11 Agu 2014

Tidak menyembah Alkitab.


Setahu Joko Tingtong, sejarah masuknya agama Kristen tidak ada di buku pelajaran sekolah di Indonesia. Joko bisa menuliskan secara umum, bahwa semasa VOC berkuasa, sampai tahun 1799, tidak ada penginjilan oleh orang Belanda. Orang Portugis melakukan penginjilan Katolik di wilayah mereka di Flores dan Timor. Katolik tidak boleh masuk di wilayah yg dikuasai VOC di Batavia, Ambon dan Melaka. Belanda saat itu fanatik Protestan, dan selalu curiga dengan orang Katolik yg sifatnya subversif, berorientasi ke Roma. Pengkoordinasian penginjilan oleh orang Belanda mulai dilakukan sejak Hindia Belanda diperintah langsung, yaitu sejak VOC bubar. Mulai tahun 1800. Sejak itu Katolik diijinkan untuk masuk, dengan badan keagamaan mereka sendiri, yg lalu berevolusi menjadi MAWI dan sekarang KWI. Yg semi-resmi atau diawasi langsung oleh pemerintah Hindia Belanda cuma koordinasi penginjilan Protestan. Di wilayah-wilayah yg beragama asli leluhur: yaitu di Maluku Selatan, Minahasa, Papua, Sumatra Utara, Kalimantan, Sulawesi Tengah, Timor. Koordinator penginjilan Protestan ini kemudian berdiri sendiri, menjadi independen di tahun 1920-an, lepas dari kendali pemerintah. Sebagai suatu organisasi, mereka cuma koordinator, dan mendorong masyarakat lokal untuk membentuk organisasi gereja sendiri. Terbentuklah Gereja Protestan Maluku, Gereja Masehi Injili Minahasa, Gereja Kristen Jawi Wetan, Gereja Pasundan, Gereja Protestan Sumba, HKBP (Gereja Batak), GPIB, GKI, dan banyak lagi. Koordinatornya ini, yg tadinya disebut GPI kemudian berubah nama menjadi DGI, dan sekarang PGI. Asal-usulnya dari tahun 1800-an.

Bapak tirinya Joko Tingtong berada di urutan ketiga dalam angkatan pertama sekolah pendeta Protestan yg dibuka Belanda di Indonesia, di tahun 1930-an. Nomor urut ketiga di sekolah teologi pertama. Utusan dari Gereja Protestan Maluku. Yg satu angkatan dengannya menjadi Ketua DGI pertama, atau MUI-nya orang Protestan. DGI, singkatan dari Dewan Gereja-Gereja Indonesia, yg sekarang berubah nama menjadi PGI, atau Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia, jauh lebih tua usianya dibandingkan MUI. Asal-usulnya dari tahun 1800-an. Dan baru membuka sekolah pendeta di tahun 1930-an. Pendeta-pendeta yg dididik merupakan kiriman dari gereja-gereja lokal, seperti gereja Maluku, gereja Batak, gereja Papua, gereja Kalimantan, gereja Minahasa, gereja Pasundan. Memang semuanya gereja-gereja etnik, aslinya beribadah dalam bahasa daerah. Bukan bahasa Belanda. Sampai sekarang sebagian masih pakai bahasa daerah untuk ibadah, dan bahasa Indonesia tentu saja. Itu sekolah pendeta sekarang namanya STT (Sekolah Tinggi Teologia), di Jl. Proklamasi, Jakarta Pusat. Generasi pertamanya berasal dari tahun 1930-an, dan langsung mengambil alih semua kepemimpinan gereja lokal ketika orang-orang Belanda pulang. Semua ditinggal begitu saja, karena memang sudah dipersiapkan untuk mandiri. Konon bapak tirinya Joko Tingtong menerima pengalihan GPIB dari tangan Belanda. Ini gereja Protestan yg mungkin paling kaya, punya banyak gedung bersejarah, termasuk Gereja Immanuel, yg letaknya di sebelah Katedral Jakarta dan Masjid Istiqlal.
Menurut kisah dari bapak tirinya, mahasiswa-mahasiswa dari seluruh Hindia Belanda yg masuk ke sekolah pendeta itu dapat perpeloncoan yg sangat sadis dari dosen-dosen orang Belanda. Disitu mereka disuruh menendang-nendang Bijbel atau Alkitab. Kitab suci orang Kristen. Ditendang kesana kemari di atas lantai, seperti main bola. Diinjak-injak, dilempar, dibanting. Semua schock. Maklumlah karena asalnya dari kampung. Dan dosen-dosen Belanda tertawa terbahak-bahak melihat itu, ternyata para profesor pengajar agama Kristen itu sama sekali tidak menghargai benda mati yg disebut Alkitab. Dibanting, dilempar dan diinjak. Mereka bilang, yg penting isinya. Ada di dalam pikiran manusia, kesadaran manusia, dan bukan di benda mati. Bukan di itu kitab yg bisa dibuang, walaupun namanya Alkitab. Kitab mati, tidak ada harganya. Yg berharga manusianya. Itu ajaran Kristen. Tidak menyembah Alkitab.Sayangnya, setelah setengah abad Belanda hengkang dari Indonesia, umat Kristen makin lama makin menjadi konservatif. Belanda liberal, agamanya juga. Mementingkan hakekat, dan bukan kulit. Yg penting praktek, tindakan nyata, dan bukan slogan. Umat Kristen yg sekarang mungkin sudah lupa ajaran Belanda. Sekarang orang condong melihat kulit, melupakan isi. Menyembah-nyembah ulama, ingin dibilang beriman dan bertakwa. Konyol sekali. Joko Tingtong tidak begitu, sama sekali tidak takut dengan ulama Kristen. Mereka sama saja dengan kita, kata Joko. Manusia biasa, tidak ada bedanya dengan anda dan saya. Ulama Kristen tugasnya adalah melayani umat, dan bukan untuk dilayani. Mungkin itu ciri utamanya, beda dengan di agama-agama lain. Harusnya Kristen yg paling maju, tetapi Kekristenan di Indonesia relatif terbelakang. Umatnya berpikir Kristen punya syariat begini begitu. Pedahal Kristen tidak pakai syariat. Bahkan tidak mensyariatkan doa dan puasa. Tidak mensyariatkan amal. Kalaupun ada, namanya ajaran gereja, seperti di gereja Katolik. Tetapi itu bukan syariat. Ajaran thok. Boleh diikuti kalau mau. Kalau tidak mau, gereja tidak bisa memaksa. Agama Kristen tidak mengenal pemaksaan.Ada perbedaan antara Kristen Protestan yg dibawa dari Eropa dengan Kristen dari Amerika Serikat. Yg sering anda lihat berteriak-teriak Yesus itu aliran Pentakosta atau Karismatik, asalnya dari Amerika. Di jaman Belanda belum ada, dan mulai masuk ke Indonesia di tahun 1970-an. Mereka yg paling rajin melakukan penginjilan. Menurut Joko bukan penginjilan di daerah terpencil seperti pedalaman Kalimantan atau Papua, melainkan penginjilan di kota-kota besar. Sasarannya adalah keturunan Cina yg, mungkin, sudah separuhnya dikristenkan saat ini. Aslinya beragama Tao atau Buddha, tetapi sekarang separuhnya sudah jadi Kristen. Protestan dan Katolik, kalau mengikuti paradigma masa lalu. Dan ditambah dengan aliran Karismatik atau Pentakosta kalau mengikuti paradigma sekarang. Karismatik itu Protestan juga, tetapi cenderung fundamentalis. Banyak ngawurnya, terutama dalam hal pengelolaan keuangan. Tetapi umatnya sudah kena hipnotis. Joko tidak suka yg model begitu. Ikut Yesus kok jadi bodoh? Seolah-olah Yesus menyuruh orang untuk kasih 10% dari penghasilan ke pendeta. Itu bukan ajaran Yesus.

"Gold, Gospel and Glory" merupakan semboyan Spanyol dan Portugal. Wilayah koloni mereka selalu dikristenkan, seperti bisa dilihat di Philipina, Mexico dan seluruh Amerika Latin. Mereka Katolik. Belanda dan Inggris tidak seperti itu, mereka Protestan. Di masa lalu, Protestan lebih tercerahkan dibandingkan orang Katolik. Caranya juga lebih manusiawi. Spanyol dan Portugal kejam sekali karena, maklumlah, langsung lepas kendali setelah bebas dari penjajahan Arab selama 800 tahun. Ini semuanya sejarah, tanpa perlu bilang salah atau benar. Ada yg benar dan dibilang salah, dan ada salah yg dibilang benar. Urusan orang, kata Joko. Yg penting saya bebas mengamati.
 
(LR notes)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar