T
= Terima kasih untuk jawabannya, I'm glad saya bisa tanya-tanya soalnya
sometimes think too much and get stuck, and we all know that kebanyakan mikir
secara teknikal itu menghambat spiritual progress which should be natural and
ikhlas. Bener, saya baru inget sekarang kalo sebenernya waktu itu semuanya itu
tergantung dari pikiran saya untuk aktif nyetir experience itu. To some extent
saya juga percaya semua itu cuma ada di pikiran saya and your answers confirmed
it to be so. Contrary to the descriptions of the so-called modern shamans yang bilang
katanya bisa ketemu aspek-aspek dari diri sendiri sebagai power animals and
such, kesannya experience mereka itu in full-blown technicolor n audiovisual
banget, sedangkan yg saya rasain beda, cuma mental images. Itu kenapa saya ngga
yakin sama otentisitas 'journey' saya waktu itu. I guess it was just my mind
wandering around in a new way. Jelas sih waktu itu saya conscious and ngga
masuk ke trance kayak para shamans itu, cuma lebih open aja, and its fun to do.
If you don't mind saya mau Tanya-tanya lagi nih, this time tentang hal-hal yg
lebih serius, mungkin Mas Leo ngerti banget beginian soalnya saya rasa ini erat
banget sama transpersonal psychology. Apa itu menurut Mas Leo yg dimaksud sama
beberapa orang dengan 'peak mystical experience', gnosis/union?
J
= Peak mystical experience cuma istilah saja. Ada yg bilang sebagai Union with
God atau makrifatullah, ada yg bilang sebagai kesadaran Buddha. Semuanya cuma
istilah saja.
Sebenarnya
yg namanya Union with God itu suatu situasi yg konstan. Kalau orangnya percaya bahwa
dirinya itu sudah menyatu dengan Allah (united with God), maka menyatulah dia.
Dan menyatunya ini adanya di dalam kesadaran / consciousness di orang itu
sendiri. Jadi, seperti ada keyakinan bahwa dia itu satu dengan Allah. Tetapi
memang ada juga yg namanya "peak" mystical experience ketika orangnya
baru sadar bahwa ternyata Allah berada di dalam kesadaran / consciousness /
pikiran yg ada di dirinya sendiri dan tidak ada dimana-mana.
Ketika
orang itu mencari Allah, maka Allah tidak bisa diketemukan. Allah tidak ada di
Kitab-kitab Suci, Allah tidak ada di agama-agama, walaupun semuanya
mengatas-namakan Allah or His/Her other Names. Ternyata Allah itu ada di dalam
kesadaran / pikiran di dalam diri kita sendiri. Everything is the mind. Nah,
ketika orangnya itu baru sadar, dia itu bisa mengalami ekstasi juga, walaupun
tidak dengan obat-obatan terlarang. Jadi seperti ada suatu "suara" di
dalam batin / kesadaran / pikiran / mind ... di orang itu yg bilang bahwa ya
benar, Allah itu memang adanya di dalam kesadaran di dirinya sendiri. Itu
adalah "peak" experience yg sejati dan tidak aneh-aneh.
T
= Apa dalam proses menuju titik puncak tersebut apakah memang selalu ada the universal
pattern which is tenggelam/menyelam to the "underworld" lalu bangkit?
Kayak pattern cerita-cerita God-men which I believe is the death of the ego and
then being reborn?
J
= Dalam "peak" mystical experience yg asli memang ada universal
pattern berupa jatuh bangun secara mental, emosional, dan fisik juga. Tetapi
biasanya tidak seheboh cerita-cerita God-Men yg ada di dalam mitologi itu.
Jadi, Nabi Musa mengalami "peak" mystical experience setelah jatuh
bangun selama 80 tahun. 40 tahun hidup dan belajar di istana Firaun, lalu 40
tahun hidup sebagai seorang penggembala kambing di padang pasir. Dan ada
experience berupa suatu pembunuhan diantara kedua phase kehidupan Musa. Nah,
mythologically speaking, kita bisa saja bilang bahwa Musa turun ke dalam
"underworld" ketika dia membunuh orang Mesir dan akhirnya lari ke
padang pasir.
Bisa
juga dibilang bahwa Musa akhirnya bertemu dengan segala macam Malaikat dan
Iblis ketika dia selama 40 tahun bergelut dengan pemikirannya sendiri sampai
suatu hari tiba-tiba dia melihat ada api yg bernyala di tengah suatu
semak-semak. Semak-semak kok bisa bernyala oleh api tapi tidak terbakar? Saat
itu Musa merasa mendengar suara Allah, pedahal kita sekarang tahu bahwa Musa
sebenarnya mendengar suara yg berasal dari dalam pikirannya sendiri. Itu
termasuk "peak" experience walaupun kalau digambarkan secara grafik
tidak akan seheboh seperti kisah-kisah mengenai God-Men.
Musa
sebenarnya bisa digolongkan sebagai God-Men juga, tapi kalau sudah masuk kategori
itu akhirnya akan menjadi full of dongeng. Banyak isapan jempolnya yg tidak
mendidik manusia menjadi semakin pintar tetapi semakin bodoh. Sidharta Gautama
yg menjadi Buddha itu juga mengalami "peak" mystical experience
setelah jatuh bangun puluhan tahun, termasuk selama 6 tahun menjadi pertapa yg
ekstrim. Buddha bahkan tidak merasakan apa-apa dalam "peak" mystical
experience itu. Dia tertidur di bahwa pohon Bodhi, dan ketika dia bangun dia "tercerahkan"
. He knows that he knows. Aware of being aware.
T
= Kalo iya, apakah proses 'ke bawah' ini selalu disertai dengan "spiritual
emergency" yg
menyerupai psychotic break?
J
= Bisa juga disebut ada "spiritual emergency" yg menyerupai
"psychotic break" atau pengalaman batin yg traumatis. Jadi, Musa yg dibesarkan
di istana sebagai anak dari putri Firaun Mesir akhirnya mengalami proses
spiritual dimana kesadarannya mulai tumbuh sampai suatu saat dia membunuh
seorang Mesir dan melarikan diri ke padang pasir. Kejadian membunuh manusia dan
melarikan diri itu merupakan suatu "psychotic break" bagi Musa.
Sidharta Gautama yg dibesarkan di Istana Kapilawastu akhirnya meninggalkan
segala-galanya untuk menjadi seorang pertapa. Sidharta mengalami proses
spiritual, dan tindakan meninggalkan istana merupakan suatu "psychotic
break" bagi dirinya. Di masa sekarang, orang yg meninggalkan ajaran
agamanya dan lalu belajar yoga bisa juga dikatakan sebagai mengalami suatu
"psychotic break".
T
= Is spiritual emergency always the same as kundalini crisis, ato apakah mereka
bisa beda?
J
= Bisa beda juga karena yg namanya "kundalini crisis" itu merupakan
istilah dari khazanah
Hindu. Istilah "spiritual emergency" lebih bisa dimengerti karena itu
lebih umum dan semua orang mengalaminya. Saya bisa tahu bahwa spiritual
emergency bisa sama dengan kundalini crisis. Tetapi orang-orang yg tidak
mengerti tentang kundalini akan bingung ketika saya berbicara tentang kundalini
crisis. So, lebih baik kita berbicara menggunakan istilah "spiritual
emergency" karena orang akan lebih bisa mengerti.
T
= Apa itu sebenarnya light and sound meditation?
J
= I am not sure about that. Meditation is meditation dan banyak tekniknya. Ada
yg pakai visualisasi sampai memperoleh penglihatan cahaya dan maybe ini yg
namanya light meditation walaupun saya juga tidak tahu persis. Sound meditation
mungkin meditasi dengan memperhatikan suara. Meditasi bertujuan untuk mencapai
samadhi dimana gelombang otak kita turun ke level Alpha ke bawah dan kita aware
of being aware, sadar bahwa kita sadar. Just that.
Tekniknya
ada macam-macam, dan semuanya oke saja. Yg bisa tidak oke adalah belief systems
yg sebenarnya berisikan pengajaran tentang simbol. Simbol harus diartikan dan
tidak bias dimengerti secara harafiah. Orang-orang yg mengartikan simbol secara
harafiah maybe termasuk orang yg sedang berjalan "ke bawah" juga.
Memang ada juga orang yg menunggu untuk bertemu dengan archangel ketika
meditasi tanpa menyadari bahwa archangel itu cuma simbol dari kesadaran yg ada
di diri kita sendiri. Ketika orangnya menyadari bahwa menunggu archangel is a pitfall,
maka kita mengatakan bahwa orangnya sudah mengalami suatu
"pencerahan". Ada banyak pencerahan sepanjang hidup kita. Ada
pencerahan-pencerahan kecil, dan ada pencerahan besar.
Pencerahan kecil is better than nothing at all.
T =
Saya pernah belajar bareng temen saya satu teknik dimana abis kita ngelakuin
teknik tersebut kita bisa ngeliat this 'cahaya', yang keliatan dari mata
tertutup. Bentuknya bulet kaya donat tengahnya bolong gituh, kadang bentuknya
bulet kadang oval. Setelah selesai, saya bias denger suara dari telinga kanan,
sort of like a humming sound, dan ngga muncul dari suatu tempat yang fisikal.
Saya berani bilang itu karena selalu munculnya di telinga kanan and selalu di
telinga kanan walopun saya nengok ke arah manapun. Apakah hubungannya ini sama
light and sound meditation?
J
= Ada teknik tertentu dalam meditasi yg bisa menghasilkan impressi cahaya dan
suara di diri orang yg melakukannya. Mungkin itu yg dinamakan light and sound
meditation. Meditasi ada macam-macam jenisnya dan semuanya bertujuan supaya
kita bisa mencapai samadhi dimana kita tidak melihat apapun dan tidak mendengar
apapun. Memang bisa melihat sesuatu juga kalau kita membuka mata, dan of course
tetap bisa mendengar suara kalau ada yg berisik. Tapi intinya kita mengabaikan
segalanya dan diam saja mengamati segalanya datang dan pergi. Itu keadaan samadhi
dimana kita diam dan merasakan bahwa kita sadar bahwa kita sadar. Aware of
being aware.
T
= Apa hubungannya ini dengan kalimat "mati sebelum mati"?
J
= Mati sebelum mati. Aware of being aware. Sadar bahwa kita sadar... These are
mostly the same kind of understanding. Konsep yg kurang lebih sama yg artinya
bahwa kita ini tetap.
Kesadaran
kita tetap ada. Mati sebelum mati secara fisik adalah keadaan sekarang. Here
and Now. Disini dan Saat Ini. Ketika kita sadar bahwa kita cuma bisa ada disini
dan saat ini, maka kita telah mati sebelum mati secara fisik. Itulah samadhi,
dan itu bisa dicapai bahkan tanpa harus duduk dalam postur meditasi. So,
samadhi tidak harus berkaitan dengan impressi-impressi tentang light and sound
yg juga termasuk hal-hal yg datang dan pergi saja begitu saja. Biarkan saja
datang dan pergi. They mean nothing.
T
= Apa itu cahaya yang saya liat, my individualized consciousness/ soul ?
J
= Cahaya yg anda lihat merupakan impressi di dalam kesadaran anda. Bisa
diartikan
sebagai
simbol dari kesadaran anda sendiri.
T
= Suara apa itu yang saya denger? What should I do with it?
J
= Suara yg anda dengar merupakan impressi di dalam kesadaran anda. Bisa
diartikansebagai simbol dari sesuatu yg hidup which is your own consciousness. “What
should you do with that ?” Jawab: Dibiarkan saja, nanti juga hilang sendiri,
emangnya musti diapain ?
Sumber:
salah satu e-book karya Leonardo R.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar