Ada pertanyaan: "Yang ngangkat Yesus jadi Tuhan siapa yah?"
Joko Tingtong jawab: Sama seperti yg mengangkat Allah menjadi Tuhan.
Kalau
anda bilang Allah adalah Tuhan anda, berarti andalah yg mengangkat
Allah menjadi Tuhan. Tidak semua orang mengangkat Allah menjadi Tuhan.
Hanya yg mau saja. Anda mau mengangkat Allah menjadi Tuhan merupakan
pilihan. Mayoritas manusia di dunia ini tidak mengenal Allah
sebagai Tuhan. Allah cuma dikenal di negara-negara yg mendapat pengaruh
bahasa Arab.
Gunakan logika anda. Anda diajarkan bahwa Allah itu Tuhan.
Lalu anda mengakuinya, artinya anda mengangkat Allah menjadi Tuhan.
Bukan berarti Allah adalah Tuhan sejak asal mula, walaupun seperti itu
kisahnya. Ada kisah yg menceritakan Allah sudah ada sejak awal. Tetapi
itu cuma kisah. Perlu pengakuan. Perlu pengangkatan. Kalau anda
mengakui, artinya anda mengangkat Allah menjadi Tuhan. Apakah benar ada
Allah sebagai Tuhan tentu saja soal lain. Faktanya cuma satu, anda
mengangkat Allah menjadi Tuhan. Yg bisa dihitung adalah fakta pengakuan
itu. Sedangkan Allah sebagai Tuhan tidak bisa dihitung. Tidak bisa
dibuktikan. Tidak bisa diukur. Itu cuma konsep abstrak yg adanya di
dalam pikiran manusia.
Kita sudah sampai pada
pengertian bahwa semua agama dan kepercayaan adalah hasil budaya
manusia. Dibuat di tempat dan masa tertentu. Dibuat oleh manusia. Bisa
pakai simbol Allah, Tuhan, Dewa Dewi. Bisa pakai simbol Leluhur. Segala
macam simbol valid dipakai. Dan memang perlu pengakuan. Makanya
dibuatlah syahadat. Syahadat artinya pengakuan iman. Dibuat oleh manusia
juga, dan tidak muncul begitu saja. Seperti ayat-ayat, syahadat juga
dibuat oleh manusia. Makanya kalau ada yg tanya siapa yg mengangkat
Yesus menjadi Tuhan, maka dengan mudahnya Joko akan jawab. Joko jawab,
yg mengangkat Yesus menjadi Tuhan adalah manusia. Sama seperti yg
mengangkat Allah menjadi Tuhan. Manusia juga. Kita bisa diskusikan yg
seperti ini, yaitu asal-usul pembuatan agama dan kepercayaan. Sejarah
perkembangannya.
Buktinya berupa fakta-fakta historis bisa dicari.
Ada
lagi fakta subyektif yg disebut iman. Itu juga bisa dibicarakan, tetapi
hendaknya dimengerti bahwa realitanya cuma ada di dalam pikiran si
manusia sendiri. Bukan realita fisik. Kalau kita mau memaksakan Allah
kita sebagai pencipta dunia, kita akan menjadi seperti garong. Kita
bilang bahwa dunia ini milik Allah kita, dan kitalah yg harusnya menjadi
penguasanya. Orang-orang yg tidak percaya Allah harus kita buat
mengerti bahwa mereka orang kafir. Itu kelakuan sebagian orang sampai
detik ini. Namanya orang yg tidak punya kesadaran. Tidak sadar bahwa
Allah itu buatan, hasil olah pikir manusia masa lalu, yg diteruskan
sampai saat ini, karena dianggap membawa manfaat. Yg tidak mau diakui
orang-orang itu adalah kenyataan yg sama jelasnya, yaitu korban agama
dan kepercayaan juga sudah tidak terhitung. Dari jaman dahulu sampai
sekarang. Banyak orang sudah tobat menjadi korban agama yg diwariskan
turun-temurun, apalagi yg mengharamkan penggunaan akal pikiran.
Pedahal
agama itu sendiri dibuat menggunakan akal pikiran.
Ada
kontradiksi disini, yaitu antara mereka yg ingin menguasai orang lain
demi keuntungan pribadinya, dan mereka yg sudah sadar tidak mau lagi
menjadi budak. Kalau sudah tidak mau lagi menjadi budak, mau tidak mau
manusia harus berpikir. Tanpa kemampuan berpikir, perbudakan manusia
akan langgeng. Sudah seperti itu selama ribuan tahun. Sejak umat manusia
ada di muka bumi. Dan baru mulai terlepas satu persatu sejak abad
pencerahan di benua Eropa. Namanya renaissance, kebangkitan ruh
manusia sehingga mulai berani berpikir bagi dirinya sendiri. Tadinya
tidak mau berpikir dengan alasan semuanya sudah diberikan oleh Tuhan di
dalam kitab suci. Sejak manusia mulai berpikir, agama mulai mundur.
Terdesak oleh bukti-bukti bahwa ternyata ayat-ayat itu buatan manusia
masa lalu. Bisa salah juga. Dulu orang kaget ketika pertama-kali
menemukan kesalahan kitab suci. Sekarang orang tidak kaget lagi. Karena
memang dibuat oleh manusia, makanya wajar saja kalau ada kesalahan.
Banyak malahan. Dan kita tidak perlu heboh lagi ketika menemukan ada
kesalahan di dalam kitab suci. Karena dibuat oleh manusia, wajar saja
kalau mengandung kesalahan.
Semua Tuhan itu diangkat. Tidak ada
yg mengangkat dirinya sendiri kecuali di dalam ayat-ayat. Itu pernyataan
biasa saja. Mereka yg sudah menemukan kesadaran tahu bahwa memang
seperti itulah faktanya. Mereka yg belum mencapai kesadaran tauhid tidak
tahu. Mereka pikir, memang ada Tuhan di atas langit sana yg menghitung
amal ibadah manusia. Mereka tidak tahu, bahwa amal ibadah merupakan
konsep buatan manusia. Seolah-olah Allah menghitung amal ibadah, pedahal
yg menghitung mungkin cuma si manusia itu sendiri saja. Manusianya
menghitung dia punya amal ibadah sendiri, dengan niat masuk Surga.
Kalau
anda bilang Allah begini atau Allah begitu, artinya anda masuk dalam
kategori pembuat agama. Seperti itulah agama dibuat, ada orang yg bilang
bahwa Allah begini atau Allah begitu. Bukan tiba-tiba Allah muncul ke
hadapan manusia dan bilang sendiri. Tidak begitu faktanya. Faktanya,
selalu ada manusia yg mengisahkan tentang Allah. Ketika anda mengisahkan
tentang Allah, namanya anda sedang membuat agama. Lalu anda meminta
agar orang lain juga ikut percaya kepada Allah. Anda masuk kategori
pembuat agama juga.
Bukan berarti agama tidak membawa manfaat,
manfaatnya ada juga, tetapi tidak seragam. Bahkan di satu masyarakat yg
homogen menganut satu sistem kepercayaan. Masyarakat manusia berkembang
terus. Apa yg dianggap benar di masa 100 tahun lalu sekarang dianggap
kedaluwarsa. Kalau orang ikut itu kepercayaan, sekarang bisa mati
berdiri. Daripada mati berdiri, lebih baik orang mati tidur. Kebanyakan
orang memilih untuk mati tidur, dan bukan berdiri. Makanya mereka mulai
berpikir. Sedikit demi sedikit mengumpulkan bukti-bukti bahwa agamanya
memang dibuat oleh manusia masa lalu. Tadinya ragu, lama-lama mulai
yakin. Ketika sepenuhnya telah yakin bahwa keyakinannya dibuat oleh
manusia lain, maka lengkaplah pembebasannya. Itulah yg namanya
kemerdekaan spiritual.
(Leonardo R.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar