Saya mengaku paranoid bukan berarti akan benar-benar paranoid seterusnya. Mengaku megalomaniak bukan berarti akan benar-benar terus megalomaniak. Mengaku suka kena halusinasi bukan berarti benar-benar akan terus berhalusinasi. Mengaku neurotik bukan berarti akan begitu terus. Pengakuan jujur seperti ini cuma pijakan, langkah pertama dalam proses penyembuhan. Kalau sudah tahu sakit, maka pastinya ada obatnya. Apakah saya mau sembuh? Tentu saja ya. Kalau saya sudah mengaku sakit artinya saya mau sembuh. Kalau anda mengaku sakit, artinya anda mau sembuh. Kalau sakit dijadikan alasan untuk terus lebay, maka Tuhan dari agama apapun tidak bisa menyembuhkan sakit kejiwaan anda. Gangguan ringan dalam kejiwaan anda seperti saya sebutkan di atas bisa disembuhkan oleh anda sendiri setelah mengaku bahwa anda mengidapnya. Kemungkinan akibat pengalaman traumatis di masa lalu. Karena kuncinya ada di perasaan, emosi yg menetap dan menyeret anda terus untuk menjadi paranoid, megalomaniak, neurotik. Penyembuhannya cuma menggunakan akal. Logika berdasarkan fakta. Berpikirlah. Apakah perasaan anda benar untuk terus merasa takut? Apakah anda begitu dibutuhkan sehingga merasa diri begitu besar? Apakah benar ada yg mengejar-ngejar anda sampai ke sudut ruangan? Kalau tidak benar, maka buanglah perasaannya. Perasaan ketakutan dan turunannya tidak real. Cuma bayangan yg dimunculkan oleh keliaran pikiran anda. Kendalikan pikiran anda. Gunakan data lapangan tanpa perlu mendistorsinya. Memputar-balikkannya untuk membenarkan paranoia anda. Dan setelah itu mengeluh kesana kemari karena anda merasa tersiksa. Anda sakit sehingga merasa tersiksa. Dibuat sakit oleh perasaan anda sendiri yg mengikuti pikiran anda yg liar. Makanya luruskan pikiran anda, emosi akan ikut. Emosi mengikuti pikiran. Dan bukan sebaliknya. Cuma begitu saja.
Penyembuh fisik menggunakan kemampuan alamiah tubuh anda untuk sembuh. Penyembuh kejiwaan seperti saya menggunakan kemampuan alamiah pikiran anda untuk sembuh. Saya berdialog dengan anda, tetapi tetap saja pikiran anda sendiri yg bekerja, mereparasi sel-sel otak dan hati yg sakit itu. Walaupun jelas saya menggunakan gelombang otak Gamma yg tajam dan keras. Untuk mengusir setan dan sejenisnya yg menghantui anda. Begitu frekwensi gelombang otak saya ketika memberikan konseling. Karena anda merasa terasing dari segalanya.
Alienasi atau keterasingan adalah perasaan tidak menyambung dengan mereka yg berada di sekitar anda. Biasanya orang lain. Bisa dekat sekali, sedang maupun jauh. Tidak menyambung dengan sesamamu manusia. Bahkan ketika kelamin anda bersambung, tetap saja anda merasa teralienasi, terasingkan. Anda merasa berada di alam antah berantah. Tanpa keinginan anda. Tanpa anda minta. Tiba-tiba sudah jadi seorang anak kecil yg diajar untuk menghormati orang tua, mengikuti kata guru. Belajar mencuri kebahagiaan bermain dengan teman sebaya, biasanya sejenis. Dan belum berapa lama sudah harus ditinggalkan pula karena anda merasa ada yg aneh dengan titik di antara kedua belah paha. Anda memasuki masa pancaroba atau lima perubahan. Berubah fisik, kelamin, emosi, cara berpikir, dan cara beribadah. Anda tidak mau lagi beribadah kepada Tuhan yg kejam itu. Yg membawa anda ke dalam bumi penuh penderitaan. Yg cuma bisa anda nikmati apabila anda lupa diri. Lupa bahwa anda terasing dan tidak menyambung dengan siapapun. Anda berusaha meyambung sejadi-jadinya dengan cara menjadi pacar yg baik, ibu yg baik, bapak yg baik. Bagi anak-anak kandung anda atau anak-anak asuh. Memberikan contoh dengan mengikuti apa yg diajarkan kepada anda di masa lalu, walaupun anda tahu bahwa itu tidak benar. Karena anda tidak punya contoh lain. Dan otak anda tidak mampu untuk menyerap segala terobosan dari negara maju yg di Indonesia dianggap sebagai buatan Setan. Anda ingin bilang bahwa anda hidup di masyarakat kesetanan, tapi ada yg menahan mulut anda. Anda berpura-pura. Berusaha bahagia dalam segala keterasingan anda. Terima nasib dengan ikhlas dan pasrah, membesarkan anak-anak, dan nanti menikmati hari tua. Sebelum mati dan dikubur atau dibakar. Pakai doa-doa. Oh, begitulah siklus hidup manusia Indonesia. Dari lahir sampai mati. Menurut saya normal saja. Malah terlalu umum. Makanya tidak dibicarakan.
Tao yg bisa dibicarakan bukan Tao. Allah yg bisa dibicarakan bukan Allah. Anda cuma bisa membicarakan hasil olah pikir anda sendiri, baik berbentuk nubuah, falsafah maupun syariah. Syariah artinya syarat-syarat yg anda keluarkan untuk diterapkan oleh anda sendiri. Kalau anda bilang syariah itu dari Allah, maka anda sudah melanggar prinsip dasar. Dzat Allah sama sekali tidak bisa dibicarakan. Tidak diketahui. Bahkan anda tidak bisa bilang ada atau tidak ada. Kalau sudah bilang ada Allah dan punya asma sebanyak 99 butir, maka artinya anda sudah melenceng jauh. Sama saja dengan penganut Tao yg bilang bahwa Tao mengikuti perjalanan bumi dan perjalanan langit. Tao apaan itu? Sudah jelas dibilang bahwa Tao yg bisa dibicarakan bukanlah Tao. Kalau sudah mengaku-ngaku mengerti jalan Tao maka jelas itu guru palsu. Guru asli akan mengajarkan pendapatnya sendiri, tentang aliran energi yin dan yang. Tanpa membawa-bawa Tao. Rabbi atau guru agama berlatar-belakang Timur Tengah akan memberikan fatwa atau pendapatnya sendiri berdasarkan akal dan data lapangan yg akurat atau fakta. Tanpa bilang bahwa begitulah pendapat Allah. Kalau membawa-bawa Allah artinya sudah melanggar prinsip dasar tentang Dzat Allah yg tidak bisa dibicarakan itu. Kalau bisa dibicarakan dan dipertontonkan ayatnya yg konon dipercaya berasal dari Allah, maka jelas itu ayat palsu. Dzat Allah saja anda tidak tahu dan tidak mungkin tahu. Lalu bagaimana anda bisa benar-benar tahu bahwa ayat itu memang berasal dari Allah yg wujud atau eksistensinya tidak bisa dibicarakan? Anda lalu ijtihad atau berpikir. Dan mengambil kesimpulan bahwa Tao atau Dzat Allah memang tidak bisa dibicarakan. Tidak bisa diketahui. Tapi nyatanya ada yg namanya ayat-ayat yg berasal dari Allah. Oh, ijtihad anda lanjutkan. Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun, belasan dan puluhan tahun sampai hari ini. Anda sudah mengambil kesimpulan tapi tidak berani mengucapkannya karena akan menjadi orang benar. Anda berkesimpulan bahwa merupakan hak manusia untuk merasa menerima ayat dari Allah. Walaupun jelas berasal dari alam pemikirannya sendiri. Muncul di setiap orang, dan bukan hanya orang-orang yg ditetapkan oleh para ulama. Kalau sudah sampai tahap ini maka anda lulus. Untuk menghadapi ujian tahap berikutnya. Yaitu menyebarkannya.
Apakah anda mau sembuh? Sebarkanlah, keluarkan apa yg ada di pikiran anda. Keluarkan semuanya sampai tidak tersisa. Ketika tidak ada lagi sisa artinya anda sudah sembuh. Bisa mulai dari nol lagi.
T = Salam, Leo. Bagaimana caranya untuk mencapai gelombang otak Gamma? Dan apa yang terjadi pada tingkat kesadaran tersebut?
J = Fokus terus di cakra mata ketiga, setiap saat ketika sedang tidak tidur. Yg terjadi cuma meningkatnya kemampuan untuk mengamati. Tajam sekali. Walaupun ada juga bahayanya, yaitu bisa paranoid. Karena terlalu fokus. Paranoia terjadi apabila anda melibatkan ego anda. Kalau tanpa ego atau netral saja, maka tidak bisa paranoid. Yg melibatkan ego misalnya mengamati orang yg punya hubungan dekat dengan anda. Otomatis ego terlibat karena anda memainkan peran. Ego ada karena ada peran. Ada pejabat dan ada yg dijabat. Ada bawahan dan ada yg di bawah. Ada yg ingin enaknya saja, dan ada yg ingin tidak enaknya saja. Semuanya peran manusia sehingga harus melibatkan ego. Otomatis. Dan yg seperti itu bisa mengakibatkan paranoid. Merasa jadi pembesar, merasa barangnya besar. Sehingga menuntut untuk diakui kebesarannya. Atau kedodorannya. Tanpa ada peran timbal balik tentu bisa. Yaitu ketika anda sendiri. Peran antara anda dan diri anda sendiri. Pikiran anda dan ego anda. Berdialog dengan diri sendiri. Bahkan dialog dengan diri sendiri perlu ego untuk menentukan siapa yg dibahas. Kalau menghilangkan ego lebih parah lagi karena sama sekali tidak bisa. Anda bukan batu. Jadi jangan jatuh ke perangkap orang spiritual berbisa. Bisa bikin orang lain ikut gila karena ego selalu ada kecuali anda sudah membatu. Solusinya bagaimana? Ulas terus ego atau konsep diri anda supaya realistis. Sesuai kenyataan di lapangan. Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Bukan menghilangkan karena itu tidak bisa. Tapi bisa diulas dan dipoles.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar