J = Mengapa dan apa tujuan manusia dihadirkan di bumi ini, that's your question.
Jawabannya
itu relatif, anda mau memandang dari sudut apa ? Ada berbagai macam
sudut pandang: 1) filsafat, 2) agama, 3) pendapat pribadi.
Filsafat
memiliki ratusan aliran. Agama-agama tidak terhitung. Dan pendapat
pribadi banyaknya sebanyak jumlah umat manusia. Mengapa kita manusia ada
disini, dan apa tujuan kita disini merupakan pertanyaan abadi. Semua
manusia berusaha menjawabnya, dan setiap jawaban yang diberikan itu
valid.
Agama-agama berusaha memberikan jawaban wholesale,
artinya jawaban yang diberikan sebagai take it or leave it. Seperti
belanja memilih Pahe (Paket Hemat). Agama termasuk "pahe" karena cukup
dengan mengucapkan syahadat maka anda akan menerima sekeranjang belief
system tentang asal usul manusia plus tujuan hidup manusia di dunia ini.
Tetapi
apakah benar jawaban yang diberikan oleh agama? Jawab: Tentu saja tidak
benar. Agama semuanya merupakan imajinasi saja. Di-imajinasi- kan ada
manusia pertama yang namanya "Adam", dst.
Filsafat juga
berbagai macam alirannya. Ada filsafat yang bersifat deterministik, jadi
suatu hal akan berlanjut kepada hal lainnya, mutlak. Ada juga filsafat
yang sifatnya dogmatik, harus diterima prinsip-prinsip tertentu baru
bisa dijalankan. Kalau kita tidak menerima prinsip-prinsip itu, maka
filsafatnya tidak berjalan. Sama saja seperti agama sebenarnya, ada
asumsi yang tidak boleh dipertanyakan.
Lalu tiap manusia juga
bisa berpikir sendiri, untuk apa saya ada di dunia ini, dan apa tujuan
saya di dunia ini. Nah, kita sebagai manusia yang diasumsikan memiliki
Roh (ini asumsi saya), tentu saja bisa berpikir. Anda itu bebas untuk
berpikir apa saja, dan mengambil kesimpulan apa saja.
Mengapa anda
ada di dunia ini ? ... Jawab: Karena memang ada. Ada karena memang ada.
Untuk apa anda di dunia ini ? ... Jawab: Untuk hidup. Hidup untuk apa ?
... Ya, untuk hidup saja, menjadi manusia saja, menjadi manusia
biasa-biasa saja. That's all. Cuma segitu saja.
Tetapi ada
juga manusia yang sok canggih dengan teorinya bahwa ada "Allah" yang
memberikan ridho sekaligus laknat. Anda mau ridho ? ... Masuklah agama.
Anda mau laknat ? ... Masuklah agama tetangga. Itu cara berpikir
orang-orang agama yang merasa dirinya canggih, pedahal segalanya itu
cuma rekayasa saja, demi menyetir pikiran anda. Kalau pikiran anda bisa
disetir oleh orang-orang agama, maka apapun yang dicekokkan akan anda
terima dengan takut. Fear Factor. Faktor Ketakutan merupakan perangkat
yang sangat ampuh, dan itu digunakan oleh orang-orang yang menjajakan
agamanya.
Lalu sekarang anda harus bagaimana ? Menurut saya,
what you do with your life is your own business. Hidup saja, enjoy saja.
Kalau mau berpikir, ya berpikir sajalah. Nothing is sinful. Tidak ada
yang salah dengan berpikir apa saja. Anda tidak akan kemana-mana. Baik
anda puasa maupun tidak bukan merupakan masalah. Masalah itu adanya di
orang-orang yang memegang agama sebagai perangkat untuk memanipulasi
jalan pikiran anda.
Tetapi kalau anda bilang semuanya itu
omong kosong alias bullshit, maka anda juga tidak akan apa-apa. You will
lack nothing. Anda tidak akan bertambah suci murni karena anda berpuasa
dan berdoa. Dan juga tidak akan bertambah dosa hanya karena anda tidak
berdoa dan berpuasa.
Segalanya itu cuma mind game. Cuma ada di
pikiran manusia saja. So, sekali lagi, anda mau yang mana is up to you.
Berpikir saja, tulis saja, share saja, anything is ok saja.
Anda
juga bertanya kepada saya tentang asal usul mengapa keberadaan itu ada.
Dengan kata lain, mengapa kita ada di bumi ini ? Mengapa kita sadar
bahwa kita sadar ?
Jawaban dari pertanyaan itu sebenarnya sudah
saya berikan di bagian atas, yaitu anda dapat mencari dari filsafat,
dari agama, atau dari pendapat anda sendiri. Semuanya itu valid sebagai
jawaban. Sistem filsafat itu digunakan oleh para filsuf dengan berbagai
alirannya yang tidak terhitung, semuanya bisa menjelaskan dengan
metodologinya sendiri-sendiri; ada asumsi-asumsi, dan ada penalaran,
dsb. On the other hand, sistem agama digunakan oleh orang-orang yang
menciptakan agama. So, ada agama-agama Timur Tengah yang bilang bahwa
manusia pertama namanya Adam. Tapi apakah benar itu manusia pertama ?
Dan apakah benar namanya Adam ?
Tentu saja tidak. Kita bisa menyimpulkan bahwa segala teori penciptaan dari agama-agama itumerupakan mitos.
Kita kenal yang namanya Mitologi Yunani dimana ada kisah penciptaan manusia versi Yunani.
Dan
kita menamakannya mitologi. Di dalam agama-agama Timur Tengah, kita
tidak menamakannya sebagai mitologi, melainkan kita terima sebagai
"fakta", pedahal sama saja, mitologi juga. Agama-agama Timur (Hindu,
Buddha, Tao, dsb... ) juga memiliki versi penciptaan manusia
sendiri-sendiri. Agama-agama yang berasal dari India memiliki mitologi
penciptaan yang mirip dengan Mitologi Yunani. Agama-agama Timur Tengah
semuanya berawal dari Mitologi Penciptaan versi Yahudi. Bahkan Mitologi
Yahudi itu berasal dari era yang lebih tua lagi, yaitu di Sumeria.
Tetapi
bukan berarti tidak ada yang namanya Tuhan. Tuhan itu ada, tetapi
adanya bukan di dalam segala kitab-kitab yang. Tuhan yang asli adanya di
dalam kesadaran tiap manusia. Anda bias diam saja, meditasi saja, dan
anda akan merasakan bahwa anda itu satu. Satu dengan apa ? Ada yang
menamakannya sebagai Kesadaran Kosmik, ada yang menamakannya sebagai
Kesadaran Kristus, ada yang menamakannya sebagai Manunggaling Kawula
Gusti, ada yang menamakannya sebagai makrifatullah. Yang benar yang mana
?
Nah, kalau sudah tanya yang benar yang mana, maka saya akan
jawab bahwa tidak ada yang namanya yang benar secara absolut. Kita cuma
bisa bilang bahwa segalanya itu valid.
Pengalaman subyektif anda
ketika merasakan diri anda itu satu dengan dzat yang anda sebut Tuhan
itu selalu valid. Yang valid itu pengalamannya, dan bukan segala kisah
antah berantah yang dipaksakan oleh agama-agama itu. Kita bisa
menciptakan kisah antah berantah juga. Kita bisa pakai Teori
Reinkarnasi, dlsb. Semuanya oke saja, as long as you can enjoy it, it's
ok. This is a private business, urusan anda sendiri dan bukan urusan
orang lain. Apapun yang anda percayai merupakan urusan anda sendiri.
So,
kita sebenarnya tidak bisa memaksakan apapun kepada orang-orang lain.
Apa yang orang lain mau percayai is urusan orang itu. Kita cuma bisa
tahu bahwa kesadaran yang ada di tiap orang itu sama persis dengan
Kesadaran yang ada di diri kita sendiri. Apapun yang orang lain mau
percayai tidak akan menyebabkan orangnya menjadi berbeda dari kita.
Orang lain mau percaya kepada Dewa Matahari ataupun mau percaya kepada
Allah Subhanahu wa taalla juga tidak apa, tidak akan membuat orangnya
menjadi manusia yang luar biasa sempurna ketika percaya kepada Allah
Subhanahu wa ta'alla dan menjadi manusia yang brengsek ketika percaya
kepada Dewa Matahari. No, it doesn't work like that. The important thing
is, baik anda percaya kepada Allah ataupun anda tidak percaya kepada
Allah, anda akan tetap menjadi manusia. Danmanusia yang biasa-biasa
saja.
We can only know that we are human beings, and that we
are aware of being aware. Eling karena eling. Just that. Di luar itu
semuanya adalah spekulasi belaka. Bisa juga dikatakan sebagai imajinasi.
Segala agama dan sistem kepercayaan itu menggunakan spekulasi atau
imajinasi yang sebenarnya valid, sah saja. Yang tidak sah itu yang
menggunakan segala macam pemaksaan dan ancaman seperti sering kita
jumpai di dalam agama-agama itu, walaupun dengan menggunakan nama Tuhan /
Allah. Makanya saya juga sering bilang / tulis bahwa apapun yang mau
kita bilang tentang Tuhan / Allah tidak akan apa-apa. Tuhan / Allah itu
cuma konsep saja. Konsep itu asalnya dari spekulasi / imajinasi. Apa
yang mau kita konsepkan tentang Tuhan / Allah, ya jadilah itu. Tuhan /
Allah sendiri memang ada, dan adanya di dalam Kesadaran tiap manusia,
tetapi kalau sudah di-konsep-kan, artinya telah masuk ke dalam suatu
sistem dimana ada berbagai macam perangkat yang bisa kita lihat setiap
hari.
Perangkat bisa berupa: ulama, usaha pembuktian
"Kitab Suci", ganjaran dari atasan anda berupa naik pangkat kalau anda
takwa kepada "Allah", hukuman berupa pengucilan dari kelompok kalau anda
mempertanyakan "Allah", dan segala macam yang konon berhubungan dengan
"Allah".
Pedahal Allah disitu cuma Allah yang di-konsep-kan saja.
Allah yang asli tetap ada di dalam Kesadaran di diri anda, dan tidak
akan membedakan. Allah yang asli tidak akan membedakan anda kalau anda
beragama Yahudi, Kristen, Islam, Hindu, Buddha, Konghucu, Tao, Kejawen,
Shinto, Atheist, Agnostic, atau no label. Tidak akan ada bedanya. Yang
membedakan itu adalah perlakuan manusia yang mengatas-namakan "Allah".
sumber: e-book 'Mencari Tuhan, Soliloquy dan Dialog Spiritual'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar