Berbeda dengan
teknik proyeksi dalam psikologi lain yang lebih berpusat pada rasionalitas,
pewacanaan Tarot lebih berpusat pada ketajaman intuisi. Jika pada Teknik-teknik
proyeksi yang rasional, orang lebih dituntut untuk menghafal, maka dalam
pewacanaan Tarot, untuk menajamkan intuisi, orang lebih dituntut melalui doa
dan/atau meditasi. Cara-cara doa dilakukan apabila pewacana atau peramal adalah
seorang agamais (religious), dan cara meditasi dilakukan apabila pewacana
adalah seorang kebatinan (spiritual). Cara doa dan meditasi bisa dilakukan bersamaan
apabila penanya adalah seorang “hybrid”: seorang spiritual yang masih belum
bisa menerapkan prinsip “non-attachment” terhadap tuntutan agama, dan itu sah
saja. Mengenai doa/meditasi dan intuisi akan kita pahami secara mendalam pada
penjelasan-penjelasan berikutnya.
Dalam psikologi
analitiknya, Carl Gustav Jung menjelaskan mengenai empat fungsi kepribadian
manusia, yaitu rasionalitas, emosionalitas, intuisi, dan pendriaan. Semua orang
memiliki keempat fungsi tersebut, namun dalam tampilan sadarnya, umumnya hanya
satu yang dominan ditambah satu lagi yang berfungsi sebagai pendukung. Meski
hanya dua fungsi yang berperan dalam kesadaran, bukan berarti fungsi yang lain
tak memiliki peran atau hilang begitu saja. Fungsi yang lain, masih tetap ada
dan memiliki peran. Ini perlu saya jelaskan dalam kaitan penjelasan saya
sebelumnya yang mengatakan bahwa perbedaan Tarot dan teknik proyeksi dalam
psikologi mainstream, terletak pada fungsi kepribadian yang dikedepankan.
Sekali lagi, fungsi ini dimiliki semua orang.
(psikologi tarot)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar