Hipnotis yg dilakukan dengan seijin orangnya namanya
hipnotherapi, gunanya untuk penyembuhan berbagai macam penyakit, baik yg
asli berasal dari virus maupun dari pikiran orang itu sendiri yg
destruktif. Pikiran yg merusak, termasuk delusi atau waham. Penipuan
diri sendiri.
Setahu Joko Tingtong, meditasi bukanlah prasyarat
mutlak bagi seorang praktisi hipnotherapi. Seorang hipnotherapist cukup
melatih kemampuan dirinya untuk rileks dan menurunkan gelombang otaknya
sendiri ke level alpha dan theta, yg gunanya untuk menginduksi gelombang
otak pasiennya ke gelombang otak yg sama, dan lalu memberikan berbagai
macam sugesti yg diharapkan akan bisa membantu penyembuhan.
Seharusnya
begitu, tapi kenyataannya tidak. Joko Tingtong merasa para
hypnotherapist tidak bisa menurunkan gelombang otak pasien. Kebanyakan
tidak bisa. Semuanya masih berada di gelombang otak beta atau frekwensi
melek penuh. Kalaupun tekniknya bekerja, hypnotherapi menggunakan
berbagai macam akal untuk mengunci jalan pikiran pasien sehingga tidak
kembali ke kebiasaan jelek yg ingin dibuang.
Begitu lho, menurut pengalaman Joko!
Penyembuhan
total dan langsung merupakan suatu pengecualian, dan sangat wajar bagi
teknik hipnotherapi untuk digunakan berulang-ulang sampai hasil yg
diinginkan tercapai. Ada juga kemungkinan bahwa hasil yg telah tercapai
akhirnya hilang begitu saja karena ternyata sugesti yg diberikan oleh
hipnotherapist kalah kuat dengan sugesti yg diberikan oleh si pasien
terhadap dirinya sendiri.
Ada yg pernah mencoba untuk melakukan
perubahan orientasi seksual dari seorang homo agar menjadi hetero.
Hasilnya cukup menggembirakan pada awalnya karena si homosex atau gay
itu sudah bisa melirik wanita. Tapi, ketika therapi diteruskan, ternyata
efeknya cuma begitu-begitu saja, cuma melirik doang, dan tidak
berlanjut ke arah hubungan sex.
Pada pihak lain, orientasi
seksual seseorang merupakan hal yg normal saja. Baik hetero, gay, bisex,
ataupun asexual merupakan orientasi yg normal. Dan usaha untuk
mentherapi seseorang agar orientasi seksualnya berubah tentu saja patut
dipertanyakan. Apakah ethis untuk merubah seorang pria hetero menjadi
gay? Kalau itu ternyata tidak ethis, maka merubah pria gay menjadi
hetero juga tidak ethis, karena kedua orientasi ini sama validnya. Bukan
merupakan kelainan jiwa melainkan hal yg normal saja. Bukan sakit jiwa!
Lain
halnya kalau orangnya sendiri yg meminta, misalnya ada seorang pria
hetero sudah bosan berhubungan sex dengan perempuan, dan sekarang ingin
nyobain dengan sesama pria. Dia lalu pergi ke seorang hipnotherapist
agar dihipnotis menjadi gay. Itu bisa, tetapi harus atas permintaan
orangnya sendiri. Dan belum tentu berhasil. Mungkin paling jauh jadi
bisex doang.
Ada lagi hipnotherapist yg bisa melakukan regressi ke kehidupan masa lalu atau past life.
Masalah di kehidupan sekarang bisa ditelusuri sebagai berasal dari
kehidupan masa lalu. Sayangnya, tidak semua orang bisa diregressi.
Kalaupun bisa, apakah benar sesuatu yg dilihat oleh pasien sebagai
kehidupan masa lalu itu benar-benar ada? Yg jelas, kita cuma akan
di-regressi ke dalam pikiran kita sendiri, dan yg muncul juga cuma
simbol-simbol belaka. Dan belum tentu si hipnotherapist bisa
mengartikannya, sehingga bisa saja akhirnya terjadi penumpukan takhayul
yg tidak mencerdaskan.
Pada pihak lain, yg secara salah
kaprah dikenal sebagai kejahatan hipnotis sebenarnya bukanlah hipnotis
melainkan gendam. Gendam dilatih dengan cara konsentrasi pada cakra
solar plexus ke bawah. Orang yg mengumpulkan energi gendam bisa
menghipnotis korbannya untuk memberikan uang, dll. Itu gendam dan bukan
hipnotis karena yg digunakan adalah tenaga yg kuat sekali dan berasal
dari cakra solar plexus ke bawah. Ini energi naluri dan bukan energi
intuisi. Naluri seseorang yg kuat tentu saja bisa mempengaruhi orang
lain yg pikirannya melayang dan tidak fokus.
Kalau kita rutin
meditasi di cakra mata ketiga, kita tidak akan terpengaruh dengan segala
macam gendam. Segala macam hipnotherapi juga tidak akan berpengaruh.
Segala teknik rekayasan yg menggunakan kombinasi gendam dan hipnotherapi
seperti dipraktekkan di berbagai pelatihan juga tidak akan mempan.
Sebaliknya,
dengan meditasi rutin di cakra mata ketiga kita akhirnya akan sadar
bahwa kita bisa memilih apa yg kita inginkan dalam hidup. Tanpa perlu
membuang uang mahal-mahal buat pelatihan begituan yg menggunakan segala
macam teknik rekayasa, kita akan tahu dengan sendirinya apa yg
sebenarnya kita mau, dan kita akan pilih apa yg kita mau dengan sadar.
(Joko T.)
Label
spiritual
(134)
pajak
(40)
crochet pattern
(17)
Joko T.
(15)
Leonardo R.
(15)
aksesoris
(15)
gemstone
(15)
cuplikan/ringkasan
(14)
tutorial aksesoris
(13)
web SI
(13)
fashion
(10)
rajut
(10)
soliloquy
(6)
pengembangan diri
(5)
info dan aturan perpajakan
(4)
nengah hardiani
(4)
foto diri
(3)
jahit-menjahit
(3)
politik
(3)
ekonomi
(2)
English
(1)
berkebun
(1)
bermain jiwa
(1)
bisnis
(1)
foto
(1)
kesehatan
(1)
puisi
(1)
resep masakan
(1)
tarot
(1)
yoga
(1)
zodiak
(1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar