Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober
dibuat berdasarkan rekayasa politik, penuh kepalsuan, tanpa etika. Ada
bermacam-macam etika yaitu panduan berperilaku bagi manusia beradab. Ada juga
yg namanya etika kolonialisme, yaitu kewajiban atau tanggung-jawab negara
kolonial seperti Hindia Belanda di masa lalu untuk mencerdaskan dan memakmurkan
kehidupan kawula di wilayahnya. Hal itu dilakukan oleh Belanda, bahkan dengan
defisit, atau subsidi terus menerus. Negara kolonial Hindia Belanda memang
pernah surplus, tetapi beberapa puluh tahun terakhir kekuasaan Belanda di
Indonesia tidak. Tidak surplus melainkan defisit. Artinya, Belanda mensubsidi
Indonesia bahkan sebelum kemerdekaan. Sampai sekarang penerima bantuan luar
negeri terbesar dari Belanda tetap Indonesia. Dari dahulu sampai sekarang
seperti itu modus operandinya. Jadi, kalau mau jujur, yg haram di masa kolonial
cuma aspirasi kemerdekaan. Itupun tidak haram total, karena masih bisa
disuarakan. Yg total haram adalah agitasi atau hasut-menghasut. Hak asasi
manusia dijamin di jaman penjajahan Belanda. Bahkan hak asasi kebebasan
beragama total dihormati di masa penjajahan. Di masa kemerdekaan, HAM Kebebasan
Beragama warga Indonesia mulai diinjak-injak, sampai detik ini.
Orang Indonesia sudah suka adu domba
bahkan sebelum orang-orang Barat datang kemari. Majapahit jatuh karena adu
domba. Dan kedoyanan orang Indonesia akan adu domba tetap ada sampai detik ini,
bahkan setelah orang Belanda tidak ada lagi. Makanya berubahlah. Jangan klenik.
Anda pikir orang Indonesia akan stop adu domba setelah Belanda pergi? Tidak.
Itu sifat Indonesia dari dulu dan entah sampai kapan. Kalau tidak suka adu
domba, namanya bukan orang Indonesia. Indonesia adalah negeri adu domba. Negeri
rekayasa, negeri adu domba sekaligus negeri dongeng.
Hawa diciptakan dari tulang rusuk
Adam oleh Allah adalah dongeng Yahudi yg dituliskan oleh Musa; ada dalam kitab
suci Yahudi yg disebut Tanakh, dan kitab suci Kristen yg disebut Alkitab.
Anda bisa pakai simbol yg lebih
universal daripada jewish imagery atau simbol-simbol yg berasal dari
budaya Yahudi. Di Barat orang mengerti kalau kita pakai simbol-simbol
Yahudi-Kristen. Di Indonesia orang terbingung-bingung karena sudah lupa akar.
Lupa atau memang tidak tahu. Jarang yg menguasai Alkitab yg kita semua tahu
merupakan dasar dari peradaban Barat. Dasar saja, karena dari sana sudah jalan
jauh sekali sampai ke masa Paska Modern sekarang ini. Lagipula sebagian orang
Indonesia mengira kitab-kitab Yahudi dan Kristen dipalsukan. Pedahal tidak ada
yg dipalsukan. Mereka asli seperti itu sejak dibuat ribuan tahun lalu. Asli
dibuat oleh manusia. Sama saja seperti semua kitab suci di semua budaya, dari
jaman dahulu sampai sekarang, semuanya dibuat oleh manusia. Bukan oleh Allah.
Bahtera Nabi Nuh yg mengangkut semua
binatang, baik haram maupun halal, masing-masing sepasang, ketika Allah
menurunkan air bah yg menenggelamkan seluruh bumi termasuk dongeng Yahudi juga.
Termuat di dalam kitab suci Yahudi yg disebut Tanakh, dan kitab suci Kristen yg
disebut Alkitab. Menurut penelitian ilmiah, Nabi Nuh adalah adaptasi Yahudi
dari kisah orang kafir yg sudah ada sebelumnya di Mesopotamia. Dengan kata
lain, dijadikan Yahudi. Diyahudikan dengan sengaja dan bukan konspirasi Yahudi.
Anda bisa pelajari sendiri asal-usul kisah para nabi Yahudi, bahannya banyak
sekali di internet. Tinggal search. Semuanya bahasa Inggris. Saya tidak
ada waktu untuk menjelaskan satu persatu. Saya tuliskan ringkasannya saja.
Seperti tentang Nuh, yg asalnya dari dongeng kafir dan diadaptasi oleh orang
Yahudi.
-
Hubungan vertikal antara manusia
dengan Tuhan atau gustinya adalah hubungan pribadi antara manusia dengan
dirinya sendiri, sama sekali tidak ada hubungannya dengan agama atau syariat apapun.
Semua yg sudah makrifat tahu hal ini, tapi ditutup untuk khalayak umum.
Sekarang sudah waktunya dibuka. Untuk apa ditutup lagi, tidak perlu
rahasianisasi. Lagi pula banyak yg sudah tahu, sudah mulai bocor dimana-mana.
Iman artinya tahu dan mengerti bahwa
apa yg dipercayainya benar, dan takwa adalah sikap konsekwen menjalani apa yg
diimaninya itu. Semuanya didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman pribadi,
bukan pemaksaan dari luar. Kemajuan bangsa-bangsa Eropa Barat, Amerika Utara
dan Jepang dilandasi oleh iman dan takwa seperti itu. Tujuan pendidikan
nasional Indonesia seperti dirumuskan oleh Menteri Pendidikan yg sekarang
adalah untuk membentuk insan Indonesia yg beriman dan bertakwa. Menurut
pendapat saya, yg ada di otak orang Indonesia adalah agama. Mereka pikir,
semakin beriman dan bertakwa ala agama, maka akan semakin maju. Akan bisa
mengalahkan bangsa-bangsa Eropa Barat, Amerika Utara dan Jepang yg tidak pakai
agama. Itu terbalik. Iman dan takwa di negara-negara maju bukan didasarkan pada
agama. Kalau didasarkan pada agama, mereka akan sama terbelakangnya seperti
kita di Indonesia.
Apabila beragama, maka orang di
negara maju akan memilah-milah apa yg dipercayainya dan apa yg tidak
dipercayainya. Bisa percaya separuh. Bisa percaya ajaran moralnya. Bisa
menerima ritualnya. Bisa menjalani sebagai tradisi saja. Macam-macam motivasi
orang dalam beragama. Jadi, tidak seperti salah kaprah di Indonesia yg mau
memaksa orang beragama untuk percaya penuh apa yg disodorkan oleh agama. Tidak
begitu di negara maju. Orang bisa selektif percaya apa yg mau dipercayainya.
Tidak ada yg bisa memaksa. Negara-negara maju tidak kenal pemaksaan dalam
beragama. Pemaksaan hanya terjadi di masyarakat terbelakang (berkembang)
seperti Indonesia.
Semua negara maju yg berlatar-belakang
Kristen sudah melewati tahap seperti yg sedang dilalui oleh Indonesia sekarang.
Tahap mabok agama. Dulu, ratusan tahun yg lalu. Harus dilalui dan dialami
sendiri bagaimana manusia kehilangan akal sehatnya. Kalau titik jenuhnya sudah
terlampaui, barulah bisa mulai dari awal dengan benar. Sekarangpun orang sudah
mulai sadar bahwa agama digunakan sebagai alat untuk memperbudak manusia lain.
Ada golongan yg sengaja mempopulerkan agama dengan maksud bisa mengambil
keuntungan. Biasanya secara finansial. Situasinya juga seperti itu di Eropa
Barat masa lalu. Sekarang tentu saja tidak bisa lagi karena semua orang sudah
tahu. Di Indonesia, orang masih ragu, mengira ada ketulusan di para pemuka
agama. Ketulusan mungkin ya, tapi untuk membawa kehancuran. Orang-orang di
negara Barat tidak mau lagi seperti itu, makanya sekarang mereka benar-benar
maju. Maju menjadi manusia bebas dan bukan budak agama. Bukan berarti anti
agama. Agama tetap ada, tetapi cuma sebagai formalitas. Bukan lagi penentu.
Tidak bisa lagi digunakan untuk menakut-nakuti rakyat.
Indonesia sudah makin jauh
tertinggal di belakang gara-gara membawa beban agama yg seharusnya tidak perlu
itu. Korea Selatan yg berpenduduk begitu kecil sudah jauh lebih maju
dibandingkan Indonesia. Cina yg komunis apalagi. Indonesia tidak bisa produksi
apapun selain guru agama yg, tentu saja tidak laku dieksport. Tidak ada yg mau
beli.
Saya menulis berdasarkan pengetahuan
dan pengalaman. Mereka yg mengaku sebagai pemuka agama tidak ada bedanya dengan
anda dan saya. Anda tidak perlu takut. Kita sama-sama manusia biasa. Sama-sama
tidak tahu kita manusia dari mana dan akan kemana. Tidak tahu sebelum lahir
jadi apa, dan setelah mati akan jadi apa. Mereka cari makan jualan ayat,
makanya harus jaga dagangan. Saya tidak, makanya bisa jujur.
Tidak semua penganut agama Samawi
begitu seriusnya dengan nabi-nabi. Setahu saya, orang-orang Kristen tidak
terlalu perduli dengan kisah para nabi. Mereka tahu sebagian besar isapan
jempol. Yg diambil pelajaran moralnya saja. Malahan banyak orang Kristen yg
sudah tahu bahwa kitab suci mereka, dan kitab-kitab suci agama lain, semuanya
buatan manusia. Bukan diturunkan oleh Allah. Isinya pengalaman manusia masa
lalu, kisah hidup mereka, perjuangan mereka. Bisa dipakai sebagai referensi
saja, dan bukan kitab hukum. Apalagi dianggap hukum yg berasal dari Allah.
-
Tidak terhitung jumlahnya para
Buddha, mereka yg sudah mendahului kita berpindah ke galaksi lain; dan tidak
terhitung banyaknya para Kristus dan Avatar, yaitu mereka yg masih hidup
bersama kita di bumi saat ini, saling belajar dan mengajar satu sama lain.
Ucapannya dinamakan nubuah, dan orangnya disebut nabi atau nabiah. Manusia
biasa seperti anda dan saya, tidak ada perbedaan jenis kelamin maupun orientasi
seksual.
Tradisi Yahudi juga mengenal
nabi-nabi perempuan atau nabiah. Miriam, kakak perempuan Nabi Musa adalah
seorang nabiah. Itu salah satu saja. Sedangkan rasul artinya murid yg diutus,
misionaris, pendakwah, tukang khotbah keliling.
Di dalam Yahudi dan Kekristenan,
istilah nabi dan nabiah bukan gelar kehormatan. Kalau seseorang punya kemampuan
bernubuah, maka disebut nabi atau nabiah. Tidak terhitung banyaknya dari dulu
sampai sekarang. Dulu disebut bernubuah, sekarang banyak yg sudah tidak pakai
istilah kuno itu. Jadi, kalau berucap, ya berucap sajalah. Kalau menulis, ya
menulis sajalah. Sama saja.
Orang Yahudi dan Kristen tidak takut
dengan istilah nabi. Kebanyakan disebut namanya saja. Akan bilang: Menurut
Musa, dan bukan menurut Nabi Musa. Menurut Daud, dan bukan menurut Nabi Daud.
Menurut Sulaiman, menurut Yesus, dlsb. Mereka diakui sebagai pendahulu, tidak
dihormati berlebihan. Bahkan Yesus di Kekristenan berarti Sayyidina Yesus.
Yesus sang guru. Resminya Yesus tidak disembah di Kekristenan. Sama seperti Yahudi,
Kekristenan juga menempatkan satu konsep abstrak sebagai Tuhan. Tradisi Yahudi
menyebutnya sebagai Adonai di jaman dulu, dan di jaman sekarang disebut Hashem.
Artinya Hashim di bahasa Arab. Tradisi Kristen menyebutnya Bapa, mengikuti
ajaran Sayyidina Yesus. Kristus itu lain lagi. Kristus adalah pengertian bahwa
anda, saya dan siapa saja adalah Sayyidina Yesus dalam bentuk lain.
Ajaran tertinggi di Yudaisme ada di
dalam sisi esoteriknya yg bernama Kabalah. Bukan di syariatnya yg tidak akan
pernah tuntas dibahas dan direvisi terus sampai sekarang. Mistisisme Kristen
juga menggunakan Kabalah. Sufisme di Islam juga. Kabalah adalah filsafat
tauhid. Semuanya berujung di filsafat, tidak lagi berbicara tentang Tuhan.
Berorientasi praktis, dan kembali normal atau biasa saja.
-
Tauhid atau doktrin tentang keesaan
Allah atau sesembahan ada di semua tradisi, walaupun namanya berlainan. Menurut
saya, di Kekristenan hal ini bisa disebut sebagai Union with God,
penyatuan dengan Allah. Penyatuan antara si manusia dengan Allahnya. Allah
hidup di dalam kesadaran si manusia, sehingga si manusia bisa bebas
berekspressi, melakukan apa yg spontan muncul di dalam pikirannya, tanpa
terbebani oleh syarat yg ditetapkan manusia lain. Dengan kata lain, sehat lahir
batin. Menikmati hidup. Tentu saja bisa dicapai bahkan tanpa lewat jalan agama.
Banyak jalan ke Roma; bisa lewat darat, laut dan udara. Imanuel di bahasa
Ibrani berarti Allah beserta kita. Salah satu gelar dari Sayyidina Yesus, yg
disiapkan untuk anda kalau mau terima. Allah beserta anda. Anda menyatu dengan
Allah, sehat lahir batin, menikmati hidup. Membawa rahmat kepada seluruh alam
semesta. Rahmatan lil alamin.
T
= Amin. Ujungnya bebas mengeluarkan tekanan hidup yang ada di dalam diri
manusia tanpa harus mengorbankan kekuatan pribadinya sendiri. Kalau saya mau
terima bagaimana caranya?
J =
Kalau mau terima ya terima saja. Imanuel. Allah besertamu. Apapun yg
orang lain mau bilang tidak akan berpengaruh. Ini hidup anda sendiri. Dan
itulah tauhid. Anda punya iman untuk bertauhid.
(Leonardo R.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar