencerahkan Mas Leo, terima kasih. Namun apakah hanya orang Protestan yang mengalami lahir dua kali? Apakah orang-orang beragama lain juga bisa lahir dua kali? Ada yang mengatakan bahwa, jika manusia yang berada di dalam kesulitan berusaha mencari Tuhan, ada dua kemungkinan yang didapatkannya:
1) Menemukan Tuhan dan mendapatkan kekuatan yang di luar batas kemampuannya untuk berevolusi dan mampu menyelesaikan masalahnya melalui pengertian yang mendalam mengenai kehidupan.
2) Terpeleset kedalam kekuasaan iblis yang pada akhirnya kekuatan yang didapatkannya tersebut akan mampu dimanfaatkan demi merusak segala sesuatu. Bagaimana menurut anda?

J = William James juga seorang filsuf dari aliran "Pragmatisme" . Jadi, James akan bertanya tentang utilitas atau kegunaan dari suatu konsep abstrak yg tidak bisa dibuktikan seperti Surga, Neraka, Allah, dll. Nah, nilai dari suatu konsep (hasil pemikiran) akan ditentukan oleh kegunaannya atau utilitasnya. Contoh, kita bisa bertanya:
1) Kalau percaya kepada Allah, lalu apa yg akan dilakukan oleh orang itu?
2) Apa bedanya antara orang yg mengaku percaya kepada Allah dan orang yg tidak percaya kepada Allah?
Kalau ternyata tidak ada bedanya, maka konsep itu tidak berarti alias cuma pemanis bibir saja. Yg penting apa bedanya, apa utilitasnya, apa kegunaannya.

Nah, manusia itu memiliki pilihan untuk percaya kepada apa saja. Mau percaya kepada Allah is ok saja, mau tidak percaya juga ok saja. Tetapi memang apa yg kita percayai bisa menentukan apa yg akan kita lakukan. Contoh, kalau percaya bahwa Allah itu menuntut kurban kambing, maka orangnya akan potong kambing karena ingin dapat pahala masuk surga dengan cara potong kambing blah blah blah... Orang lain yg tidak percaya segala macam kurban tentu saja akan berjalan terus tanpa terpengaruh oleh apapun. So, everything will depend on what you believe.

James sebenarnya secara intuitif tahu bahwa segalanya itu cuma konsep saja. Allah itu konsep.

Iblis juga konsep. Konsep Allah tidak bisa hidup tanpa adanya konsep Iblis. Kalau anda percaya kepada Allah maka anda mutlak percaya juga kepada Iblis sebagai "kambing hitam" untuk menyalahkan segala sesuatunya. Kalau ada yg salah menurut Allah, pastilah itu pekerjaan Iblis.
Very easy. Pedahal Allah dan Iblis itu cuma konsep yg adanya di dalam pikiran si manusia sendiri.
Tetapi memang benar bahwa ada orang yg bisa mengalami "kelahiran kembali" ketika konsep tentang "Allah" itu benar disadarinya. Ketika orang merasakan bahwa Allah hidup di dalam Kesadaran di dirinya, maka orangnya dikatakan sebagai "lahir kembali". Nah, Allah itu bias berbentuk konsep dan nama yg berbeda, tergantung dari budaya orang itu sendiri. Bisa dibilang sebagai "Buddha", bisa dibilang sebagai "Shiva", bisa dibilang sebagai "Ganesha”, dll.
Yang bisa memberikan kekuatan kepada konsep Allah atau Iblis itu pikiran yg ada di diri anda. Kalau anda percaya bahwa Allah bisa membantu anda, maka terbantulah anda oleh Allah. Kalau anda percaya bahwa yg bekerja adalah pikiran anda sendiri dan Allah itu konsep yg sudah out-of date, maka anda akan bisa berjalan apa adanya saja tanpa perlu merepotkan diri dengan segala ritual dan syariat. Manusia Post Modern sudah bisa meninggalkan konsep tentang Allah yg dibuat ratusan atau bahkan ribuan tahun lalu. Ternyata kita bisa hidup biasa saja dan apa adanya tanpa harus meribetkan diri seperti manusia masa lalu yg harus selalu berkutat dengan Allah dan Iblis dalam berbagai bentuk dan namanya.

Nah, proses "lahir kembali" akan selalu berjalan terus, apapun latar belakang orangnya. Kalau orangnya percaya Allah, maka Orangnya akan merasa "dekat" dengan Allah setelah mengalami katharsis dimana dirinya merasa "bertemu" dengan Allah. Tetapi tentu saja ini semua berjalan berdasarkan belief system, ada sistem kepercayaan disini. Kelahiran kembali itu cuma istilah saja dan mungkin hanya belief system yg total mengajarkan kejujuran terhadap diri sendiri seperti Protestantisme dan Buddhisme yg lebih bisa membawa penganutnya untuk "lahir kembali".
Agama yg menekankan ritual biasanya tidak memiliki banyak pengikut yg "lahir kembali" karena segalanya berjalan secara mekanistik, ritualistik, dan memang tidak ada "pertemuan" antara batin si penganut kepercayaan itu dengan sesuatu yg disembahnya. Pedahal, yg namanya "pertemuan" itu sangat penting agar kita bisa "lahir kembali" ketika kita akhirnya bisa face to face dengan sesuatu yg kita hidupkan di dalam pikiran kita. Lalu kita merasa bertemu dengan oknum itu, lalu hidup kita berubah, dsb... walaupun akhirnya kita juga akan sadar bahwa kita cuma bermain dengan pikiran di diri kita sendiri saja.

Malah, bisa saja yg "lahir kembali" itu adalah orang yg dididik dalam agama tradisional dan akhirnya merasa dibohongi. In all cases, orang itu dikatakan "lahir kembali" ketika dia bisa lebih menjadi dirinya sendiri. Akhirnya proses itu bisa juga dikatakan sebagai Proses menjadi diri sendiri. Semakin lama kita semakin menjadi diri sendiri walaupun jalannya itu banyak. Bisa dari theis menjadi atheist. Bisa dari atheist menjadi theist. Bisa dari theist suam-suam kuku menjadi theist fanatik. Dan bisa juga dari theist fanatik menjadi theist yg toleran, everything is possible.
Kalau saya sendiri berpendapat bahwa akhirnya segalanya itu nothing. Kita akhirnya akan sadar sendiri bahwa apapun yg kita percayai akan bisa kita lihat melalui kejadian sehari-hari (namanya sinkronisitas) . Bisa juga kita lihat melalui mimpi, penampakan, dlsb.. yg semuanya merupakan simbol belaka. Yg hakiki itu tidak akan kita pernah lihat. Sampai kapanpun kita tidak akan bertemu dengan Allah karena yg kita temukan hanya merupakan refleksi atau manifestasi dari apa yg kita sebut Allah. Kita merupakan manifestasi dari Allah yg asli, dan hanya bisa bertemu dengan manifestasi lainnya. Manifestasi bertemu dengan manifestasi. Air bertemu dengan Air.
Api bertemu dengan Api. Kesadaran bertemu dengan Kesadaran. Dan Kesadaran itu cuma satu.
Semuanya itu Kesadaran, walaupun saat ini sedang bermain dengan segala macam eksperimen.. .
The game bisa dinamakan: "Let's Pretend". Let's pretend that we are creation and there is a creator. Pedahal kita sendiri the creator itu.


sumber: salah satu e-book karya Leonardo R.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar