23 Mar 2014

Dewi Kuan Im Hidup di Dalam Anda

Lucu juga melihat orang-orang yg sok intelek diskusi politik di facebook, tapi pakai nama palsu. Analisanya amburadul tapi merasa diri sudah canggih. Saya saja yg sarjana ilmu politik dari UI tidak tega pakai bahasa tingkat tinggi. Maksudnya, seolah tingkat tinggi tapi omong kosong. Lebih baik pakai bahasa sederhana yg bisa dimengerti banyak orang. Dan juga yg bisa dimengerti oleh dirinya sendiri.

Mana ada orang Cina di dunia internasional yg mau disebut Tionghoa, contohnya. Orang Tionghoa adalah penerima belas kasihan SBY menjelang pemilu 2014 di Indonesia. Konon kalau disebut Tionghoa akan menaikkan derajatnya, yg tentu saja tidak perlu. Cina jauh lebih berderajat dibandingkan istilah Tionghoa. Atau Tiongkok, yg mengingatkan saya akan Samkok. Samkok adalah kisah tiga negeri di Cina masa lalu, yg saling berperang. Tiongkok salah satunya. Yg kedua namanya Indokok. Yg ketiga Bengkok.

Dalam 50 tahun ke depan, Cina akan menjadi superpower yg belum tentu lebih lemah dari AS, Kelebihan AS adalah kemampuan diplomasi untuk menggalang konsensus atau, dengan kata lain, mengutamakan usaha keroyokan daripada satu lawan satu. Sumber ketidak-stabilan kawasan Asia Pacific adalah Cina yg kekuatannya sudah tidak bisa dibendung lagi. Dalam perspektif politik internasional ini, Indonesia tidak masuk hitungan, selain sebagai salah satu wilayah yg harus diproteksi keutuhannya. Demi kestabilan kawasan. Jadi, bukan AS mau melemahkan Indonesia dan memecah-belahnya. Tidak seperti salah kaprah yg sengaja disebarkan selama ini. Sebagai orang spiritual anda perlu tahu juga, jangan cuma mau jadi mercusuar dunia tanpa analisa yg pas... susunya.

Cina-Indonesia adalah orang Indonesia, bukan orang Cina. Sama saja seperti Cina-Amerika adalah orang Amerika, bukan orang Cina. Ini yg orang mungkin masih rancu. Bahkan di AS, sebutannya tetap Cina-Amerika. Chinese-American. Disana tidak ada Tionghoanisasi.

Kenapa begitu? Karena di AS tidak ada upaya sistematis dari pemerintah untuk mendiskreditkan seluruh kecinaan, dari bahasa, budaya, sampai orang-orangnya, seperti yg dilakukan oleh pemerintah NKRI, khususnya selama Orde Baru. Mungkin juga masih. Pokoknya nyokaplu, bokaplu, babulu, keluargalu, semuanya kamsyah. Pemaksaan ganti nama Cina baik secara halus maupun kasar merupakan pelanggaran HAM. Begitu juga pelarangan perayaan keagamaan Cina, aksara Cina, dan segalanya yg berbau Cina. Seolah-olah Indonesia baru terlepas dari cengkeraman Cina yg hendak mencaploknya lewat G30S/PKI, yg kita semua tahu umumnya rekayasa. Direkayasa seolah-olah Cina dalangnya, pedahal you know who.

Muncul istilah bahasa halus dan bahasa kasar. Kalau pakai istilah Cina, maka itu bahasa kasar. Halusnya Tionghoa. Pada pihak lain, dengan sengaja pemerintah melarang penggunaan istilah halus. Semua orang harus pakai istilah kasar, yaitu Cina. Indonesia menjadi negara berderajat tinggi, dan Cina berderajat rendah. Tapi survey membuktikan, pemerintah Indonesia termakan tulahnya sendiri. Dan sekarang, SBY mau mendekritkan kembali pakai istilah yg dianggap halus itu, yaitu Tionghoa. Terlambat sudah, beybeh!

T = Saya mau sharing sekaligus bertanya. Pada saat konsentrasi/ relax, saya mendapat titik fokus di ajna, lama-lama ada energi yg berkumpul di atas ajna. Saat itu saya merasakan pedes/ panas di belakang kepala saya? Sebenarnya itu energi apa ya, Mas Leo?

J = Energi kesadaran anda sendiri, namanya prana, chi.

T = Lalu simbol di atas cakra jantung pada Buddha itu apa ya?

J =  Saya tidak pernah perhatikan. Yg saya tahu simbol mata di dahi Buddha.

T = Oh simbol di dahi Buddha itu ada yg warna emas dan merah? Apa artinya Mas Leo?

J = Energi tubuh dan energi roh. Istilahnya macam-macam, yg penting bisa enjoy.

T = Hm... saya masih penasaran, para Buddha digambarkan duduk di atas teratai.

J = Teratai adalah simbol tanah, dan ada bijinya. Mani padme. Mani padme itu cakra mata ketiga.

T = Yg saya tahu mantra Dewi Kwan Im itu mani padme hum. Saya kira mani padme hum adalah mantra enam cakra di tubuh, kecuali cakra mahkota. Om mani padme hum.

J = Mani padme artinya kepala bunga padma, inti bunga teratai. Kepala manusia. Dan di tengah kepala manusia ada intinya lagi, kelenjar pineal. Cakra mata ketiga. Bahasa simbolik. Saya dikasih tahu oleh Dewi Kuan Im sendiri. Muncul di atas kepala saya. Paling tinggi. Ternyata yg paling tinggi itu Dewi Kuan Im. Muncul sendiri di atas kepala saya waktu saya meditasi. Total putih semua. Saya kaget kenapa Kuan Im muncul di atas kepala saya.

T = Mas Leo, bisa ceritakan bagaimana Dewi Kwan Im dahulunya manusia hingga mencapai pencerahan?

J = Dewi Kuan Im simbol dari tiap manusia, anda dan saya juga.

T = Dan simbol tangan seribunya?

J = Tangan seribu menunjukkan kerja fisik, bukan omdo.

T = Saya belum pernah lihat hasil kerja fisik Dewi Kwan Im, bisa Mas Leo contohkan?

J = Kalau anda berbuat baik, Dewi Kuan Im berbuat baik. Dewi Kuan Im hidup di dalam anda.

oleh Leonardo Rimba

Tidak ada komentar:

Posting Komentar