T
= sebenarnya bisa atau tidak sih kita mengetahui apakah benar jiwa dalam diri
kita ini pernah hídup di masa yang lalu dan inkarnasi dalam diri kita? Apakah
ingatan atau kesadaran orang itu bisa kita rasakan?
J
= Sebagian orang bisa merasakan impressi tentang kehidupan masa lalu (past
lives) dalam kesadarannya. Munculnya bisa begitu saja, bisa juga dalam mimpi.
Tetapi, apakah yg kita rasakan itu merupakan kehidupan kita di masa lalu adalah
hal lain lagi. Kemungkinan besar malahan, yg kita rasakan adalah versi kita
sendiri tentang orang itu. Misalnya, anda merasakan impressi tentang kehidupan
Sultan Agung dari Kerajaan Mataram. Apakah itu berarti anda reinkarnasi dari
Sultan Agung?
Kita
ketahui, Sultan Agung ini begitu gelisahnya untuk menyatukan Pulau Jawa
sehingga rela mencari sekutu, walaupun tempatnya jauh, yaitu dari negara Turki
yg lalu mengakuinya sebagai seorang sultan. Gelar sultan itu pengakuan dari
khalifah Turki yg dianggap sebagai pemimpin dunia Islam saat itu. Ternyata
mimpi tetaplah tinggal mimpi. Turki akhirnya menjadi Negara sekuler di mana ada
pemisahan tegas antara negara dan agama. Negara Turki modern tidak beragama,
tidak perduli agama orang, dan sama sekali tidak mempersoalkan kejayaan masa lalu
ketika Turki menjadi panutan dunia Islam. Islam is of the past, bagian masa
lalu, kata Turki.
Turki
bahkan sekarang ngotot ingin menjadi anggota Uni Eropa yg tidak pakai agama.
Sultan
Agung sebagai seorang raja Jawa yg konon Islam juga tidak kalah hebohnya. Saya
pernah naik ke puncak Astana Imogiri, kompleks pemakaman raja-raja Jawa. Di
puncaknya itu Cuma ada satu makam, makam Sultan Agung. Dan di sana bisa kita
lihat tidak berhenti-hentinya kemenyan dibakar, dan orang mengantri masuk untuk
meditasi atau berdoa di depan cungkup makam sang sultan yg jelas tidak perduli
dengan agama orang. Kalaupun beragama, agamanya itu agama universal.
Agama
Jawa itu agama universal, tidak perduli dengan segala macam kitab suci.
Kalaupun ada rujukan kepada kitab suci seperti ucapan kalimosodo dsb, maka yg
diuraikan adalah arti filsafatnya, arti essensinya, dan bukan arti harafiah.
Budaya Jawa itu sinkretik dalam arti mengakomodir segala macam yg masuk.
Kalaupun ada yg asli, yg asli adalah kemampuan untuk melakukan sinthesis dari
berbagai macam pemikiran.
Ada
kepercayaan terhadap leluhur dan alam semesta sebagai budaya Jawa yg
benar-benar asli.
Setelah
itu muncul Hindu dengan kepercayaan kepada berbagai dewa dewi, yg tidak lain
dan tidak bukan merupakan konsep saja. Dewa Bayu itu konsep elemen udara. Dewa
Surya itu konsep tentang matahari. Dewi Ratih itu konsep tentang bulan, dsb.
Lalu
muncul ajaran Buddha yg mengajarkan bahwa semua manusia itu potensial
menjadiBuddha juga kalau mau menerapkan ajaran budi pekerti dalam kehidupan
sehari-hari. Dan mulailah era budi pekerti dalam masyarakat Jawa. Bukan lagi
hanya terhadap keluarga dan sahabat dekat saja, tetapi welas asih itu juga
sekarang diterapkan untuk tetangga dan warga kampung sebelah.
Lalu
masuk Islam dengan konsepnya tentang ukhuwwah, persaudaraan. Sultan Agung
berpikir bahwa ber-ukhuwwah dengan Turki dan jajahannya akan bisa membantunya
menjadi panembahan bagi seluruh Pulau Jawa, ternyata tidak. Tetapi sudah
tanggung, Islam sudah masuk, dan konsep ukhuwwah itu akhirnya diterima juga
dengan catatan. Ada yg saudara, dan ada yg musuh.
Ukhuwwah
sesama muslim melebarkan sayap kesadaran Jawa sehingga tidak hanya sebatas
dengan mereka yg ber-bahasa Jawa saja, melainkan juga dengan mereka yg beragama
Islam, apapun bahasanya.
Lalu
masuk Nasrani dengan konsepnya tentang persaudaraan seluruh umat manusia. Allah
itu bapak, dan seluruh manusia itu anak-anaknya. Dan yg paling penting dari
Nasrani adalah konsepnya tentang Hak Asasi Manusia.
Kebudayaan
Jawa mengamati dengan jelas segalanya itu, dari era animisme dinamisme, era
Hindu, era Buddha, era Islam, era Nasrani, dan bahkan sampai era Spiritual.
Spiritualitas
modern sudah masuk ke Pulau Jawa bahkan ketika Belanda masih bercokol di
Indonesia. Madame Blavatsky, aliran Theosophi, dan berbagai varian-nya sudah
memiliki ribuan pengikut di Jawa ketika Belanda ditendang dan Jepang masuk.
Aliran Theosophi adalah salah satu pendorong dari gerakan Hak Asasi Manusia,
walaupun tidak langsung, yg akhirnya membuahkan Piagam HAM Universal oleh
Perserikatan Bangsa Bangsa di tahun 1948.
Dan
kebudayaan Jawa tetap eksis, men-sinthesis-kan segalanya, bahkan sampai saat
ini dan entah sampai kapan lagi. So, segalanya itu sambung menyambung dan kita
tidak bisa stop dan berkutat di satu tahapan saja.
Tetapi
ada pengalaman-pengalaman manusiawi, emosi-emosi, pemikiran-pemikiran,
hubungan-hubungan antar manusia juga. Dan ini semua merupakan bagian dari
"pengalaman" Tuhan dan disimpan di dalam memory kita manusia. Ada memory
kita pribadi, dan ada memory orang-orang lainnya yg bisa juga kita
"sadap" kalau kita mau.
Memory
manusia sifatnya astral, bisa di-akses juga kalau kita mau kontemplasi. Anda
bias kontemplasi tentang Sidharta Gautama, dan anda bisa akses pikiran yg ada
di dalam kesadarannya. Anda bisa kontemplasi tentang Yesus, tentang Sultan
Agung, bahkan tentang Daendels yg menyatukan Pulau Jawa secara fisik dengan
jaringan transportasinya dari Anyer sampai Panarukan. Coba saja kalau mau.
Tapi
itu tidak berarti bahwa anda pernah hidup sebagai orang itu, walaupun anda juga
tidak dilarang untuk mengaku sebagai reinkarnasi dari Sultan Agung, Daendels,
Snouck Hurgronye, Ibu Kartini, Cleopatra, anybody.
Reinkarnasi
itu belief system, sistem kepercayaan, dan selama tidak membahayakan manusia lainnya
tentu saja bisa di-kultivasi juga.
T
= Apakah kalau dalam mimpi saya melihat simbol-simbol atau bentuk-bentuk ukiran
seperti
cakra bercahaya di angkasa raya di antara bintang-bintang itu ada makna
tertentu atau hanya khayalan yg tiada artinya?
J
= Ada maknanya juga, makna simbolik. Cakra artinya sumber energi. So, anda
melihat sumber-sumber energi di angkasa raya di antara bintang-bintang.
Artinya, anda melihat pokok-pokok pikiran anda sendiri yg potensial untuk
dikembangkan lebih lanjut sehingga akhirnya bias memberikan faedah bagi sesama.
Angkasa raya itu simbol dari alam pikiran anda. Cakra yg bercahaya di angkasa
adalah topik tertentu di dalam pikiran anda yg siap untuk diuraikan lebih lanjut
untuk memberikan penyembuhan bagi orang lain. Penyembuhan itu macam-macam: bias
mental, emosional, dan spiritual.
T
= Saya akhir-akhir ini merasa dalam tidur malam saya seperti tetap merasa sadar
dan berjaga dan sering melihat perlambang-perlambang aneh dalam antara tidur
dan sadar.
J
= Sebenarnya kesadaran kita tidak pernah tidur, yg tidur itu tubuh fisik kita
saja.
Terkadang
kita sadar bahwa kita sedang tidur, dan kita melihat berbagai macam perlambang
di dalam tidur. Lalu apa yg harus kita lakukan? Ya biasa-biasa sajalah. Yg kita
lihat adalah lambang, bisa diartikan kalau mau. Dan bisa juga diabaikan saja
kalau ternyata tidak penting.
T
= Apa bedanya meditasi Shambala dengan meditasi Reiki Tummo?
J
= Saya tidak tahu, saya tidak pernah ikut pelatihan meditasi dari aliran
apapun.
T
= Saya pernah diajarkan metode meditasi nafas halus Kejawen, konsentrasi di
cakra
pusar
karena itu nanti adalah jalan keluar masuk nyawa kita.
J
= Cakra pusar sebagai jalan keluar masuk nyawa adalah belief system di aliran
tertentu.
Menurut
saya, yg disebut jalan keluar masuk itu macam-macam. Yg jalan keluar masuknya
di cakra pusar adalah manusia naluriah, ini yg paling rendah tingkatannya
secara spiritual.
Di
atas itu ada yg jalan keluar masuknya di cakra jantung which is lebih tinggi
daripada cakra pusar. Ada juga yg jalan keluar masuknya di cakra tenggorokan
which is manusia yg umumnya berada di level intelektual belaka. Jalan keluar
masuk tertinggi itu adanya di cakra mata ketiga karena kita sadar bahwa kita
sadar. Kita sadar bahwa kita selalu satu dengan yg satu itu.
Nyawa
kita adanya bukan di fisik saja seperti pengertian mereka yg bertahan di cakra
pusar. Kita bukan perasaan-perasaan saja seperti mereka yg pengertiannya berada
di level cakra jantung.
Kita
juga bukan pemikiran-pemikiran belaka seperti mereka yg level-nya ada di carkra
tenggorokan. Tetapi kita adalah roh yg selalu satu dengan roh yg kita sebut
Tuhan. Tempatnya ada di cakra mata ketiga.
T
= Saya jadi agak bingung sekarang, karena Mas Leo mengajarkan konsentrasi di
mata ketiga saja. Apakah beda metode karena tujuan akhirnya yg beda? Misal yg
satu untuk perlindungan dan kemakmuran, metode lain untuk spiritualisme? Kalau
ganti-gantian apa efeknya?
J
= Berganti-ganti konsentrasi antara cakra-cakra merupakan metode yg baik juga.
Meditasi
kundalini itu fokus-nya berpindah-pindah dari cakra dasar, cakra sex, cakra
pusar, cakra jantung, cakra tenggorokan, cakra mata ketiga, dan cakra mahkota.
Dari cakra paling bawah sampai paling atas. Kalau anda mau lakukan itu tidak
ada yg larang, hasilnya juga bagus.
Cuma,
menurut pengalaman saya, banyak dari kita sudah bisa langsung naik ke cakra
mata ketiga. Banyak dari kita sudah terbuka mata batinnya, sudah tidak lagi
berada di level naluriah.
Kita
sudah siap untuk menjadi orang universal, dan kita bisa langsung saja meditasi
atau doa dengan konsentrasi di cakra mata ketiga.
sumber: salah satu e-book karya Leonardo R.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar