28 Sep 2013

Joko Tingtong Tidak Anti Arabisme

SARA artinya diskriminasi atau membedakan perlakuan, bukan membahas perbedaan. Ini pengertian SARA yg nampaknya bahkan sebagian besar orang Indonesia belum tahu. Seperti biasa orang Indonesia selalu salah kaprah, mengira SARA adalah membahas perbedaan, sedangkan membedakan orang dianggap tidak SARA dan wajar saja. SARA singkatan dari Suku, Agama, Ras dan Antar-Golongan. Jadi, kita tidak haram membahas perbedaan suku, agama, ras dan golongan. Yg haram adalah membedakan perlakuan dengan alasan sukunya beda, agamanya beda, rasnya beda, golongannya beda. Klausula anti diskriminasi berdasarkan SARA juga ada di Amerika Serikat, malahan disana lebih lengkap lagi, yaitu dilarang mempraktekkan diskriminasi berdasarkan Ras, Etnik, Gender, Agama, Usia, Cacat Fisik dan Orientasi Seksual. Ini klausula legal yg wajib dicantumkan di semua lembaga negara. Artinya, lembaga milik pemerintah AS, dari jenjang federal sampai ke kampung-kampung bisa dituntut dan dihukum kalau terbukti mempraktekkan SARA.

Di Indonesia bukannya ada, melainkan belum ada. Yg ada cuma hiasan di bibir saja. Tidak membahas perbedaan, tapi membedakan perlakuan.

Ada satu lagi salah kaprah di Indonesia, yaitu tentang pengertian mayoritas dan minoritas. Kalau mayoritas maka berhak mempraktekkan diskriminasi terhadap minoritas, begitu jalan pikirannya. Orang Indonesia yg lugu mengira seperti itulah prinsip demokrasi. Tentu saja salah. Seratus persen salah kaprah. Yg namanya demokrasi punya dasar juga, yaitu yg namanya hak asasi manusia. Manusia punya hak asasi atau mendasar, yaitu untuk memperoleh perlakuan yg sama, walaupun berasal dari kelompok minoritas. Tidak ada itu yg namanya gajah menolak binatang lain di kebun binatang dengan alasan kawanan gajah adalah yg terbanyak. Mereka lupa bahwa itu kebun binatang, bukan kebun gajah.

Sebagian orang Indonesia tergila-gila dengan budaya Arab dan allergi dengan budaya Eropa. Allah mereka bilang Dzat, dan dipercaya itu konsep asli Arab. Mereka tidak tahu bahwa Allah sebagai Dzat menggunakan pemikiran Eropa, yg bisa ditelusuri berasal dari filsuf Yunani bernama Plato; konsep Tubuh, Jiwa dan Roh berasal dari Plato. Dzat itu roh, substansi, bisa berada dimana-mana karena tidak terikat dengan dimensi kebendaan dan waktu. Bukan Allah saja yg Dzat atau roh, melainkan kesadaran manusia juga. Kesadaran anda dan saya juga tidak terikat kepada dimensi materi. Dan tidak terikat kepada dimensi waktu juga. Tapi jangan puas dulu, karena 99 Asma Allah juga berasal dari pemikiran Barat, namanya Neo Platonisme, dikembangkan oleh Plotinus. Jadi, dari satu Dzat asal bisa muncul banyak pancaran yg disebut emanasi, dan diterjemahkan ke bahasa Arab sebagai asma. Asma artinya nama, persona, topeng. Dzat, substansi atau rohnya sama, tetapi bisa punya banyak topeng. Allah seperti itu, dan begitu juga anda dan saya.

Saya tidak anti Arabisme karena saya mengerti bahwa segala yg dikenal sebagai Arabisme adalah salah kaprah. Isinya pemikiran Yunani, logika Yunani, yg ujung-ujungnya dipaksakan dengan kekerasan. Segala macam pemaksaan cepat atau lambat akan habis dengan sendirinya setelah asma atau persona mereka terbuka selubungnya. Dzat atau essensi dari agama-agama Timur Tengah adalah pemikiran manusia. Dan tentu saja ini Hinduisme juga. Yunani itu satu keturunan dengan orang Arya di India yg mengembangkan Weda. Kita tahu ada banyak Weda, yaitu kitab-kitab yg disucikan oleh orang Hindu. Weda ditulis oleh wangsa Arya yg tinggal di India bagian Utara sampai ke Jerman di Eropa Barat. Yunani ada di tengahnya, dan mereka Arya juga.

Makanya pemikiran para filsuf Yunani mirip dengan pemikir Weda. Bahka nama Dewa Dewinya bisa disejajarkan. Siwa di pemikiran Weda adalah Zeus di pemikiran Yunani. Dewa Siwa di India adalah Dewa Zeus di Yunani, dan menjadi Dewa Yupiter di Romawi. Hinduisme dan pemikiran Yunani memiliki akar yg sama. Dan satu akar juga dengan pemikiran Semit yg melahirkan agama-agama Samawi, walaupun harus ditarik ke akar yg lebih tua lagi, yaitu peradaban Sumeria. Ini peradaban paling tua yg melahirkan peradaban Arya, Mesopotamia dan Mesir Kuno. Arya adalah India dan Yunani, dan juga Romawi sebagai turunannya. Mesopotamia adalah Ras Semit, orang-orang Yahudi dan Arab. Penduduk Mesopotamia menggabungkan budaya Mesir dan Yunani, menggunakan sisa-sisa peradaban Sumeria. Lahirlah agama Yahudi. Dari Yahudi digabungkan lagi dengan filsafat Yunani, maka lahirlah Kristiani. Dari Kristiani lahirlah Islam.

Semuanya tidak jauh dari situ saja, yaitu Sumeria sebagai pusat cakra bumi, dan pinggirannya di India, Yunani dan Mesir. Ini Irak bagian Selatan, memang berenergi tinggi. Kalau digunakan dengan niat baik, jadilah baik. Kalau punya napsu angkara murka, jadilah segalanya terputar balik. Ribuan tahun telah membuktikan thesis saya ini. Semoga semua mulai sadar.

Bahkan apa yg dikenal sebagai Syariat Islam umumnya merupakan copy paste atau turunan dari hukum-hukum Romawi atau kanun Kristiani. Islam meneruskan dunia Yunani di Timur Tengah, yg menggunakan hukum Romawi, yg telah diperhalus sehingga lebih manusiawi. Diperhalus oleh iman Kristiani. Itulah isi utama Syariat Islam yg asli. Pokoknya seperti itu. Dulu termasuk yg paling akbar dan muktahir di seluruh penjuru dunia. Tidak ada yg bisa mengalahkanya dari sudut pandang kemanusiaan. Sekarang sudah jauh ketinggalan jaman. Bahkan bisa dibilang tidak manusiawi.

Dari Hinduisme lahirlah Buddhisme, menyebar dari India sampai ke Jepang. Di Indonesia, Buddhisme disatukan dengan Hinduisme, namanya agama Siwa-Buddha, dan masih hidup sampai detik ini di Bali. Hindu Bali bukanlah Hindu asli, melainkan Hindu-Buddha, agama Siwa-Buddha yg dikawinkan dengan kepercayaan asli Nusantara, yaitu penghormatan kepada leluhur dan alam sekitar.

Jadi, jangan lagi ada yg bilang Barat dan Timur tidak bisa disatukan. Bahwa spiritualitas Barat adalah Monotheisme dan spiritualitas Timur adalah Politheisme. Tidak begitu kenyataannya. Spiritualitas Barat adalah Yahudi, Kristen dan Islam. Islam itu spiritualitas Barat juga karena isinya modernisasi kepercayaan terhadap Dewa Dewi Timur Tengah, yg telah dituntaskan oleh orang-orang Yahudi menjadi Yudaisme. Diperhalus oleh orang-orang Kristen sehingga menjadi universal dan lebih manusiawi. Keduanya menggunakan perangkat filsafat Yunani. Islam itu agama asli Barat, kalau kita menduga bahwa tidak ada hubungannya dengan agama-agama Timur seperti Hindu dan Buddha.

Tapi jangan senang dahulu karena kita bisa telusuri bahwa pemikiran Weda juga berakar di Sumeria, yg lokasinya di Irak Selatan sekarang. Ini wangsa Arya yg satu keturunan dengan para filsuf Yunani. Di India, pemikir Weda menghasilkan filsafat yg karena masyarakatnya masih terbelakang akhirnya dilembagakan menjadi agama Hindu dengan berbagai variasinya. Ada yg menyembah Brahma, ada yg menyembah Wisnu. Ada yg menyembah Siwa. Terakhir ada yg menyembah Surya. Semuanya dalam rangka pijakan menuju Monotheisme yg cuma bisa dilakukan oleh Siddharta Gautama. Sang Buddha ini sudah berhasil menggapai Monotheisme bahkan lebih dari itu, yaitu tidak lagi menggunakan konsep Ketuhanan. Sebagai perantara masih dipakai Tuhan yg secara abstrak disebut Tathagata di dalam Buddhisme.

Tetapi itu Tuhan yg tidak jelas, isi konsepnya suka-suka saja, sesuai dengan fantasi orang. Yg praktis dan nyata adalah konsep Kebudhaan. Setiap orang bisa menjadi Buddha tanpa perlu menyembah Tathagata. Cukup berbuat apa adanya saja di bumi ini, tidak berlebihan dan tanpa perlu memaksakan diri. Dan itulah atheisme yg ada di dalam agama Buddha.

Agama Buddha disebut atheist karena tidak punya konsep Tuhan seperti di agama-agama Barat yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Kenapa tidak ada konsep Tuhan? Karena Siddharta Gautama tahu bahwa konsep Tuhan sebagai pencipta pada akhirnya akan mubazir, cuma permainan imajinasi saja. Yg bermanfaat adalah hidup seimbang di bumi ini. Sekarang dan bukan membayangkan masuk surga atau bahkan moksha. Moksha adalah titik akhir dalam perjalanan seorang Buddha, dan itu bukan habisnya kesadaran yg juga cuma fantasi belaka. Begaimana orang yg masih punya kesadaran bisa berfantasi tentang habisnya kesadaran?

Tapi itu konsep moksha dipakai juga. Setidaknya lebih abstrak dan mengurangi kegilaan manusia dalam membayangkan surga, yaitu konsep yg aslinya berasal dari Hinduisme.

Buddhisme sebagai puncak spiritualitas Timur bahkan sudah melewati Monotheisme. Sudah tidak lagi pakai konsep Tuhan pencipta. Yg seperti itu disebut Atheisme dalam spiritualitas Barat. Atheisme adalah puncak spiritualitas Barat, Buddhisme adalah puncak spiritualitas Timur. Inti dari keduanya sama saja, yaitu bagaimana hidup seimbang disini dan saat ini. Bagaimana bisa bermanfaat bagi sesama sekaligus bisa menikmati semuanya. Biasa saja, tidak ada yg istimewa.

T = Dan Muhammad pernah berkata, agama yg saya bawa adalah penyempurna dari agama-agama terdahulu. Penyempurna atau disempurnakan bertitik berat pada ketauhidan, ketauhidan mengetahui alam semesta adalah hasil dari penciptaan.

J =  Tauhid adalah sadar bahwa anda sadar. Sadar disini dan saat ini. Bukan tentang menyadari ada sang pencipta. Itu bukan tauhid melainkan imajinasi.


(Leonardo R.)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar