SARA artinya diskriminasi atau membedakan
perlakuan, bukan membahas perbedaan. Ini pengertian SARA yg nampaknya
bahkan sebagian besar orang Indonesia belum tahu. Seperti biasa orang
Indonesia selalu salah kaprah, mengira SARA adalah membahas perbedaan,
sedangkan membedakan orang dianggap tidak SARA dan wajar saja. SARA
singkatan dari Suku, Agama, Ras dan Antar-Golongan. Jadi, kita tidak
haram membahas perbedaan suku, agama, ras dan golongan. Yg haram adalah
membedakan perlakuan dengan alasan sukunya beda, agamanya beda, rasnya
beda, golongannya beda. Klausula anti diskriminasi berdasarkan SARA
juga ada di Amerika Serikat, malahan disana lebih lengkap lagi, yaitu
dilarang mempraktekkan diskriminasi berdasarkan Ras, Etnik, Gender,
Agama, Usia, Cacat Fisik dan Orientasi Seksual. Ini klausula legal yg
wajib dicantumkan di semua lembaga negara. Artinya, lembaga milik
pemerintah AS, dari jenjang federal sampai ke kampung-kampung bisa
dituntut dan dihukum kalau terbukti mempraktekkan SARA.
Di
Indonesia bukannya ada, melainkan belum ada. Yg ada cuma hiasan di
bibir saja. Tidak membahas perbedaan, tapi membedakan perlakuan.
Ada
satu lagi salah kaprah di Indonesia, yaitu tentang pengertian
mayoritas dan minoritas. Kalau mayoritas maka berhak mempraktekkan
diskriminasi terhadap minoritas, begitu jalan pikirannya. Orang
Indonesia yg lugu mengira seperti itulah prinsip demokrasi. Tentu saja
salah. Seratus persen salah kaprah. Yg namanya demokrasi punya dasar
juga, yaitu yg namanya hak asasi manusia. Manusia punya hak asasi atau
mendasar, yaitu untuk memperoleh perlakuan yg sama, walaupun berasal
dari kelompok minoritas. Tidak ada itu yg namanya gajah menolak
binatang lain di kebun binatang dengan alasan kawanan gajah adalah yg
terbanyak. Mereka lupa bahwa itu kebun binatang, bukan kebun gajah.
Sebagian
orang Indonesia tergila-gila dengan budaya Arab dan allergi dengan
budaya Eropa. Allah mereka bilang Dzat, dan dipercaya itu konsep asli
Arab. Mereka tidak tahu bahwa Allah sebagai Dzat menggunakan pemikiran
Eropa, yg bisa ditelusuri berasal dari filsuf Yunani bernama Plato;
konsep Tubuh, Jiwa dan Roh berasal dari Plato. Dzat itu roh, substansi,
bisa berada dimana-mana karena tidak terikat dengan dimensi kebendaan
dan waktu. Bukan Allah saja yg Dzat atau roh, melainkan kesadaran
manusia juga. Kesadaran anda dan saya juga tidak terikat kepada dimensi
materi. Dan tidak terikat kepada dimensi waktu juga. Tapi jangan puas
dulu, karena 99 Asma Allah juga berasal dari pemikiran Barat, namanya
Neo Platonisme, dikembangkan oleh Plotinus. Jadi, dari satu Dzat asal
bisa muncul banyak pancaran yg disebut emanasi, dan diterjemahkan ke
bahasa Arab sebagai asma. Asma artinya nama, persona, topeng. Dzat,
substansi atau rohnya sama, tetapi bisa punya banyak topeng. Allah
seperti itu, dan begitu juga anda dan saya.
Saya
tidak anti Arabisme karena saya mengerti bahwa segala yg dikenal
sebagai Arabisme adalah salah kaprah. Isinya pemikiran Yunani, logika
Yunani, yg ujung-ujungnya dipaksakan dengan kekerasan. Segala macam
pemaksaan cepat atau lambat akan habis dengan sendirinya setelah asma
atau persona mereka terbuka selubungnya. Dzat atau essensi dari
agama-agama Timur Tengah adalah pemikiran manusia. Dan tentu saja ini
Hinduisme juga. Yunani itu satu keturunan dengan orang Arya di India yg
mengembangkan Weda. Kita tahu ada banyak Weda, yaitu kitab-kitab yg
disucikan oleh orang Hindu. Weda ditulis oleh wangsa Arya yg tinggal di
India bagian Utara sampai ke Jerman di Eropa Barat. Yunani ada di
tengahnya, dan mereka Arya juga.
Makanya
pemikiran para filsuf Yunani mirip dengan pemikir Weda. Bahka nama
Dewa Dewinya bisa disejajarkan. Siwa di pemikiran Weda adalah Zeus di
pemikiran Yunani. Dewa Siwa di India adalah Dewa Zeus di Yunani, dan
menjadi Dewa Yupiter di Romawi. Hinduisme dan pemikiran Yunani memiliki
akar yg sama. Dan satu akar juga dengan pemikiran Semit yg melahirkan
agama-agama Samawi, walaupun harus ditarik ke akar yg lebih tua lagi,
yaitu peradaban Sumeria. Ini peradaban paling tua yg melahirkan
peradaban Arya, Mesopotamia dan Mesir Kuno. Arya adalah India dan
Yunani, dan juga Romawi sebagai turunannya. Mesopotamia adalah Ras
Semit, orang-orang Yahudi dan Arab. Penduduk Mesopotamia menggabungkan
budaya Mesir dan Yunani, menggunakan sisa-sisa peradaban Sumeria.
Lahirlah agama Yahudi. Dari Yahudi digabungkan lagi dengan filsafat
Yunani, maka lahirlah Kristiani. Dari Kristiani lahirlah Islam.
Semuanya
tidak jauh dari situ saja, yaitu Sumeria sebagai pusat cakra bumi, dan
pinggirannya di India, Yunani dan Mesir. Ini Irak bagian Selatan,
memang berenergi tinggi. Kalau digunakan dengan niat baik, jadilah
baik. Kalau punya napsu angkara murka, jadilah segalanya terputar
balik. Ribuan tahun telah membuktikan thesis saya ini. Semoga semua
mulai sadar.
Bahkan apa yg dikenal sebagai Syariat Islam umumnya merupakan copy paste
atau turunan dari hukum-hukum Romawi atau kanun Kristiani. Islam
meneruskan dunia Yunani di Timur Tengah, yg menggunakan hukum Romawi, yg
telah diperhalus sehingga lebih manusiawi. Diperhalus oleh iman
Kristiani. Itulah isi utama Syariat Islam yg asli. Pokoknya seperti itu.
Dulu termasuk yg paling akbar dan muktahir di seluruh penjuru dunia.
Tidak ada yg bisa mengalahkanya dari sudut pandang kemanusiaan. Sekarang
sudah jauh ketinggalan jaman. Bahkan bisa dibilang tidak manusiawi.
Dari
Hinduisme lahirlah Buddhisme, menyebar dari India sampai ke Jepang. Di
Indonesia, Buddhisme disatukan dengan Hinduisme, namanya agama
Siwa-Buddha, dan masih hidup sampai detik ini di Bali. Hindu Bali
bukanlah Hindu asli, melainkan Hindu-Buddha, agama Siwa-Buddha yg
dikawinkan dengan kepercayaan asli Nusantara, yaitu penghormatan kepada
leluhur dan alam sekitar.
Jadi,
jangan lagi ada yg bilang Barat dan Timur tidak bisa disatukan. Bahwa
spiritualitas Barat adalah Monotheisme dan spiritualitas Timur adalah
Politheisme. Tidak begitu kenyataannya. Spiritualitas Barat adalah
Yahudi, Kristen dan Islam. Islam itu spiritualitas
Barat juga karena isinya modernisasi kepercayaan terhadap Dewa Dewi
Timur Tengah, yg telah dituntaskan oleh orang-orang Yahudi menjadi
Yudaisme. Diperhalus oleh orang-orang Kristen sehingga menjadi universal
dan lebih manusiawi. Keduanya menggunakan perangkat filsafat Yunani.
Islam itu agama asli Barat, kalau kita menduga bahwa tidak ada
hubungannya dengan agama-agama Timur seperti Hindu dan Buddha.
Tapi
jangan senang dahulu karena kita bisa telusuri bahwa pemikiran Weda
juga berakar di Sumeria, yg lokasinya di Irak Selatan sekarang. Ini
wangsa Arya yg satu keturunan dengan para filsuf Yunani. Di India,
pemikir Weda menghasilkan filsafat yg karena masyarakatnya masih
terbelakang akhirnya dilembagakan menjadi agama Hindu dengan berbagai
variasinya. Ada yg menyembah Brahma, ada yg menyembah Wisnu. Ada yg
menyembah Siwa. Terakhir ada yg menyembah Surya. Semuanya dalam rangka
pijakan menuju Monotheisme yg cuma bisa dilakukan oleh Siddharta
Gautama. Sang Buddha ini sudah berhasil menggapai Monotheisme bahkan
lebih dari itu, yaitu tidak lagi menggunakan konsep Ketuhanan. Sebagai
perantara masih dipakai Tuhan yg secara abstrak disebut Tathagata di
dalam Buddhisme.
Tetapi
itu Tuhan yg tidak jelas, isi konsepnya suka-suka saja, sesuai dengan
fantasi orang. Yg praktis dan nyata adalah konsep Kebudhaan. Setiap
orang bisa menjadi Buddha tanpa perlu menyembah Tathagata. Cukup
berbuat apa adanya saja di bumi ini, tidak berlebihan dan tanpa perlu
memaksakan diri. Dan itulah atheisme yg ada di dalam agama Buddha.
Agama
Buddha disebut atheist karena tidak punya konsep Tuhan seperti di
agama-agama Barat yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Kenapa tidak ada
konsep Tuhan? Karena Siddharta Gautama tahu bahwa konsep Tuhan sebagai
pencipta pada akhirnya akan mubazir, cuma permainan imajinasi saja. Yg
bermanfaat adalah hidup seimbang di bumi ini. Sekarang dan bukan
membayangkan masuk surga atau bahkan moksha. Moksha adalah titik akhir
dalam perjalanan seorang Buddha, dan itu bukan habisnya kesadaran yg
juga cuma fantasi belaka. Begaimana orang yg masih punya kesadaran bisa
berfantasi tentang habisnya kesadaran?
Tapi
itu konsep moksha dipakai juga. Setidaknya lebih abstrak dan
mengurangi kegilaan manusia dalam membayangkan surga, yaitu konsep yg
aslinya berasal dari Hinduisme.
Buddhisme
sebagai puncak spiritualitas Timur bahkan sudah melewati Monotheisme.
Sudah tidak lagi pakai konsep Tuhan pencipta. Yg seperti itu disebut
Atheisme dalam spiritualitas Barat. Atheisme adalah puncak spiritualitas
Barat, Buddhisme adalah puncak spiritualitas Timur. Inti dari keduanya
sama saja, yaitu bagaimana hidup seimbang disini dan saat ini. Bagaimana
bisa bermanfaat bagi sesama sekaligus bisa menikmati semuanya. Biasa
saja, tidak ada yg istimewa.
T = Dan
Muhammad pernah berkata, agama yg saya bawa adalah penyempurna dari
agama-agama terdahulu. Penyempurna atau disempurnakan bertitik berat
pada ketauhidan, ketauhidan mengetahui alam semesta adalah hasil dari
penciptaan.
J = Tauhid
adalah sadar bahwa anda sadar. Sadar disini dan saat ini. Bukan
tentang menyadari ada sang pencipta. Itu bukan tauhid melainkan
imajinasi.
(Leonardo R.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar