Indonesia bukan harus beli minyak di pasaran
internasional, dan belinya harus disubsidi oleh pemerintah. Beli lebih
mahal di luar negeri, dan jual lebih murah di dalam negeri. Tidak begitu
jalan pikirannya. Yg benar, Indonesia jualan minyak. Seluruh minyak
Indonesia dijual di luar negeri karena kualitasnya lebih tinggi dan
harganya lebih mahal. Dijual ke Jepang dan Pantai Barat Amerika Serikat.
Untuk konsumsi dalam negeri, Indonesia beli minyak dari Arab. Minyak
dari Arab yg kualitasnya lebih rendah dan harganya lebih murah digunakan
untuk rakyat Indonesia. Mungkin beli minyak dari Arab Saudi. Tanpa
diskon, tentu saja.
Joko Tingtong tahu pasti Arab Saudi adalah
satelit Amerika Serikat. Sekutu intim AS di Timur Tengah, sama intimnya
seperti Israel. Baik Israel maupun Arab Saudi adalah sekutu intim
Amerika Serikat (AS). Apabila wacana wahabisasi Indonesia berhasil, maka
Arab Saudi akan punya anak bawang, namanya Indonesia. Oh, ribet amat,
kata Joko. Kalau ujungnya cuma buat jadi anak buah AS, kita tidak perlu
dimakelarin Arab Saudi. Langsung saja. Detik ini juga bisa.
Sebagai
seorang ilmuwan politik, Joko Tingtong tahu bahwa Indonesia juga
termasuk sekutu AS. Bukan sekutu intim seperti Israel dan Arab Saudi,
melainkan sekutu biasa-biasa saja. Sedikit banyak Indonesia masih punya
ingatan tentang doktrin politik luar negeri bebas aktif yg
diformulasikan puluhan tahun lalu oleh Bung Hatta, proklamator. Tertulis
dengan judul "Mendayung di antara Dua Karang". Artikel biasa, mungkin,
tapi karena saat itu masih jarang intelektual di Indonesia, maka artikel
itu akhirnya bisa menjadi doktrin politik luar negeri Indonesia.
Resminya Indonesia netral, tidak berpihak kepada AS yg kapitalis, dan
tidak juga berpihak kepada Uni Soviet (US) yg komunis. Itu dulu, di
waktu Perang Dingin. Setelah US bubar, tidak ada lagi doktrin politik
luar negeri Indonesia.
Menurut pengamatan Joko tidak ada. Yg
terlihat seperti Indonesia berlumba ingin menjadi pengikut AS juga. Tapi
AS tidak perduli dengan Indonesia. Terlalu banyak penindasan Hak Asasi
Manusia (HAM) di Indonesia, termasuk hak kebebasan beragama. Mereka yg
menganut aliran keagamaan berbeda dikejar-dikejar, dipaksa untuk
bertobat. Malahan disaksikan oleh menteri agama. Kenapa tidak disaksikan
oleh SBY sendiri? Bukankah akan elok sekali apabila SBY menyaksikan
sendiri tobatnya ratusan umat Ahmadiyah di Cirebon kemarin? Tobat atau
taubat?
Yg jelas, penobatan suatu aliran keagamaan yg sah dan
bermartabat lewat cara kekerasan maupun halus merupakan pelecehan hak
asasi manusia yg sempurna. AS tahu itu. Makanya tidak mau menerima
Indonesia menjadi sekutu intim. Lalu? Lalu mungkin Indonesia mencari
celah ingin menjadi anak bawang dari Arab Saudi. Di bawah AS ada sekutu
intim seperti Israel dan Arab Saudi. Di bawah Arab Saudi ada sekutu yg
mungkin lama-kelamaan bisa jadi intim juga karena meniru modus operandi
Arab Saudi. Mungkin Indonesia mengira Arab Saudi tidak kena teguran AS.
Mengira AS menutup mata terhadap tiadanya demokrasi di Arab Saudi,
tiadanya penghormatan terhadap HAM disana?
Bukan begitu, kata
Joko. AS bukan anak kecil dalam hal politik internasional. Semua ada
waktunya. Saat ini kita sedang menunggu detik-detik keruntuhan rejim
Suriah. Para pemimpinnya tidak bisa lari kemana-mana, akan terus diseret
ke Mahkamah Internasional. Makanya mereka bertahan terus. Buah
simalakama. Seperti Muammar Khadafi yg sudah makan itu buah. Tidak
dimakan, rejimnya akan jatuh. Dimakan juga akan jatuh. Setelah Irak,
Tunisia, Libya, Mesir, kini giliran Suriah. Arab Saudi termasuk yg
paling akhir. Tinggal tunggu minyaknya habis dan rakyatnya berontak
sendiri. Memang sekutu intim, tapi harus pakai permainan yg elok. Kata
SBY, permainan harus elok.
Setelah
bertahun-tahun tidak ikut pemilu alis golput, tiba-tiba Joko Tingtong
merasa ada kemungkinan ikut pemilu lagi tahun depan. Pemilu 2014.
Syariatnya yg dibisikkan malaikat cuma tiga, yaitu mereka yg pantas
dipilih harus mampu menjanjikan dan melaksanakan dengan konsekwen: 1)
penghapusan kolom agama di KTP, 2) pencabutan UU perkawinan seagama, dan
3) pengakuan resmi semua aliran keagamaan, baik asli maupun import.
Sayangnya, menurut terawangan lagi, kemungkinan besar tidak ada partai
politik maupun calon presiden yg berani menjanjikannya. Perlindungan
terhadap hak asasi manusia untuk bebas beragama di Indonesia masih
berupa wacana. Walhasil, Joko Tingtong mungkin akan golput lagi.
(Joko T.)
Label
spiritual
(134)
pajak
(40)
crochet pattern
(17)
Joko T.
(15)
Leonardo R.
(15)
aksesoris
(15)
gemstone
(15)
cuplikan/ringkasan
(14)
tutorial aksesoris
(13)
web SI
(13)
fashion
(10)
rajut
(10)
soliloquy
(6)
pengembangan diri
(5)
info dan aturan perpajakan
(4)
nengah hardiani
(4)
foto diri
(3)
jahit-menjahit
(3)
politik
(3)
ekonomi
(2)
English
(1)
berkebun
(1)
bermain jiwa
(1)
bisnis
(1)
foto
(1)
kesehatan
(1)
puisi
(1)
resep masakan
(1)
tarot
(1)
yoga
(1)
zodiak
(1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar