Allah cuma simbol dari kesadaran anda. Lebih tepat lagi, Allah
dibagi tiga kalau menurut filsafat Kristen. Bisa dimengerti tapi tidak
boleh diucapkan. Kalau anda ucapkan pengertiannya, maka mereka yg
mempertahankan dogma akan bilang tidak.
Oh, tidaaakkkk!!!!
Mereka selalu bilang tidak ini, tidak itu. Bukan ini, bukan itu. Bukan apapun. Demi mempertahankan kesenyapan. Silence.
Tidak boleh ada pengertian yg menular secara verbal. Hanya boleh secara
batin. Diam-diaman. Kalau sudah mengerti ya sudah. Diam saja.
Kenapa?
Karena masih ada upaya penjual-belian agama. Transaksi demi transaksi.
Uang mengalir dan mengalir, walaupun mungkin saat ini sudah lebih
tercerahkan dengan alasan untuk membantu kaum miskin. Oh, Kristen yg
telah berubah total sehingga sekarang banyak tenaganya dicurahkan untuk
melawan kemiskinan. Mereka yg miskin secara materi. Mau bantu orang agar
bermartabat, bisa cukup makan dan cukup pakai. Agar berpendidikan,
sehingga bisa berbicara dan menulis dengan sopan.
Dan bukan berteriak-teriak demi Tuhan.
Demi Tuhaaaaannn!!!
Penyebar
agama Kristen di Nusantara, baik dari versi Protestan maupun Katolik,
sejak semula sudah mencanangkan orientasi lokal. Mendidik ulama-ulama
pribumi yg bisa mengembangkan spiritualitas sesuai kedaerahan
masing-masing. Bisa anda baca dalam literatur sejak jaman Belanda. Dalam
hal ini mereka seperti Hindu dan Buddha. Makanya Kristen, Hindu dan
Buddha tidak dianggap agama asing.
Joko sendiri baru baca
beberapa minggu terakhir ini. Itu benar, para penginjil dari Belanda dan
negara-negara Barat dengan sepenuh hati mendidik pribumi untuk
mengembangkan spiritualitas lokal. Pribumi didukung penuh untuk
membentuk Gereja Jawa, Gereja Minahasa, Gereja Batak, Gereja Maluku,
Gereja Timor, Gereja Papua, Gereja Kalimantan, Gereja Toraja, dll. Very amazing!
Dan
kemerdekaan politik tidak ada hubungannya dengan agama. Buat orang
Barat dan orang-orang di masyarakat berkembang yg beragama Kristen,
kemerdekaan politik cepat atau lambat akan dicapai. Lembaga agama
netral. Tidak berpolitik. Karenanya saya merasa harus netral juga dalam
politik, kata Joko Tingtong. Spiritualitas manusia sifatnya universal.
Orang mau punya aspirasi politik di GAM, RMS ataupun OPM merupakan
urusan orangnya sendiri. Saya tidak pegang politik, lanjutnya, saya
membantu kultivasi spiritualitas manusia dan penyembuhan tanpa
membedakan orang!
Saya bukan orang Indonesia pada umumnya yg
selalu membedakan orang. Lebih khusus lagi, membedakan orang dengan
membawa-bawa Allah. Seolah-olah Allah sendiri yg bilang. Ada manusia yg
dimuliakan Allah. Dan ada manusia yg dilaknat Allah. Tentu saja itu
bohong! Yg bicara dimuliakan atau dilaknat adalah manusia. Allahnya
sendiri tidak pernah muncul.
Sampai disini Joko diam. Mungkin dia
sudah membocorkan suatu rahasia besar. Mungkin hampir semua orang itu
mengira benar-benar ada Allah yg memuliakan dan melaknat manusia.
Mungkin lewat bisikan. Para ulama itu mungkin dapat bisikan khusus dari
Allah yg, tentu saja, cuma isapan jempol. Ulama tetap saja manusia
biasa, sama seperti anda dan saya, kata Joko Tingtong. Kalaupun mereka
punya kelebihan, yaitu berani pakai nama Allah seolah-olah mereka juru
bicara Allah, itupun bukan sesuatu yg aneh.
(Joko T.)
Label
spiritual
(134)
pajak
(40)
crochet pattern
(17)
Joko T.
(15)
Leonardo R.
(15)
aksesoris
(15)
gemstone
(15)
cuplikan/ringkasan
(14)
tutorial aksesoris
(13)
web SI
(13)
fashion
(10)
rajut
(10)
soliloquy
(6)
pengembangan diri
(5)
info dan aturan perpajakan
(4)
nengah hardiani
(4)
foto diri
(3)
jahit-menjahit
(3)
politik
(3)
ekonomi
(2)
English
(1)
berkebun
(1)
bermain jiwa
(1)
bisnis
(1)
foto
(1)
kesehatan
(1)
puisi
(1)
resep masakan
(1)
tarot
(1)
yoga
(1)
zodiak
(1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar