My
gentong tempat simpan Jin tingginya satu setengah meter, garis tengah mungkin
90 cm, tebal paling tidak 5 cm. Tidak bisa diangkat oleh 4 orang. Paling tidak
harus 6 orang yg very kuat. Mungkin peninggalan Kesultanan Banten.
Pernah dipakai untuk tempat wudhu di masjid. Bagi orang Indonesia, benda-benda
peninggalan berusia ratusan tahun seperti ini dibuang-buang begitu saja. Orang
Barat tidak begitu, mereka bisa menghargai hasil budaya masa lalu. Kita tidak
menghargai budaya masa lalu kita. Gentong-gentong antik dibuang-buang, dan
diganti dengan ember plastik.
Saya justru kumpulin gentong antik,
kata Joko Tingtong. Buat saya masih bisa digunakan untuk simpan Jin dan
berbagai makhluk halus lainnya. Ditaruh di taman saja, karena mereka dikasih
tugas untuk jaga rumah saya. Daripada pasang CCTV mending suruh Jin jaga rumah.
Saya kasih tahu anda, gebyok antik
berusia ratusan tahun dari Jawa boleh bilang sudah habis diangkut ke luar negeri.
Meubel jati juga. Kalaupun masih ada yg jual, itu reproduksi, dibuat dari jati
murahan. Yg asli sudah habis dieksport. Kita sekarang duduk di bangku plastik.
Banyak yg merasa bangga duduk di kursi buatan baru dengan kayu jati Belanda, yg
tidak lain dan tidak bukan jati bongkaran peti kemas. Bangku-bangku antik kita
dengan jati asli kualitas tinggi justru sudah lenyap disambar orang luar.
Segala macam benda pembuat rumah dan isinya yg berasal dari Jawa dan terbuat
dari Jati menjadi incaran orang asing, karena mereka tahu kualitasnya tinggi.
Pendopo Jawa bisa dibongkar dan diangkut, begitu pula dinding dan pintu rumah
Jawa yg total dari kayu Jati. Penduduk bangga kalau rumahnya sudah jadi tembok,
dan bongkaran jatinya dibuang-buang. Yg seperti itu dipungut untuk eksport.
Kita sendiri makin lama makin tidak punya lagi rumah jati. Sebagian besar sudah
jadi rumah tembok dengan disain jelek. Bahan murahan, disain jelek, ikut-ikutan
sok Barat, dengan lubang angin yg segede moncong tikus. Rumah pengap dari tembok.Itu
situasi di Jawa. Saya lihat, di Denpasar juga sudah mulai seperti
itu.Arsitektur asli Nusantara mengikuti iklim yg panas dan lembab, makanya
banyak ruang terbuka, pendopo. Arsitektur seperti itu dianggap ketinggalan
jaman, dan orang sekarang buat rumah tembok mengikuti model Barat dengan lubang
angin yg sempit sekali. Diikuti begitu saja tanpa berpikir. Pedahal lubang
angin sempit dan atap rendah gunanya agar pendingin dan pemanas ruangan bisa
efisien. Kita tidak pakai pendingin dan pemanas, kita cuma ikut-ikutan. Maka
jadilah rumah Indonesia yg pengap. Seperti rumah ayam.
T
= Terima kasih kepada Joko Tingtong atas ilmunya yang dibagikan secara gratis,
sangat bermanfaat. Saya setuju dengan beberapa pernyataan dari Joko
Tingtong yang saya baca pada e-book Meditasi Mata Ketiga. Berikut ini adalah
beberapa statement Joko Tingtong yang menurut saya sangat baik untuk
didiskusikan:
- "...Belanda itu zakelijk, artinya lugas, cermat, polos, sederhana. Dan energi itulah yg bisa menyatukan kepulauan Indonesia di masa lalu dan di masa sekarang. Hampir 100% kebalikan dari tradisi leluhur pribumi yg gila-gilaan membanggakan diri, walaupun melalui ajang penipuan.
Indonesia tidak akan bisa mengejar ketertinggalan di bidang kedewasaan mental dan spiritual sebelum mengakui bahwa negara ini dibentuk oleh Belanda. Indonesia merupakan bentukan Belanda, disatukan satu demi satu, dan bukan warisan dari nenek moyang kita. Kalau kita pakai nilai-nilai Belanda : pemerintahan bersih, kejujuran, kesederhanaan, mungkin kita akan bisa mempertahankan keutuhan Indonesia. Kalau kita mau menggantikan nilai-nilai kemanusiaan yg diajarkan Belanda dengan nilai-nilai arogansi Jawa, maka saya tidak yakin bisa dipertahankan. Luar Jawa tidak suka itu. Mereka tahu, yg menyatukan Indonesia adalah orang Belanda. Bukan orang Jawa.
Demi mempertahankan NKRI, yg harus dibuang adalah arogansi etnik. Arogansi Jawa terhadap luar Jawa. Itu mutlak dibuang. Luar Jawa benci sekali dengan arogansi Jawa. Ini bukan agama, melainkan arogansi budaya. Merasa diri berbudaya tinggi. Dan etnik lain dianggap berbudaya lebih rendah.
Solusinya adalah ambil budaya internasional yg bisa mempersatukan kita, yaitu nilai-nilai yg dianut Belanda. Dari dahulu sampai sekarang, Belanda itu liberal. Selalu paling depan dalam penegakan Hak Asasi Manusia. Sejak ratusan tahun lalu, secara relatif dibandingkan bangsa-bangsa lain, Belanda selalu paling depan. So, kita harus bisa mengikuti Belanda terus, karena energi pemersatu Indonesia berasal dari simbol Belanda. Bukan dari simbol Jawa." (Joko Tingtong)
- "...Saya merasa sudah waktunya kita belajar membedakan topik pembicaraan, dan tidak asal saja mengecam. Topik Arab, misalnya, tidak berarti semuanya jelek. Banyak yg bagus juga. Kalau Arab Saudi bergajul begitu, bukan berarti semua Arab jadi jelek. Jangan terjebak kepada salah kaprah model Jawa.
Di seluruh dunia, proporsi Arab Kristen sekitar 3 persen dari seluruh keturunan Arab. Proporsi ini jauh lebih banyak di kalangan orang Lebanon dan Palestina, walaupun yg terakhir ini sudah tidak lagi tinggal di tempat asalnya, sebagian besar sudah ber-imigrasi. Saat ini Lebanon memiliki sekitar 30% populasi Kristen. Kuwait sekitar 11%. Suriah 10%. Mesir 6%. Yordania 5%. Dari keturunan Arab yg ada di Amerika Serikat, bisa dilihat aliran keluar ini; 2/3 dari seluruh keturunan Arab yg menjadi warga AS adalah Arab Kristen.
Setahu saya Kahlil Gibran yg menempati posisi teratas sebagai penulis Arab paling populer satu dunia berasal dari keluarga Kristen. In other words, Kristen Arab or Arab Kristen (sama saja).
Setidaknya otak Arab termasuk kaliber dunia. Otak Jawa tidak. Bahkan Sukarno tidak masuk kaliber dunia. Sukarno itu lokal. Di dunia internasional tidak ada prestisenya. Menurut saya, Sukarno tidak punya prestise di dunia internasional. Saya sudah cek literatur yg ada.
Suharto juga tidak punya prestise di dunia internasional. So, kita harus terima fakta ini, bahwa dunia internasional menggolongkan Sukarno dan Suharto sebagai diktator-diktator yg sudah digulingkan. Prestisenya sama seperti Marcos di Philipina atau Idi Amin di Uganda. Sama-sama diktator yg sudah out. Sama seperti Mubarak dari Mesir. Sudah digulingkan, tidak ada harganya. Orang cuma ingat kegilaannya saja, atau korupsinya. Itupun lama-lama dilupakan. Ini fakta, bukan berarti menghina.
Sukarno had no prestige among the civilized countries. Waktu ke AS, dia disuruh tunggu di depan kamar kerja Presiden AS. Disuruh tunggu sekitar 10 menit. Dalam pandangan Barat, Sukarno itu kolaborator Jepang. Memang benar. Harusnya dihukum, tetapi dibiarkan saja oleh Barat sampai akhirnya jatuh sendiri.
Indonesia merdeka atas jasa AS yg menekan Belanda. Irian Barat masuk Indonesia juga atas jasa AS. Itu yg tidak dimengerti oleh orang Indon. Mereka pikir Sukarno berjasa, pedahal Sukarno cuma aktor. Kalau masanya harus ditendang, ya ditendanglah. Suharto juga begitu. Ketika harus ditendang, ya ditendang juga. Indonesia ini bagian dari percaturan politik internasional. Posisi Indonesia lemah sekali. Tidak punya kekuatan fisik, finansial, maupun semangat..." (Leonardo Rimba)
Di atas adalah beberapa pernyataan dari Joko Tingtong yang saya pribadi sangat sependapat, selain itu banyak hal baru juga yang saya temukan pada e-book Meditasi Mata Ketiga, semoga cepat terbit dan kembali laku keras seperti buku-buku sebelumnya, amin.
J = Amin.
T = Saya juga setuju dengan statement dari Joko Tingtong yang berikut ini :
"...Kenapa saya menyodorkan meditasi mata ketiga sebagai alternatif? Jawab : karena selama ini hampir semua orang diajarkan untuk pegang dada atau cakra jantung, dengan salah kaprah yg keterlaluan, yaitu otaknya tidak dipakai untuk berpikir. Seolah-olah otak adalah Setan, dan perasaan adalah Tuhan. Ini salah kaprah yg sangat menyesatkan, dan banyak orang masih percaya itu. Oh (percaya mempercayai)
Meditasi mata ketiga mempunyai banyak manfaat. Selain secara implisit memindahkan pengertian kita dari perasaan ke pikiran, meditasi ini juga memunculkan intuisi. Intuisi artinya tahu sendiri tanpa melalui panca indra. Manfaat lainnya adalah tersambungnya kehidupan kita dengan Alam Semesta. Jadi, seperti ada yg menggerakkan segalanya sehingga apa yg kita niatkan bisa tiba-tiba muncul di depan mata. Oh (bahkan sebelum diucapkan)..."
J = Buku baru Joko Tingtong, berjudul "Mata Ketiga dan Cara Menggunakannya" terbit bulan depan, Oktober 2013, penerbitnya BIP (Gramedia).
Seperti biasa, Joko akan pakai nama samaran, yaitu Leonardo Rimba.
- "...Belanda itu zakelijk, artinya lugas, cermat, polos, sederhana. Dan energi itulah yg bisa menyatukan kepulauan Indonesia di masa lalu dan di masa sekarang. Hampir 100% kebalikan dari tradisi leluhur pribumi yg gila-gilaan membanggakan diri, walaupun melalui ajang penipuan.
Indonesia tidak akan bisa mengejar ketertinggalan di bidang kedewasaan mental dan spiritual sebelum mengakui bahwa negara ini dibentuk oleh Belanda. Indonesia merupakan bentukan Belanda, disatukan satu demi satu, dan bukan warisan dari nenek moyang kita. Kalau kita pakai nilai-nilai Belanda : pemerintahan bersih, kejujuran, kesederhanaan, mungkin kita akan bisa mempertahankan keutuhan Indonesia. Kalau kita mau menggantikan nilai-nilai kemanusiaan yg diajarkan Belanda dengan nilai-nilai arogansi Jawa, maka saya tidak yakin bisa dipertahankan. Luar Jawa tidak suka itu. Mereka tahu, yg menyatukan Indonesia adalah orang Belanda. Bukan orang Jawa.
Demi mempertahankan NKRI, yg harus dibuang adalah arogansi etnik. Arogansi Jawa terhadap luar Jawa. Itu mutlak dibuang. Luar Jawa benci sekali dengan arogansi Jawa. Ini bukan agama, melainkan arogansi budaya. Merasa diri berbudaya tinggi. Dan etnik lain dianggap berbudaya lebih rendah.
Solusinya adalah ambil budaya internasional yg bisa mempersatukan kita, yaitu nilai-nilai yg dianut Belanda. Dari dahulu sampai sekarang, Belanda itu liberal. Selalu paling depan dalam penegakan Hak Asasi Manusia. Sejak ratusan tahun lalu, secara relatif dibandingkan bangsa-bangsa lain, Belanda selalu paling depan. So, kita harus bisa mengikuti Belanda terus, karena energi pemersatu Indonesia berasal dari simbol Belanda. Bukan dari simbol Jawa." (Joko Tingtong)
- "...Saya merasa sudah waktunya kita belajar membedakan topik pembicaraan, dan tidak asal saja mengecam. Topik Arab, misalnya, tidak berarti semuanya jelek. Banyak yg bagus juga. Kalau Arab Saudi bergajul begitu, bukan berarti semua Arab jadi jelek. Jangan terjebak kepada salah kaprah model Jawa.
Di seluruh dunia, proporsi Arab Kristen sekitar 3 persen dari seluruh keturunan Arab. Proporsi ini jauh lebih banyak di kalangan orang Lebanon dan Palestina, walaupun yg terakhir ini sudah tidak lagi tinggal di tempat asalnya, sebagian besar sudah ber-imigrasi. Saat ini Lebanon memiliki sekitar 30% populasi Kristen. Kuwait sekitar 11%. Suriah 10%. Mesir 6%. Yordania 5%. Dari keturunan Arab yg ada di Amerika Serikat, bisa dilihat aliran keluar ini; 2/3 dari seluruh keturunan Arab yg menjadi warga AS adalah Arab Kristen.
Setahu saya Kahlil Gibran yg menempati posisi teratas sebagai penulis Arab paling populer satu dunia berasal dari keluarga Kristen. In other words, Kristen Arab or Arab Kristen (sama saja).
Setidaknya otak Arab termasuk kaliber dunia. Otak Jawa tidak. Bahkan Sukarno tidak masuk kaliber dunia. Sukarno itu lokal. Di dunia internasional tidak ada prestisenya. Menurut saya, Sukarno tidak punya prestise di dunia internasional. Saya sudah cek literatur yg ada.
Suharto juga tidak punya prestise di dunia internasional. So, kita harus terima fakta ini, bahwa dunia internasional menggolongkan Sukarno dan Suharto sebagai diktator-diktator yg sudah digulingkan. Prestisenya sama seperti Marcos di Philipina atau Idi Amin di Uganda. Sama-sama diktator yg sudah out. Sama seperti Mubarak dari Mesir. Sudah digulingkan, tidak ada harganya. Orang cuma ingat kegilaannya saja, atau korupsinya. Itupun lama-lama dilupakan. Ini fakta, bukan berarti menghina.
Sukarno had no prestige among the civilized countries. Waktu ke AS, dia disuruh tunggu di depan kamar kerja Presiden AS. Disuruh tunggu sekitar 10 menit. Dalam pandangan Barat, Sukarno itu kolaborator Jepang. Memang benar. Harusnya dihukum, tetapi dibiarkan saja oleh Barat sampai akhirnya jatuh sendiri.
Indonesia merdeka atas jasa AS yg menekan Belanda. Irian Barat masuk Indonesia juga atas jasa AS. Itu yg tidak dimengerti oleh orang Indon. Mereka pikir Sukarno berjasa, pedahal Sukarno cuma aktor. Kalau masanya harus ditendang, ya ditendanglah. Suharto juga begitu. Ketika harus ditendang, ya ditendang juga. Indonesia ini bagian dari percaturan politik internasional. Posisi Indonesia lemah sekali. Tidak punya kekuatan fisik, finansial, maupun semangat..." (Leonardo Rimba)
Di atas adalah beberapa pernyataan dari Joko Tingtong yang saya pribadi sangat sependapat, selain itu banyak hal baru juga yang saya temukan pada e-book Meditasi Mata Ketiga, semoga cepat terbit dan kembali laku keras seperti buku-buku sebelumnya, amin.
J = Amin.
T = Saya juga setuju dengan statement dari Joko Tingtong yang berikut ini :
"...Kenapa saya menyodorkan meditasi mata ketiga sebagai alternatif? Jawab : karena selama ini hampir semua orang diajarkan untuk pegang dada atau cakra jantung, dengan salah kaprah yg keterlaluan, yaitu otaknya tidak dipakai untuk berpikir. Seolah-olah otak adalah Setan, dan perasaan adalah Tuhan. Ini salah kaprah yg sangat menyesatkan, dan banyak orang masih percaya itu. Oh (percaya mempercayai)
Meditasi mata ketiga mempunyai banyak manfaat. Selain secara implisit memindahkan pengertian kita dari perasaan ke pikiran, meditasi ini juga memunculkan intuisi. Intuisi artinya tahu sendiri tanpa melalui panca indra. Manfaat lainnya adalah tersambungnya kehidupan kita dengan Alam Semesta. Jadi, seperti ada yg menggerakkan segalanya sehingga apa yg kita niatkan bisa tiba-tiba muncul di depan mata. Oh (bahkan sebelum diucapkan)..."
J = Buku baru Joko Tingtong, berjudul "Mata Ketiga dan Cara Menggunakannya" terbit bulan depan, Oktober 2013, penerbitnya BIP (Gramedia).
Seperti biasa, Joko akan pakai nama samaran, yaitu Leonardo Rimba.
(Leonardo R.)
Coming soon: Buku Baru 'Mata Ketiga
dan Cara Menggunakannya', oleh Leonardo Rimba , BIP (Gramedia).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar