Saya sudah tulis sejak bertahun-tahun lalu bahwa pemimpin agama
bertujuan membungkam mulut anda dan, pada saat yg bersamaan, merogoh
kantong anda. Sebagian dari anda langsung sadar, sebagian mencak-mencak
tidak mau terima. Setelah melihat sendiri buktinya di TV, apakah masih
juga belum mau percaya? Atau, mungkin anda masih mau bilang ada oknum.
Memang oknum. Semuanya oknum. Agama isinya oknum. Kalau tidak ada oknum,
namanya bukan agama.
Sedari dulu agama memang
rentan dipenuhi kriminal karena mensyariatkan keyakinan. Anda diminta
yakin. Harus beriman. Setelah anda punya iman dan benar-benar yakin,
barulah pemimpin agama anda berubah menjadi oknum. Yg penting anda yakin
dulu. Tanpa ada iman dari anda, tidak akan ada oknum di agama.
Solusinya cuma satu, gunakanlah otak anda untuk berpikir. Iman itu
rasional.
Joko Tingtong tidak pernah mengajarkan iman yg tidak rasional.
Iman membabi-buta haram.
Kalau
anda menyebut oknum, artinya anda tetap menjadi bagian dari masalah.
Sebut saja oknum, dan anda akan jalan di tempat. Buktikan kata-kata
saya!
Joko belajar sejarah, langsung dari sumber-sumber
berbahasa Inggris. Kajian-kajian berkelas dunia yg kalaupun
diterjemahkan ke bahasa Indonesia akan tidak bisa ditangkap maknanya.
Orang Indonesia akan bingung melihat orang-orang Barat menyebut Adam,
Ibrahim, Daud, Yesus dan berbagai nama Yahudi lainnya tanpa awalan
kanjeng. Tidak dikenal itu yg namanya Kanjeng Nabi Isa. Nabi Isa adalah
Yesus untuk orang Barat, baik beragama ataupun tidak. Bahkan
pemimpin-pemimpin agama Kristen menyebutnya cukup dengan Yesus saja.
Tidak
perlu membentur-benturkan kepala minta ampun seperti, mungkin,
dilakukan oleh Kristen aliran kuno yg merasa harus menyiksa diri demi
memperoleh pengampunan dari Allah. Allah yg tunggal di kekristenan
tetapi memiliki tiga pribadi. Bapa, Putra dan Roh Kudus. Manusia
menyembah Allah dalam dzat sebagai Bapa, lewat Allah Putra yaitu Yesus
sendiri, menggunakan kekuatan Allah Roh Kudus yg hidup di dalam manusia.
Ini filsafat tingkat tinggi. Dihasilkan oleh mereka yg paham logika
Yunani. Kalau anda paham dogma Trinitas ini, anda bahkan tidak perlu
beragama. Anda akan tahu bahwa semuanya merujuk kepada diri anda
sendiri. Diri anda sebagai Allah Putra, yg fokus di kesadaran anda,
bagian kepala anda, yg secara filsafati disebut Allah Bapa, lewat energi
tubuh anda sendiri yg disebut Allah Roh Kudus.
Dan
bukan tentang Allah yg tinggal di Surga dan mengamati semua manusia
sejak Adam berhubungan kelamin dengan Hawa, yaitu masa lalu ketika bumi
baru diciptakan, sampai saat ini ketika Adam berhubungan kelamin dengan
Ahmad, yaitu ketika perkawinan sesama jenis telah dilegalkan di banyak
tempat di bumi yg sama.
Tidak begitu, saudaraku.
Allah
cuma simbol dari kesadaran anda. Lebih tepat lagi, Allah dibagi tiga
kalau menurut filsafat Kristen. Bisa dimengerti tapi tidak boleh
diucapkan. Kalau anda ucapkan pengertiannya, maka mereka yg
mempertahankan dogma akan bilang tidak.
Oh, tidaaakkkk!!!!
Mereka selalu bilang tidak ini, tidak itu. Bukan ini, bukan itu. Bukan apapun. Demi mempertahankan kesenyapan. Silence.
Tidak boleh ada pengertian yg menular secara verbal. Hanya boleh secara
batin. Diam-diaman. Kalau sudah mengerti ya sudah. Diam saja.
Kenapa?
Karena masih ada upaya penjual-belian agama. Transaksi demi transaksi.
Uang mengalir dan mengalir, walaupun mungkin saat ini sudah lebih
tercerahkan dengan alasan untuk membantu kaum miskin. Oh, Kristen yg
telah berubah total sehingga sekarang banyak tenaganya dicurahkan untuk
melawan kemiskinan. Mereka yg miskin secara materi. Mau bantu orang agar
bermartabat, bisa cukup makan dan cukup pakai. Agar berpendidikan,
sehingga bisa berbicara dan menulis dengan sopan.
Dan bukan berteriak-teriak demi Tuhan.
Demi Tuhaaaaannn!!!
Penyebar
agama Kristen di Nusantara, baik dari versi Protestan maupun Katolik,
sejak semula sudah mencanangkan orientasi lokal. Mendidik ulama-ulama
pribumi yg bisa mengembangkan spiritualitas sesuai kedaerahan
masing-masing. Bisa anda baca dalam literatur sejak jaman Belanda. Dalam
hal ini mereka seperti Hindu dan Buddha. Makanya Kristen, Hindu dan
Buddha tidak dianggap agama asing.
Joko sendiri
baru baca beberapa minggu terakhir ini. Itu benar, para penginjil dari
Belanda dan negara-negara Barat dengan sepenuh hati mendidik pribumi
untuk mengembangkan spiritualitas lokal. Pribumi didukung penuh untuk
membentuk Gereja Jawa, Gereja Minahasa, Gereja Batak, Gereja Maluku,
Gereja Timor, Gereja Papua, Gereja Kalimantan, Gereja Toraja, dll. Very amazing!
Dan
kemerdekaan politik tidak ada hubungannya dengan agama. Buat orang
Barat dan orang-orang di masyarakat berkembang yg beragama Kristen,
kemerdekaan politik cepat atau lambat akan dicapai. Lembaga agama
netral. Tidak berpolitik. Karenanya saya merasa harus netral juga dalam
politik, kata Joko Tingtong. Spiritualitas manusia sifatnya universal.
Orang mau punya aspirasi politik di GAM, RMS ataupun OPM merupakan
urusan orangnya sendiri. Saya tidak pegang politik, lanjutnya, saya
membantu kultivasi spiritualitas manusia dan penyembuhan tanpa
membedakan orang!
Saya bukan orang Indonesia pada
umumnya yg selalu membedakan orang. Lebih khusus lagi, membedakan orang
dengan membawa-bawa Allah. Seolah-olah Allah sendiri yg bilang. Ada
manusia yg dimuliakan Allah. Dan ada manusia yg dilaknat Allah. Tentu
saja itu bohong! Yg bicara dimuliakan atau dilaknat adalah manusia.
Allahnya sendiri tidak pernah muncul.
Sampai disini
Joko diam. Mungkin dia sudah membocorkan suatu rahasia besar. Mungkin
hampir semua orang itu mengira benar-benar ada Allah yg memuliakan dan
melaknat manusia. Mungkin lewat bisikan. Para ulama itu mungkin dapat
bisikan khusus dari Allah yg, tentu saja, cuma isapan jempol. Ulama
tetap saja manusia biasa, sama seperti anda dan saya, kata Joko
Tingtong. Kalaupun mereka punya kelebihan, yaitu berani pakai nama Allah
seolah-olah mereka juru bicara Allah, itupun bukan sesuatu yg aneh.
Dari
dulu sampai sekarang seperti itu modus operandinya. Bekerja
mengatas-namakan Allah. Tanpa Allahnya sendiri pernah muncul dan bilang
ya atau tidak. Muncul saja tidak apalagi bilang yes or no.
Orang
bahkan tidak tahu bahwa penghargaan untuk SBY adalah untuk keberhasilan
menumpas terorisme, tapi dibungkus seolah-olah untuk kebebasan
beragama. Hak asasi manusia (HAM) kebebasan beragama diinjak-injak
dengan sempurna di masa pemerintahan SBY. Semua orang tahu, dan itu
tidak dihargai. Yg dihargai adalah kemampuan SBY menumpas terorisme.
Jadi, kiat SBY ternyata jitu, yaitu membiarkan pelecehan HAM kebebasan
beragama di Indonesia dan, pada saat yg sama, mengejar tanpa ampun para
teroris. Itu cukup dihargai oleh dunia Barat. Daripada runyam kebebasan
beragama dan diacak-acak teroris, lebih baik runyam kebebasan beragama
dan runyamnya terorisme juga. SBY menjadi bapak perunyam terorisme di
Indonesia, dan sekarang diberikan penghargaan untuk itu begitu lho!
Mungkin
jauh lebih banyak yg tidak tahu bahwa Saudi Arabia berlindung di
belakang pantat Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutu Baratnya yg
nominal Kristen. Sekarang resminya sekuler, tapi nominal Kristen. Punya
tradisi Kristen yg kuat. Dan bersimbiosis-mutualisma dengan gerakan
Zionis atawa para bankir Yahudi yg menjalar-jalar selalu kian kemari di
seantero pusat-pusat keuangan di seluruh dunia.
Dunia
Arab eksistensinya bergantung kepada belas kasihan dunia Barat. Dan
Indonesia mau menempatkan diri menjadi tempat pelemparan derma kekasih
Allah di Timur Tengah? Mungkin seperti itu teorinya, lewat eksport para
babu Indon yg pulang dengan bunting atawa setengah bunting.
Joko
pernah lihat di TV juga, anak-anak hasil perkosaan di Timur Tengah.
Babu Indon diperkosa majikan mereka di Timur Tengah. Hamil, melahirkan
di bandara Sukarno-Hatta, dan anak mereka dibuang ke tempat sampah. Ada
yg pungut untuk dijual. Harganya seribu dollar. Seribu dollar satu anak
blasteran Indo-Arabia. Ada pula yg dipungut oleh panti asuhan.
Kalau sudah besar mungkin bisa jadi bintang pilem.
[Leonardo Rimba Kedua (Notes)]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar