1 Nov 2014

Revolusi Mental Pakai Cakra Mata Ketiga

 Masih banyak yg harus dilalui setelah meninggalkan agama, walaupun tidak meninggalkan Allah. Atau lebih tepatnya menjadi diri sendiri karena Allah tidak pernah lebih jauh atau lebih dekat dari anda. Tidak tergantung agama.

oleh Leonardo R.:

Ada orang bercakra jantung menulis komentar di catatan saya. Kenapa saya bisa langsung tahu? Mudah saja, karena tanpa diminta dia langsung menilai saya dan memberikan nasehat. Sedangkan saya kenal saja tidak. Dia juga tidak memperkenalkan diri. Langsung menilai baik atau buruk. Ditambah dengan nasehat. Itu umum, orang yg cakranya terganjal di jantung memang seperti itu. Mungkin tidak akan bisa naik lagi. Yg membuat saya berterimakasih, orang ini menyebut nama Gede Prama sebagai orang yg pakai cakra jantung. Memang benar. Walaupun belum pernah bertemu, saya tahu yg dipakai cakra jantung. Orang yg pakai cakra jantung cuma bisa kena dengan anda yg punya perasaan berdosa. Anda merasa berdosa dan ingin dibelai? Pergilah ke penyembuh yg kuat di cakra jantung. Gede Prama salah satunya. Teman kita Anand Khrisna juga kuat di cakra jantung. Mungkin Anand yg terkuat. Kuat sekali cakra jantungnya sehingga bisa membuat orang lain terikat kepadanya. Cakra jantung bisa mengikat orang. Guru-guru agama yg punya pengikut setia mungkin kuat juga di cakra jantung. Bahkan guru besar kehormatan kita Kyai Achmad Chodjim juga kuat di cakra jantung. Kalau sudah stabil memang bagus untuk dirinya sendiri. Bagus juga untuk lingkungannya. Sayangnya tidak kritis. Kalaupun kritis, masih ada kemelekatan disitu. Rasanya lengket karena ini bukan cakra yg tertinggi. Masih bisa naik lagi ke cakra tenggorokan dan cakra mata ketiga. Jokowi tidak pakai cakra jantung, tapi pakai cakra mata ketiga. Revolusi mental di cakra mata ketiga.

Takut akan Allah adalah awal dari hikmat. Sepenggal kalimat itu apabila bisa anda cermati maknanya akan menuntun anda untuk menemukan hidayah. Bukan memperoleh hidayah seperti kemampuan menggunakan daya pemikat sehingga akhirnya ditunjuk menjadi menteri pendayagunaan agama, tetapi hidayah yg artinya kurang lebih sama seperti hikmat. Yaitu kebijaksanaan. Kemampuan untuk menimbang dan memutuskan. Bukan mengikuti cocologi dan tidak bisa melepaskan diri dari jeratannya. Seperti mengutuk orang Yahudi dan merasa anda berjasa kepada Allah. Tidak begitu. Takut akan Allah adalah awal dari hikmat merupakan ayat yg saya ambil dari kitab suci Yahudi. Kitab Amsal Sulaiman. Amsal artinya peribahasa, dalam hal ini dikeluarkan oleh Raja Sulaiman. Atau paling tidak lingkungan dekatnya. Orang-orang yg bijaksana sehingga bisa mendaya-gunakan sumber alam terbatas di Palestina. Sumber alam terbatas, sumber daya manusia apalagi. Tetapi bisa didaya-gunakan dengan maksimal. Dengan manajemen. Dan Allah disitu bukanlah sesuatu yg didefinisikan seperti Asmaul Husna. Allah tidak perlu dibatasi dan dipajang batas-batasnya sebanyak 99 saja. Allah adalah alam semesta dan kekuatan maupun kelemahannya. Ada alam semesta besar secara fisik yg bisa terdaftar di panca indra anda. Atau tidak terdaftar tapi tercatat saja di alam bawah sadar anda. Ada itu, dan bukan di kitab-kitab. Makanya saya bilang Allah tidak ada di dalam kitab suci. Yg itu barang cetakan, bisa dikorupsi. Allah bahkan tidak ada di dalam agama. Agama mungkin termasuk bagian dari Allah, tetapi apabila begitu maka segala macam non agama juga. Segala sesuatu yg bisa anda sebutkan merupakan bagian dari Allah. Dan triuliunan kali triliunan kali lagi. Lebih dan lebih lagi. Tidak terbatas. Dan itulah alasannya saya tidak takut agama. Allah bukan agama. Allah bukan ulama. Allah bukan Kementerian Agama. Allah bukan syariat agama. Allah tidak bisa dibatasi oleh manusia. Mulai jelas? Apabila ya, maka anda mulai memperoleh hikmat. Mulai mengerti apa artinya takut akan Allah. Takut Allah bukan berarti takut agama dan perangkatnya.

Masih banyak yg harus dilalui setelah meninggalkan agama, walaupun tidak meninggalkan Allah. Atau lebih tepatnya menjadi diri sendiri karena Allah tidak pernah lebih jauh atau lebih dekat dari anda. Tidak tergantung agama. Jalannya masih panjang, dan meninggalkan agama cuma langkah pertama. Atau salah satu langkah yg pertama. Meninggalkan agama bukan berarti menjadi kacau. Anda bisa saja tetap konservatif seperti saya. Dan masih bisa menikmati ritual dari banyak agama. Meninggalkan agama artinya tidak tergantung dari agama. Apalagi dari ulama. Anda tahu martabat anda, hak-hak anda. Anda tidak bisa dihipnotis lagi, tidak mempan angin surga, apalagi angin neraka.

Saya menulis untuk anda yg sudah tidak mau percaya lagi kepada agama karena pengalaman pribadi. Pernah ditipu sekali dua kali. Anda maafkan dan anda ditipu lagi. Begitu seterusnya dan masih berlangsung terus sampai detik ini. Sampai anda bilang cukup sudah. Anda tidak mau ditipu lagi. Tanpa perlu anda beberkan segalanya dari A sampai Z, karena semua orang yg pernah ditipu juga sudah tahu. Yg belum pernah ditipu belum tahu, makanya masih harus membuktikan apa benar ditipu. Yg sedang ditipu masih mau membuktikan sampai mana mau ditipu. Saya sendiri sudah membuktikan bahwa penipu di keagamaan tidak akan berhenti menipu karena pada dasarnya azas agama adalah tipa-tipu. Anda ditempa untuk bisa ditipu. Dan mensyukurinya. Kalau anda tidak bersyukur artinya anda masih harus ditempa. Padahal anda bukan besi. Bukan besi tempa atau besi yg dipukul dan dipukul agar terbentuk menjadi alat. Lalu alat ini digunakan untuk mencangkul cangkul yg dalam, menyebarkan agama di kebun orang. Saya tahu gayanya, anda juga mungkin tahu. Tapi mulut anda berucap bahwa yg seperti itu namanya nikmat. Nikmatilah. Artinya nikmatnya sang ilah. Nikmatnya Tuhan. Dengan harapan sebentar lagi terpaan itu akan menghilang dan anda dihitung sebagai orang beriman. Begitulah permainan keagamaan. Dan tentu saja akan begitu terus, tanpa henti, sampai tidak ada lagi yg percaya. Sama saja seperti produk buatan pabrik. Produksi dihentikan kalau tidak ada pembeli. Kalau masih ada, maka akan dilempar terus ke pasar. Anda dianggap pasar. Bisa diperiksa, dijajah, dilepaskan. Sesuka orang yg anda berikan kesempatan untuk menguasai anda. Sampai anda bilang cukup sudah.

Apa susahnya mengingatkan semua orang bahwa sumpah pemuda cuma berisikan tiga hal? Nusa, bangsa, dan bahasa. Tidak pakai agama. Lewat begitu saja beberapa hari lalu. Mungkin karena orang merasa ketiganya bisa disatukan menjadi agama. Seolah agama perekatnya. Padahal agama penghancurnya. Negara bangsa atau nation state seperti Indonesia merupakan produk baru, kelanjutan dari renaissance atau abad pencerahan di Eropa. Yg kita semua tahu merupakan titik balik setelah berabad-abad dicengkeram oleh kuku bernama abad pertengahan. Atau dikenal juga sebagai abad kegelapan. Dikuasai oleh agen-agen Lord Voldermort yg duduk menjadi pejabat dan ulama. Tapi kita tak gentar. Belajar dengan sungguh-sungguh di sekolah sihir. Melahirkan banyak Harry Potter tanpa melalui hubungan sex gelap. Kita hanya punya satu ibu pertiwi. Dan maju tak gentar membela yg terkapar terkena sihir. Ingat, abad kegelapan ingin menancapkan kembali kuku bimanya. Anda harus berjuang terus. Tidak pakai agama karena itu ramuan dari YTBDN. Kependekan dari Yang Tidak Bisa Disebutkan Namanya. Anda bisa disebutkan. Sebutkan nama anda dan ucapkan sumpah pemuda. Itu manteranya. Tidak pakai agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar