11 Jul 2014

sejarah agama

T = Semua agama yg ada, termasuk agama samawi itu semuanya lahir di bumi, yg menciptakan juga manusia sendiri. Diibaratkan agama adalah anak-anak yg lahir dari sebuah keluarga. Kebanyakan anak ke 2, ke 3,ke 4 dan seterusnya itu pasti lebih sempurna/lebih pintar dari anak pertama. Katakanlah anak pertama adalah Hindu, lalu Budha, lalu Kristen/kembar, lalu Islam. Kalo menurut adat & budaya kemanusian.. Biarpun yg lebih muda lebih sempurna tapi tetap aja harus menghormati yg lebih tua. Dan biarpun yg tua gak sempurna tapi tetep aja yg tua itu lebih bijak, lebih dewasa dan lebih tenang bila dibandingkan dengan yg muda. Tapi kenyataannya yg terjadi tidak seperti itu. Yg lebih muda, yg merasa lebih sempurna dan yg merasa mendapat anugrah serta jaminan lebih dari orang tua karena paling muda/kecil justru malah jadi pemaksa dan lupa akan hormat pada yg lebih tua. Itulah gambaran hubungan antar umat di Indonesia sekarang ini.
J = Saya tidak setuju dibilang Islam sebagai turunan termuda dari Yudaisme. Mungkin benar seperti itu di abad ke 7 M. Tetapi setelah itu Islam mandeg. Mungkin cuma berjaya selama 200 tahun saja, dan setelah itu dibekukan. Penggunaan akal pikiran diharamkan. Akhirnya sekarang menjadi yg paling terbelakang karena Yudaisme dan Kekristenan jalan terus, selalu memperbaharui diri. Bahkan sudah menjadi sekuler. Demokrasi dan Hak Asasi Manusia adalah turunan langsung dari Yudaisme dan Kekristenan. Turunan yg sekuler. Begitu pula sosialisme, yaitu paham keadilan sosial bagi rakyat.
Pemikiran seperti saya mungkin dianggap terlalu tinggi buat orang kebanyakan, pedahal tidak. Pada kenyataannya, dunia kita saat ini memang kelanjutan dari Kekristenan. Ini dunia Kristen kalau mau dilihat dari satu sudut pandang. Bisa pula dibilang dunia sekuler kalau kita allergi terhadap istilah keagamaan. Yg jelas, memang turunan dari Kekristenan yg diperbaharui terus. Islam ketinggalan ratusan tahun di belakang. Akibatnya sekarang mereka yg berada di lembaga-lembaga keagamaan Yahudi dan Kekristenan selalu berusaha menunjukkan wajah simpatik kepada Keislaman. Yahudi dan Kristen tahu, bahwa Islam saat ini seperti mereka juga ratusan tahun yg lalu. Untuk Yahudi dan Kristen sudah menjadi bagian masa lalu. Untuk Islam masih menjadi tantangan yg tetap harus dilewati sendiri tanpa bantuan orang lain. Tantangan untuk terus-menerus memperbaharui diri supaya tetap relevan.
 Agama tidak langsung jadi, melainkan lewat proses juga. Sudah pakai nama berbagai Dewa Dewi, sampai akhirnya dijadikan satu saja oleh orang Yahudi. Lahirlah Monotheisme. Dari situ menurun jadi Kekristenan dan Islam. Tidak semata-mata Timur Tengah, melainkan pakai campuran dari Yunani dan India juga. Yunani dan India masih satu keturunan dari Sumeria. Setidaknya pemikirannya sama. Di India namanya Siwa, di Yunani namanya Zeus.
Di Timur Tengah menjadi El dengan segala variasinya, termasuk Allah.
Tapi itu juga tidak final karena tradisi Yahudi-Kristen berkembang terus, bahkan sampai detik ini. Dari gurun pasir, kawin campur dengan sepupunya yg Yunani. Pakai perhiasan berupa cara berpikir logis yg diaktifkan oleh sistem bilangan dari Hindu India. Semuanya hibrida. Blasteran. Campuran. Tidak ada yg asli. Dan tidak bisa dipatok mati di masa lalu.
T = Tauhid secara bahasa Arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya” (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39). Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39). Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.
J = Allah adalah kesadaran anda sendiri, yg sadar bahwa dirinya sadar. Itu definisi dari saya, gratis untuk anda yg mau jujur dan melepaskan diri dari jerat agama. Kalau anda tidak mau terima, dan masih mau mencari Allah di agama, maka itu urusan anda sendiri. Resiko dan bebannya anda yg tanggung. Itu hidup anda sendiri.
T =   Saya sadar kalo saat ini lagi tidak punya uang.  
J =  Bukan itu yg saya maksud dengan kesadaran. Kesadaran adalah yg sadar bahwa dirinya bisa sadar tidak puya uang, bisa sadar sedang lapar, bisa sadar sedang segala macam, mau segala macam, dan tidak mau segala macam. Singkatnya, sadar bahwa dirinya sadar. Sadar thok.
Tuhan atau Allah cuma konsep saja. Anda bisa jungkang-jungking menyembah konsep, itu urusan anda sendiri. Asal anda tidak ganggu orang lain, anda berhak melakukannya. Saya pakai konsep Allah sebagai kesadaran manusia. Valid untuk yg mau pakai. Tidak perlu diperdebatkan. Kalau mau lebih netral lagi, kita bisa tidak usah pakai konsep Allah. Tidak perlu menyebut-nyebut Allah. Sama saja, tidak ada bedanya. Banyak manusia yg tidak pakai konsep Allah bisa hidup biasa saja tanpa kekurangan sesuatupun.
T = Agama adalah sekolah kepribadian, tak ubahnya seperti TK, SD, SMP, SLTA ato SMK. Bila terus bergelut di dunia agama apa lagi ngributin agama atau tauran agama itu tak beda dengan tauran sekolah ato memang siswanya yang agak lambat sehingga gak pernah tau kapan lulusnya.
J = Kurikulum sekolahnya memang dirancang agar muridnya tidak lulus-lulus.
(Leonardo R.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar