Sebagai
relawan spiritual kita di belakang layar, bergerak di bawah tanah,
menyelusup ke relung terdalam tempat orang memasang santet dan pelet.
Tapi kira aliran menetralkan. Terlalu hitam kita kasih putih. Terlalu
putih kita kasih hitam.
oleh Leonardo R. :
Sekarang saya kasih tahu kenapa Bali bisa begitu cepat makmur, harga
tanah melunjak dikasih hati minta jantung. Lalu saya bilang jangan pakai
jantung tapi pakai mata ketiga saja. Ini jawabnya, yaitu karena Bali
wilayah yg paling aman di Indonesia. Memang orang Bali paling relijius,
tetapi tidak usil. Toleran terhadap turisme yg suka telanjang atas
bahkan telanjang bawah, asal dilakukan pada tempatnya. Tidak membedakan
agama orang, karena menurut orang Bali semuanya seagama. Artinya
semuanya tidak kacau. Kalau anda tidak kacau maka anda beragama. Itu
sudah cukup. Bandingkan dengan Lombok Barat, yg walaupun tinggal
menyeberang saja dari Bali tapi turis masih kuatir. Karena di Lombok
Timur ada kerajaan Jin. Atau di bagian-bagian Sumatera dimana kerajaan
antah berantah berusaha merajam inisiatif masyarakat. Anda ditaruh di
dalam kotak dan dipaksa untuk mensyukuri nikmat Allah. Akibatnya otak
anda tidak berjalan. Penuh ketakutan. Ingin makmur tapi takut masuk
neraka. Anda ragu untuk bilang bahwa neraka diciptakan oleh kaum
pemaksa. Jadi Lombok Barat memang aman, tetapi tetap masih ada Kerajaan
Jin di Lombok Timur. Itulah yg menyebabkan Lombok Barat tidak bisa
semaju Bali. Saya tahu sudah ada usaha habis-habisan dari mereka di
Lombok Barat untuk meyakinkan pegiat dan penikmat pariwisata. Mereka
tahu betapa menggiurkannya uang leha-leha yg dikucurkan tanpa memikirkan
masa depan dan masa lalu. Tetapi cuma berhasil sampai titik tertentu.
Ada batas gaib yg perlu ditangani. Tidak perlu basa basi lagi.
Sebagai
relawan spiritual kita di belakang layar, bergerak di bawah tanah,
menyelusup ke relung terdalam tempat orang memasang santet dan pelet.
Tapi kira aliran menetralkan. Terlalu hitam kita kasih putih. Terlalu
putih kita kasih hitam. Kita tidak suka belang-belang karena itu warna
ular biludak. Berbilur dan berbedak. Ada bekas cupang dan bedaknya
tebal. Bisa berkoalisi dengan tujuan untung. Modal nyalon harus bisa
balik. Paling tidak harus pas atau break even. Yg kemungkinan besar
susah di jaman revolusi mental ini. Kalau anggota geng rumpi tidak balik
modal bagaimana? Konsekwensi ditanggung sendiri. Sudah habis 10 M, dan
mengharapkan dapat untung dari jual suara. Jual beli suara. Beli suara
anda dan jual suaranya sendiri. Seperti pengamen jalanan. Jadi, untuk
buat undang undang ada harganya. Siapa mampu bayar akan diuntungkan.
Asal keluar fasilitas rapat di hotel. Lengkap dengan alat perapat
artifisial, tapi hidup. Belum dipandang sudah hidup, apalagi dipegang.
Akan menjerit astagfirullah. Maklum lukanya belum kering, mungkin tidak
akan pernah kering. Jadi biar saja karena mereka juga suntuk belum
dibayar. Mungkin tidak akan pernah dibayar lagi. Yg janji bayar sudah
pulang mengurus binatang, yg konon lebih baik dari orang. Binatang
berperikemanusiaan, dan manusia berperikebinatangan. Kesimpulannya,
semua ini soal peri. Dari bahasa Inggris. Tulisannya fairy. Dibacanya
peri. Makhluk halus asal Eropa. Makanya agak galaw di tanah air
Indonesia. Gara-gara pakai peri. Akhirnya jadi perihkemanusiaan.
Secara
konkritnya, menurut pendapat saya motivasi anggota DPR kebanyakan cuma
kantong pribadinya sendiri. Bagaimana supaya modal yg sudah dikeluarkan
bisa balik kembali dengan untung berlipat. Kalaupun ada ideologi,
tidak beda banyak. Ideologi garis miring pakai ulama, sasarannya uang
umat. Pembengkakan proyek keagamaan sehingga bisa menggemukkan sapi.
Baik sapi asli maupun sapi jadi-jadian. Ideologi garis silang lebih
umum proyeknya, menjarah kemana-mana. Membuat lubang dan meminta
subsidi negara. Atau menutup lubang-lubang yg tentu saja akan membuka
sendiri setiap tahun. Bisa makmur dari pengucuran uang untuk menutup
lubang. Yg digunakan untuk membuat lubang lagi. Dari situ harus bayar
biaya pemerasan partai. Partai politik memungut pajak dari anggotanya
yg menjadi anggota DPR. Sepersekian dari gaji. Jadi, kalau tidak ada
minyak curah mungkin anggota DPR cuma cukup untuk hidup sehari-hari
saja. Tidak bisa meringankan beban anak cucu sendiri, apalagi anak cucu
orang. Makanya harus jeli melihat kesempatan mengobyek. Bukan mengojek
yg berarti menarik motor. Tapi sama-sama tukang, cari makan. Bukan
mengikuti slogan idealis demi nusa dan bangsa. Itu basi basi. Bahasa yg
sudah basi. Hanya untuk kesempatan tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar